Bupati Demak Dorong Pesantren Mandiri Olah Sampah: Lingkungan Bersih-Dapat Cuan

Bupati Demak Dorong Pesantren Mandiri Olah Sampah: Lingkungan Bersih-Dapat Cuan

Mochamad Saifudin - detikJateng
Selasa, 20 Agu 2024 19:38 WIB
Bupati Demak Eistianah memberikan pengarahan bagi para santri mengolah sampah di Pesantren Manbaul Ulum, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Selasa (20/8/2024).
Bupati Demak Eisti'anah memberikan pengarahan bagi para santri mengolah sampah di Pesantren Manbaul Ulum, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Selasa (20/8/2024). Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng
Demak -

Bupati Demak Eisti'anah memberikan pemahaman mengenai pentingnya mengolah sampah kepada para santri di Pondok Pesantren Manbaul Ulum, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar. Pasalnya mengolah sampah yang dianggap kotor tersebut dapat mendatangkan penghasilan dan menjaga lingkungan tetap bersih dan suci.

"Iya, ini terkait inisiasi karena ada beberapa pengasuh pondok pesantren mengutarakan permasalahan sampah di pondok pesantren pondok pesantren beliau itu menjadi permasalahan yang cukup memprihatinkan," kata Eisti'anah kepada wartawan di lokasi, Selasa (20/8/2024).

"Karena mungkin tidak bisa dikelola, karena kalau santrinya banyak itu membingungkan juga, dan ini membuat kotor juga untuk pondok pesantrennya sehingga saat itu disampaikan kepada kami untuk ada pelatihan-pelatihan bagaimana sampah-sampah itu bisa dikelola oleh para santri," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Eisti'anah menjelaskan kepada puluhan santri putra dan putri yang berkumpul di Aula Pesantren Manbaul Ulum. Bupati menerangkan sampah tersebut dapat dipilah dan bisa dijual kembali sehingga bisa mendatangkan income atau cuan.

"Selain untuk income, para santri juga bisa menambahkan ilmu dan bisa mengurangi sampah-sampah yang tertumpuk nantinya yang akan dibuang ke TPA," terangnya.

ADVERTISEMENT

Ia menyebut Demak pernah darurat sampah sekitar tahun 2018. Yaitu sampah-sampah menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kalikondang, Kecamatan Demak.

"Karena kalau TPA nya tanpa adanya pemilahan, pengolahan ini kan tinggal menunggu waktu saja akan menjadi seperti gunung lagi seperti yang terjadi mungkin di tahun 2017-2018, saat itu Demak pernah mengalami darurat sampah, sehingga kita kurangi dan kita upayakan," terangnya.

Orang nomor satu di Demak itu menyebut pengolahan sampah dapat dioptimalkan di tingkat desa. Sehingga tidak menambah beban di TPA.

"Sebenarnya tidak terkhusus di pondok pesantren saja, boleh yang mengikuti dari desa-desa. Karena kami mau mengoptimalkan sampah-sampah ini benar-benar bisa habis di desa dan pondok pesantren, sehingga TPA ini tidak akan menumpuk sampah seperti di TPA Kalikondang," tuturnya.

Ia menyebut pengolahan sampah tersebut dapat dilakukan dengan memilah dan mengolah sampah dengan memilah sampah yang organik dan anorganik terlebih dahulu. Kemudian menjual sampah anorganik dan mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos.

"Jadi memilah yang organik dan anorganik. Yang anorganik kan bisa dijual jadi bisa menghasilkan income, kemudian yang organik bisa diolah menjadi kompos, bisa untuk pakan maggot. Kompos sendiri bisa untuk tanaman, penghijauan, ataupun bisa dijual kembali," terangnya.

Sementara itu pengasuh pesantren Manbaul Ulum, Kiai Miftahul Huda mengatakan pelatihan sampah tersebut sangat bermanfaat bagi para santri. Pasalnya sampah di lingkungan pesantren rata-rata memang banyak.

Bupati Demak Eisti'anah memberikan pengarahan bagi para santri mengolah sampah di Pesantren Manbaul Ulum, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Selasa (20/8/2024).Bupati Demak Eisti'anah memberikan pengarahan bagi para santri mengolah sampah di Pesantren Manbaul Ulum, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Selasa (20/8/2024). Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng

"Alhamdulillah dari arahan ibu Bupati sangat bermanfaat bagi para santri di lingkungan pondok pesantren. Di lingkungan pesantren itu rata-rata sampah itu memang banyak sekali. Alhamdulillah tadi dikasih bimbingan dari dinas juga bagaimana cara mengelola sampah biar sampah itu tidak menggunung," ujar Miftah.

Ia menuturkan pihaknya akan berusaha mewujudkan lingkungan pesantren tetap bersih dan suci. Yaitu sesuai dengan prinsip menjaga kebersihan dalam islam.

"Dan ini sebagai bentuk cerminan, mengimplementasikan sabda baginda Rasul kebersihan adalah sebagian dari iman. Kami dari pondok pesantren, InsyaAllah berusaha semaksimal mungkin bagaimana lingkungan pondok pesantren tersebut betul-betul menjadi lingkungan yang bersih dan suci," terangnya.

Ia menuturkan jumlah santri tiap tahunnya di pondok pesantren tersebut berjumlah 100 orang. Sementara alumninya sudah berjumlah sekitar 3.500 orang

"Jumlah santri di sini alumninya sudah ada sekitar 3.500-an. Tiap tahunnya rata-rata di sini mendekati 100-an itu. Yang paling banyak di sini itu ketika bulan Ramadan, ada pengajian kilatan, jadi banyak pondok-pondok yang lain ikut program kilatan di sini selama 20 hari dari tanggal satu sampai tanggal 20 Ramadan," terangnya.

"Itu rata rata mereka yang sudah selesai tarbiyah tali ingin mengumpulkan banyak ilmu jadi ikut kilatan di pondok sini," imbuhnya.

Selain itu di pondok pesantren tersebut juga ada rutinan pengajian tasawuf setiap Jumat pahing sekitar pukul 14.00 WIB. Yaitu atas permintaan para alumni.

"Meskipun sudah alumni masih tetap mengaji di sini setiap Jumat pahing. Itu bukan permintaan saya tapi alumni menginginkan sendiri, bagaimana supaya alumni dengan pondok pesantren, dengan keluarga kiai, dari pendiri itu bisa ada hubungan terus," ujarnya.

"Sehingga setiap Jumat pahing setelah jumatan itu mengadakan kajian kitab di sini. (Kitabnya) Nashoihul Ibad itu soal tasawuf, setelah ini santri juga ada yang menginginkan pembacaan kitab seperti Hikam dan Ihya Ulumuddin," sambungnya.




(ahr/apl)


Hide Ads