Kisah Pohon Kantil Saksi Sejarah Masjid Berumur 4 Abad di Klaten

Kisah Pohon Kantil Saksi Sejarah Masjid Berumur 4 Abad di Klaten

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Minggu, 31 Mar 2024 15:35 WIB
Arsitektur Masjid Roudlotuzzahidin di Tegalarum, Klaten. Banguna masjid ini diperkirakan berusia 443 tahun. Foto diambil Sabtu (30/3/2024).
Pohon kantil di depan Masjid Roudlotuzzahidin di Tegalarum, Klaten (Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Masjid Roudlotuzzahidin di Dusun Tegalarum, Desa Kunden, Kecamatan Karanganom, merupakan salah satu masjid tua yang tersisa di Klaten. Masjid tersebut konon didirikan sekitar tahun 1000 H atau 1581 Masehi pada masa kesultanan Pajang, Solo, 443 tahun silam.

Pantauan detikJateng, jejak sebagai masjid tua terlihat dari arsitektur di dalamnya. Ada empat tiang kayu jati utuh yang menjadi penopang utama bangunan masjid meski temboknya kini tampak keramik.

Pada bagian atapnya, bangunan masjid ini menggunakan kayu. Bangunan Masjid Roudlotuzzahidin ini mirip Masjid Golo dan Masjid Kajoran di sekitar kompleks makam Sunan Pandanaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu di sisi utara masjid masih terdapat kolam air sebagaimana masjid kuno umumnya. Kolam air tersebut masih dipertahankan meskipun tidak lagi digunakan untuk bersuci.

Tak hanya kolam air, model bangunan masjid kuno juga terlihat dari pohon kantil tua di depan masjid. Pohon kantil berdiameter sekitar 80 sentimeter itu menyisakan kulit kayunya yang mengelupas karena usia.

ADVERTISEMENT

Pohon yang memiliki berbagai mitos bagi masyarakat Jawa itu juga masih berdiri kokoh di badan jalan kampung. Pengurus masjid pun tak berencana menebang pohon kantil itu karena menjadi saksi bisu sejarah masjid berusia lebih dari 400 tahun ini.

"Usia masjid ini sudah 400-an tahun. Ini (pohon kantil) termasuk peninggalan karena ditanam bersamaan pendirian masjid," kata Penasihat Takmir Masjid, Muhammad Asrori (80) kepada detikJateng dengan bahasa Jawa yang diterjemahkan, Sabtu (30/3/2024).

Awal Mula Berdirinya Masjid

Asrori yang juga sesepuh masjid, Dusun Tegalarum dulunya berupa tegalan tanpa penduduk. Pada masa itu, tahun 1581 masa Kasultanan Pajang, Solo, ada seorang bangsawan yang meminta lokasi itu dijadikan tempat penyebaran agama Islam.

"Bangsawan itu minta diajari ngaji, kemudian meminta kepada Kiai Syarifuddin di Gading Santren (Desa Belang wetan, Kecamatan Klaten Utara) mengirim guru ngaji. Lalu dikirim Mbah Kiai Ahmad Mahrom ke sini," tutur Asrori.

Arsitektur Masjid Roudlotuzzahidin di Tegalarum, Klaten. Banguna masjid ini diperkirakan berusia 443 tahun. Foto diambil Sabtu (30/3/2024).Arsitektur Masjid Roudlotuzzahidin di Tegalarum, Klaten. Bangunan masjid ini diperkirakan berusia 443 tahun. Foto diambil Sabtu (30/3/2024). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Asrori menerangkan Kiai Ahmad Mahrom lalu membersihkan tegalan yang ditumbuhi ilalang untuk didirikan masjid. Semakin lama pengajian semakin ramai sehingga santri membangun rumah di sekitar masjid.

"Terus santri buat rumah sekitar sini terus sampai sekarang pada bisa ngaji, ada sekolah ada pesantren. Makam Mbah Kiai Ahmad Mahrom di belakang masjid," lanjut Asrori.

Asrori menuturkan masjid ini kini sudah dipugar dari bangunan aslinya. Dulunya ada tangga yang terbuat dari kayu papan dan mimbar yang kini sudah tidak ada. Namun, pohon kantil tua itu masih dipertahankan sebagai pengingat sejarah.

"Tidak ditebang karena untuk sejarah, karena bunga kantil banyak dan harum baunya, di sini dinamakan Tegalarum," imbuhnya.

Arsitektur Masjid Roudlotuzzahidin di Tegalarum, Klaten. Banguna masjid ini diperkirakan berusia 443 tahun. Foto diambil Sabtu (30/3/2024).Kolam pemandian di Masjid Roudlotuzzahidin di Tegalarum, Klaten. Bangunan masjid ini diperkirakan berusia 443 tahun. Foto diambil Sabtu (30/3/2024). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Penasihat Masjid lainnya, Muhammad Busairi (79) menambahkan, dulunya mimbar masjid berasal dari kerajaan. Ada ukiran dan ada tongkatnya untuk khotbah.

"Ada tongkatnya, ukiran karena dari kerajaan tapi sudah rusak dan tidak ada lagi. Kalau bunga kantil dulu banyak yang cari ke sini," kata Busairi kepada detikJateng.

Peninggalan lain, sebut Busairi, adalah kolam air untuk bersuci. Dia mengenang ada banyak orang yang mengambil air dari kolam itu untuk berbagai keperluan.

"Orang sakit dimandikan di sini, orang mau cari jabatan mandi ke sini. Tapi itu zaman dulu, ya hanya sebagai sarana tapi sekarang sudah tidak ada," terang Busairi.




(ams/apl)


Hide Ads