- Khutbah Jumat Muharram #1: Cara Mengisi Bulan Muharram
- Khutbah Jumat Muharram #2: Melihat Kemuliaan Bulan Muharram 1. Memperbanyak puasa sunnah 2. Puasa Asyura 3. Puasa Tasu'a 4. Membantu orang lain 5. Menyantuni anak yatim 6. Bersedekah
- Khutbah Jumat Muharram #3: Muharram dan Memuliakan Anak Yatim
- Khutbah Jumat Muharram #4: Merenungi Makna dan Hikmah Hijrah
- Khutbah Jumat Muharram #5: Awal Tahun
- Doa Khutbah Kedua Jumat
Khutbah Jumat paling baik adalah yang tidak terlalu panjang ataupun pendek alias singkat. Berhubung saat ini Muharram 1446 H masih berlangsung, di bawah ini lima teks khutbah Jumat Muharram 2024 singkat terbaru serta doanya.
Dikutip dari buku Tips Khutbah Jumat 15 Menit Paling Berkesan oleh Muhammad Abduh Tuasikal, dalil agar khutbah Jumat tidak panjang maupun pendek tercantum dalam sebuah hadits. Dari Jabir bin Samurah as-Suwaiy, ia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - لا يُطِيلُ الْمَوْعِظَةَ يَوْمَ الْجُمعَةِ إِنَّمَا هُنَّ كَلِمَاتٌ يَسِيرَاتٌ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa memberi nasihat ketika hari Jumat tidak begitu panjang. Kalimat yang beliau sampaikan adalah kalimat yang singkat." (HR Abu Daud, no 1107. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Di samping itu, hadits dari 'Ammar juga bisa dijadikan landasan. Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ طُولَ صَلَاةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيلُوا الصَّلَاةَ وَأَقْصِرُوا الْخُطْبَةَ فَإِنَّ مِنَ الْبَيَانِ سِحْراً
Artinya: "Sesungguhnya panjangnya shalat seseorang dan singkatnya khutbah merupakan tanda kefaqihan dirinya (paham akan agama). Maka perlamalah shalat dan buat singkatlah khutbah. Karena penjelasan itu bisa menyihir." (HR Muslim 869 dan Ahmad 4:263. Syaikh Syu'aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Bagi yang membutuhkan, berikut ini detikJateng rangkumkan lima teks khutbah Jumat Muharram 2024 singkat terbaru berbagai tema.
Khutbah Jumat Muharram #1: Cara Mengisi Bulan Muharram
(sumber: laman NU Lampung)
Jemaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Tahun hijriah seperti juga tahun masehi merupakan bagian dari fenomena alam biasa. Bila kalender masehi mendasarkan penghitungan pada peredaran bumi mengelilingi matahari, kalender hijriah mengacu pada peredaran bulan mengelilingi bumi.
Karena itulah kita sering mendengar kalender hijriah disebut pula kalender qamariyah (qamar artinya bulan), sedangkan kalender masehi dikenal dengan sebutan kalender syamsiyah (syams artinya matahari).
Dalam ilmu astronomi, kalender hijriah termasuk kategori kalender lunar, sementara kalender masehi termasuk kategori kalender solar. Namun demikian, di balik posisinya sebagai gejala alam tersebut, terdapat keistimewaan-keistimewaan karena agama memang menjadikannya demikian.
Islam mengajarkan bahwa ada kelebihan-kelebihan tertentu antara satu bulan dengan bulan yang lain dalam kalender hijriah. Sebagaimana firman Allah dalam Surat at-Taubah ayat 36:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Artinya: Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram (mulia). Itulah (ketetapan) agama yang lurus.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak semua bulan berkedudukan sama. Dalam Islam ada empat bulan utama di luar Ramadhan, yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Karena kemuliaan bulan-bulan itulah, Islam menganjurkan pemeluknya untuk memanfaatkan momentum tersebut sebagai ikhtiar memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Mereka didorong untuk memperbanyak puasa, dzikir, sedekah, dan solidaritas kepada sesama. Dalam Ihya' Ulûmid-Dîn, Imam Al-Ghazali mengenalkan istilah al-ayyâm al-fâdhilah (hari-hari utama). Menurutnya, hari-hari utama selalu dijumpai dalam tiap minggu dan bulan. Al-Ghazali juga menyebut istilah al-asyhur al-fâdlilah (bulan-bulan utama). Bulan-bulan utama ini juga selalu dijumpai di tiap tahun.
Waktu adalah salah satu dari makhluk Allah, seperti juga manusia, jin, dan binatang. Namun, sebagaimana ada tempat-tempat utama, seperti Multazam, Masjid Nabawi, Masjidil Haram, dan lainnya, waktu pun demikian.
Dalam tiap rentang waktu tertentu (hari, pekan, bulan, dan tahun) selalu terkandung bagian waktu yang diistimewakan, misalnya waktu antara Maghrib dan Isya, sepertiga malam terakhir, hari Jumat, bulan Ramadhan, bulan Muharram, dan lain sebagainya. Dalam waktu-waktu spesial itulah pahala bisa dilipatgandakan, dosa-dosa bisa dihapus, dan doa-doa kemungkinan besar dikabulkan.
Jemaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Allah memang telah menganugerahi kita kesempatan-kesempatan emas yang demikian banyak. Allah mengutamakan waktu-waktu tertentu karena hendak memberi keutamaan pada hamba-hamba-Nya. Sebagaimana keterangan Ibnu 'Asyur saat menafsirkan Surat at-Taubah ayat 36 tadi.
وَاعْلَمْ أَنَّ تَفْضِيْلَ اْلأَوْقَاتِ وَالْبِقَاعِ يُشَبِّهُ تَفْضِيْلَ النَّاسِ، فَتَفْضِيْلُ النَّاسِ بِمَا يَصْدُرُ عَنْهُمْ مِنَ اْلأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ، وَاْلأَخْلَاقِ اْلكَرِيْمَةِ
Artinya: Ketahuilah bahwa dimuliakannya sejumlah waktu dan tempat tertentu merupakan kehendak dimuliakannya manusia, melalui perbuatan-perbuatan baik dan akhlak mulia yang mereka lakukan (Muhammad Ibnu 'Asyur dalam at-Tharîr wat Tanwîr)
Pernyataan Ibnu 'Asyur mengandung pengertian bahwa kemuliaan bulan tertentu tidak mutlak berarti kemuliaan umat Islam secara otomatis. Kemuliaan umat Islam mengandung syarat, yakni ketika mereka mau mengisi waktu-waktu khusus tersebut dengan amal saleh dan akhlakul karimah.
Keutamaan bulan-bulan khusus adalah satu hal, dan keutamaan pribadi orang-orang Islam adalah hal yang lain. Keistimewaan bulan Muharram adalah satu soal, sementara keistimewaan individu-individu kaum Muslimin adalah soal lain. Hal tersebut sangat tergantung bagaimana kita umat Islam merespons keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah itu kepada kita: apakah mengisinya dengan baik atau tidak.
Di antara amalan yang amat dianjurkan di bulan pertama kalender hijriah ini adalah puasa. Dalam hadits riwayat Ibnu Majah dijelaskan bahwa seseorang datang menemui Rasulullah saw dan bertanya, "Setelah Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal?" Nabi menjawab, "Puasa di bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharram."
Penyebutan Muharram sebagai "bulan Allah" (syahrullâh) menunjukkan posisi bulan ini yang amat spesial. Melalui riwayat Ibnu Majah pula, puasa pada hari 'Asyura (10 Muharram) disebut sebagai bagian dari amalan untuk menghapus dosa-dosa setahun yang telah lewat. Selain 10 Muharram, puasa juga masih dianjurkan pada hari-hari lain di bulan ini.
Amalan lain yang bisa digiatkan adalah meningkatkan solidaritas antarsesama. Kebanyakan umat Islam, utamanya di Indonesia, menjadikan momen Muharram sebagai "lebaran anak yatim" dengan memberikan santunan kepada anak-anak yang kehilangan orang tua dan secara ekonomi lemah.
KH Shaleh Darat dalam Lathaifut Thaharah wa Asrarus Shalah mengistilahkan 10 Muharram sebagai bagian dari hari raya umat Islam yang layak diperingati dengan sedekah kepada fakir dan miskin. Tentu saja menyantuni anak yatim atau membantu siapa pun yang butuh pertolongan tak terikat dengan waktu. Tapi Muharram adalah momen sangat baik untuk menunjukkan kepedulian sosial kita.
Bulan mulia harus diisi dengan perbuatan mulia. Al-a'mâl as-shâlihah wal akhlâq al-karîmah yang disebut Ibnu 'Asyur harus hadir jika kita ingin meraih berkah keutamaan bulan Muharram. Pengertian amal saleh dan akhlak mulia amat luas, mencakup ibadah dengan Allah, berhubungan dengan masyarakat, atau sikap kita terhadap lingkungan alam kita.
Bulan Muharram merupakan bulan yang bagus untuk mengawali tahun dengan perbuatan dan perangai positif. Muharram bisa dikatakan cerminan langkah awal kita untuk menapaki 11 bulan berikutnya di pembukaan tahun baru hijriah ini.
Mari kita memuliakan bulan ini dengan menjernihkan hati, membenahi perilaku, dan memperindah karakter kepribadian kita.
Khutbah Jumat Muharram #2: Melihat Kemuliaan Bulan Muharram
(sumber: tulisan Hendy Kurniawan MPd dalam laman Al Azhar Yogyakarta World School)
Jemaah shalat jumat rahimakumullah
Bulan Muharram (المحرم) berasal dari kata haram (حرم) yang artinya suci atau terlarang. Dinamakan Muharram, karena sejak zaman dulu, pada bulan ini dilarang berperang dan membunuh. Larangan itu terus berlaku hingga masa Islam. Bahkan bulan Muharram termasuk salah satu bulan haram.
Orang-orang Arab baik sebelum masa Rasulullah maupun pada masa beliau tidak memiliki angka tahun. Mereka biasa menamakan tahun dengan peristiwa besar yang terjadi pada tahun tersebut.
Misalnya ada tahun yang disebut tahun gajah (amul fil) karena di tahun tersebut terjadi peristiwa pasukan gajah di bawah pimpinan Abrahah yang akan menghancurkan Ka'bah. Ada tahun yang disebut sebagai tahun fijar (amul fijar) karena saat itu terjadi perang fijar. Ada tahun yang disebut tahun nubuwah karena di tahun itu Rasulullah menerima wahyu.
Pada tahun ketiga masa pemerintahan Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, datang satu masalah yang dialami oleh pejabat pemerintah. Ketiadaan angka tahun membuat sebagian pejabat pemerintah kesulitan. Salah satunya adalah Gubernur Basrah Abu Musa Al Asy'ari radhiyallahu 'anhu.
Atas aduan Abu Musa, Umar kemudian menerbitkan kalender Islam. Setelah bermusyawarah dengan para sahabat terkemuka, Umar memutuskan bahwa awal kalender Islam dimulai dari tahun hijrahnya Rasulullah. Karenanya kalender Islam dikenal dengan nama kalender hijriah.
Selanjutnya, bulan apa yang dijadikan bulan pertama tahun hijriah? Utsman bin Affan mengusulkan Muharram. Mengapa? Sebab sejak dulu orang Arab menganggap Muharram adalah bulan pertama.
Kedua, umat Islam telah menyelesaikan ibadah haji pada bulan Dzulhijjah. Ketiga, bulan Muharram merupakan bulan munculnya tekad hijrah ke Madinah setelah pada Dzulhijjah terjadi Baiat Aqabah II.
Maka jadilah Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender hijriah. 1 Muharram adalah tahun baru hijriah.
Jemaah shalat jumat rahimakumullah
Bulan Muharram kadang dianggap sebagai bulan tidak beruntung atau sial oleh sebagian masyarakat ini, ternyata menyimpan keberkahan-keberkahan. Islam datang memberikan pencerahan, bahwa ternyata Muharram atau Syuro adalah bulan yang sangat istimewa dan penuh kebaikan.
Di dalam Islam Syuro disebut sebagai bulan Muharram. Berikut tiga keberkahan bulan Syuro atau Muharam :
Pertama, Muharram adalah salah satu dari empat bulan suci dalam Islam.
Dalam Islam ada empat bulan yang dinilai suci, setelah bulan suci Ramadhan. Keempat bulan itu, dijelaskan dalam surat At Taubah ayat 36 berikut,
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَهۡرٗا فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡهَآ أَرۡبَعَةٌ حُرُمٞۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُۚ فَلَا تَظۡلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمۡۚ وَقَٰتِلُواْ ٱلۡمُشۡرِكِينَ كَآفَّةٗ كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمۡ كَآفَّةٗۚ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلۡمُتَّقِينَ
Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzhalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.
Keempat bulan suci tersebut adalah :
[1] Dzulqo'dah; [2] Dzulhijah; [3] Muharam; [4] Rojab.
Sebagaimana disebutkan disebutkan secara detail oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya,
إنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
"Sesungguhnya waktu berputar ini sebagaimana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantara dua belas bulan itu, ada empat bulan suci (Syahrul Haram). Tiga bulan berurutan: Dzul Qo'dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar; antara Jumadi tsaniah dan Syaban." (HR. Bukhari dan Muslim)
Tiga bulan berurutan; Dzulqo'dah, Dzulhijah kemudian Muharam. Satu bulan terpisah, yaitu Rojab. Dan dua diantara empat bulan itu, menjadi pembuka dan penutup tahun kalender Hijriyah. Muharam sebagai bulan pembuka tahun Hijriah, dan Dzulhijjah sebagai bulan penutup. Sehingga, satu tahun Hijriah dibuka dengan bulan suci kemudian ditutup dengan bulan suci.
Mengingat Muharram adalah bulan suci di sisi Allah. Bahkan merupakan bulan terbaik diantara empat bulan suci itu. Ini menunjukkan, Muharram atau syura adalah bulan yang berkah, bukan bulan sial.
Kedua, Muharram adalah bulannya Allah.
Bulan Muharram disebut sebagai syahrullah (bulan Allah). Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam." (HR. Muslim)
Az Zamakhsyari menjelaskan, "Bulan Muharram disebut syahrullah (bulan Allah), disandarkan pada lafazh jalalah 'Allah' untuk menunjukkan mulia dan agungnya bulan ini. Sebagaimana kita menyebut 'Baitullah' (rumah Allah) atau 'Ahlullah' (keluarga Allah) ketika menyebut Quraisy. Penyandaran yang khusus di sini dan tidak kita temui pada bulan-bulan lainnya, ini menunjukkan adanya keutamaan pada bulan ini."
Sedangkan Al Hafizh Abul Fadhl Al 'Iraqiy menjelaskan, Muharram disebut syahrullah karena pada bulan ini diharamkan pembunuhan dan ia merupakan bulan pertama dalam setahun.
Jemaah shalat jumat rahimakumullah
Lalu apa saja amalan sunnah di bulan Muharram yang keutamaan waktunya telah dijelaskan di atas? Berikut ini beberapa di antaranya:
1. Memperbanyak puasa sunnah
Amalan sunnah pertama pada bulan ini adalah memperbanyak puasa sunnah. Sebab puasa sunnah paling utama adalah puasa sunnah di bulan ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah (berpuasa) di bulan Allah, Muharam. (HR. Muslim)
2. Puasa Asyura
Yakni puasa pada tanggal 10 Muharram. Ini adalah amal yang paling utama dan puasa sunnah terbaik di bulan Muharram yang keutamaannya bisa menghapus dosa setahun.
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Rasulullah ditanya mengenai puasa asyura, beliau menjawab, "ia bisa menghapus dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim)
3. Puasa Tasu'a
Yakni puasa pada tanggal 9 Muharram. Rasulullah berazam untuk mengerjakannya, meskipun beliau tidak sempat menunaikan karena wafat sebelum waktu itu tiba. Lalu para sahabatnya menjalankan puasa tasu'a seperti keinginan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
إذا كان العام المقبل صمنا يوم التاسع
"Apabila tahun depan (kita masih diberi umur panjang), kita akan berpuasa pada hari tasu'a (kesembilan)." (HR. As-Suyuthi; shahih)
4. Membantu orang lain
Amalan sunnah berikutnya adalah memberikan kelapangan kepada keluarga, termasuk istri dan anak-anak, di hari asyura. Memberikan kelapangan ini maksudnya adalah membantu mereka dan menyenangkan hati mereka. Misalnya buka bersama di rumah makan, memberikan hadiah, dan sejenisnya.
مَنْ وَسَّعَ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ
"Barangsiapa memberi kelapangan bagi dirinya dan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan memberi kelapangan baginya sepanjang tahun itu" (HR. Baihaqi)
5. Menyantuni anak yatim
Dalam kitab Tanbihul Ghafilin bi-Ahaditsi Sayyidil Anbiyaa-i wal Mursalin disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
" Barangsiapa berpuasa para hari Asyura (tanggal 10) Muharram, niscaya Allah akan memberikan seribu pahala malaikat dan pahala 10.000 pahala syuhada'. Dan baragsiapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, niscaya Allah mengangkat derajatnya pada setiap rambut yang diusapnya".
6. Bersedekah
Rasulullah bersabda: "Siapa yang meluaskan pemberian untuk keluarganya atau ahlinya, Allah akan meluaskan rizki bagi orang itu dalam seluruh tahunnya." (HR Baihaqi, No: 3795)
Demikian khutbah ini semoga bermanfaat. Semoga kita, keluarga kita, masyarakat kita, dan bangsa kita Indonesia, dapat berhijrah kepada kebaikan dan kemuliaan. Aamiin.
Khutbah Jumat Muharram #3: Muharram dan Memuliakan Anak Yatim
(sumber: tulisan KH Dr A Bahrul Hikam Lc MA dalam situs MUI)
Hadirin jemaah Jumat, rahimakumullah...
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, atas berkat rahmat-Nya, inayah-Nya, karunia-Nya, Allah kumpulkan kita bersama pada hari yang mulia ini, di bulan haramnya, bulan Muharram yang mulia, di tempat rumahnya yang mulia ini untuk melaksanakan ibadah shalat Jumat, mudah-mudahan shalat Jumat kita dan apapun ibadah yang kita lakukan ini diterima Allah SWT dan mudah-mudahan semua ibadah-ibadah itu dapat meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Amiin
Hadirin jemaah Jumat, rahimakumullah
Di hari Jumat yang penuh berkah ini, marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, dengan selalu berpegang teguh serta mengikuti sunnah-sunnah nabi-Nya. Salah satu bentuk sunnah yang diajarkan dan diperintahkan untuk diikuti ialah perintah memuliakan, menyantuni, menyayangi dan merawat anak yatim.
Yatim berasal dari bahasa Arab, artinya anak kecil yang kehilangan ayahnya karena meninggal. Dalam Islam, artinya pun sama dan bahkan dilengkapi dengan batasan umur bagi seseorang yang masuk dalam kategori yatim tersebut.
Anak yatim memiliki posisi yang istimewa dalam Islam. Melalui berbagai firmannya-Nya dalam Alquran, Allah SWT menyuruh hamba-Nya untuk memperhatikan anak yatim dengan sebaik-baiknya.
Begitu istimewanya anak yatim, sampai disebutkan sebanyak 23 kali dalam Alquran yaitu 8 dalam bentuk tunggal, 14 dalam bentuk jamak dan 1 dalam bentuk Mutsanna. Misalnya Allah Ta'ala berfirman dalam surat An-Nisa ayat 36:
وَٱعۡبُدُواْ ٱللّٰهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡـٔٗاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا وَبِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡجَارِ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡجَارِ ٱلۡجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡۗ إِنَّ ٱللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخۡتَالٗا فَخُورًا
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri".
Dari ayat ini kita lihat bagaimana perhatian Islam yang begitu besar terhadap anak yatim dimana perintah berbuat baik terhadap anak yatim jatuh pada tingkatan ketika sesudah berbakti kepada orang tua dan berbuat baik kepada kerabat.
Hadirin jemaah Jumat, rahimakumullah...
Anak yatim merupakan bagian dari golongan yang rentan dan memerlukan perlindungan serta kasih sayang masyarakat. Dalam Alquran, Allah SWT mengingatkan umat-Nya untuk memberikan perhatian khusus kepada anak yatim. Salah satu ayat yang mencerminkan hal ini adalah dalam Surat Ad-Duha, di mana Allah SWT berfirman:
فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ، وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ
"Maka terhadap anak yatim janganlah engkau (Muhammad) mendesaknya, dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau (Muhammad) menghardiknya."
Ini menunjukkan bahwa Allah SWT menginginkan perlakuan baik dan penuh kasih sayang terhadap anak yatim. Nabi Muhammad SAW sendiri juga memberikan contoh teladan yang sangat baik dalam memperlakukan anak yatim.
Beliau secara konsisten mendorong umat Islam untuk memberikan perlindungan, kasih sayang, dan dukungan kepada mereka yang kehilangan orang tua. Banyak Hadits-hadits Nabi mengajarkan umatnya untuk memberikan bantuan material dan moral kepada anak yatim.
Bahkan keberadaan anak yatim dalam suatu rumah menjadi keberkahan tersendiri bagi penghuninya. Keberadaannya menjadi salah satu tanda bahwa rumah tersebut merupakan rumah terbaik dibanding dengan rumah-rumah lain yang di dalamnya tidak ada anak yatim. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh nabi dalam salah satu haditsnya, yaitu:
خَيْرُ بَيْتٍ فِى اْلمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فِيْهِ يَتِيْمٌ يُحْسَنُ اِلَيْهِ وَشَرُّ بَيْتٍ فِى اْلمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فِيْهِ يَتِيْمٌ يُسَاءُ اِلَيْهِ . رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهُ
Artinya, "Sebaik-baiknya rumah di kalangan umat Islam adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan seburuk-buruknya rumah di kalangan umat Islam adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan buruk." (HR Ibnu Majah).
Tidak hanya berupa anjuran merawat dan menyantuni anak yatim saja, namun Allah SWT juga menjanjikan pahala yang sangat istimewa kepada orang-orang yang merawat anak yatim. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا. وَأَشَارَ بِالسَّبَابَةِ وَالْوُسْطَى، وَفَرَّجَ بَيْنَهُما شَيْئًا
Artinya, "Aku dan orang yang merawat anak yatim seperti ini dalam surga." Kemudian nabi memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, seraya sedikit merenggangkannya." (HR Bukhari dan Muslim).
Hadirin jemaah Jumat, rahimakumullah...
Anak yatim kehilangan ayahnya yang merupakan tulang punggung keluarga, sehingga perekonomiannya pun terganggu. Oleh karena itu, sebagai orang yang mampu, kita dapat menyantuni anak yatim dengan memberikan pakaian, makanan, atau sebagian harta kita yang lainnya. Karena sesungguhnya kita tidak akan merugi dengan berbagi. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَسَا يَتِيمًا مِنَ المُسْلِمِينَ كَسَاهُ اللّهُ مِنَ الحَرِيرِ الأَخْضَرِ فِي الجَنَّةِ
Artinya: "Barangsiapa yang memberi pakaian kepada seorang anak yatim dari kalangan muslimin, maka Allah akan memberinya pakaian dari sutra hijau di surga." (HR ath-Thabrani).
Dalam ajaran Islam, pemeliharaan dan pembinaan anak yatim tak terbatas pada hal-hal yang bersifat fisik, seperti harta, namun juga mencakup berbagai hal yang bersifat psikis. Salah satu yang terpenting adalah aspek pendidikan maka termasuk unsur penting dalam memuliakan anak yatim adalah dengan turut membiayai pendidikannya.
Pendidikan adalah salah satu hak dasar yang harus dipenuhi bagi setiap anak, termasuk anak yatim. Namun sayangnya, banyak anak yatim yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya karena keterbatasan biaya.
Maka, jika kita memiliki rezeki lebih, alangkah baiknya untuk berbagi dengan membiayai pendidikan anak yatim. Dengan demikian, kita dapat membantu mereka untuk memiliki masa depan yang lebih baik. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ أَعْطَى يَتِيمًا مَالاً حَتَّى يَسْتَغْنِيَ بِهِ عَنِ النَّاسِ أَدْخَلَهُ اللّهُٰ الجَنَّةَ
Artinya: "Barangsiapa yang memberi seorang anak yatim harta sampai ia dapat mandiri dari orang lain, maka Allah akan memasukkannya ke surga." (HR Al-Baihaqi).
Hadirin jemaah Jumat, rahimakumullah...
Seringkali kita membaca dan mendengar dalam Alquran dan Sunnah tentang orang-orang yang keras hatinya, biasanya digambarkan orang yang keras hatinya adalah yang jauh dari mengingat Allah SWT misalnya yang Allah SWT gambarkan dalam dalam surat Az zumar
أَفَمَنْ شَرَحَ اللّٰهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
"Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allâh hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang hatinya keras)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang hatinya keras untuk mengingat Allâh. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata." (QS az-Zumar [39]:22).
Hati yang keras atau mulai mengeras memiliki tanda-tanda sebagai berikut pertama, bermalas-malasan dalam mengerjakan kebaikan dan ketaatan, serta meremehkan suatu kemaksiatan. Kedua, tidak terpengaruh hatinya dengan ayat-ayat Alquran yang dibacakan.
Berbeda dengan kaum mukminin, hati mereka akan bergetar jika dibacakan ayat-ayat Alquran atau diingatkan akan Allah Azza wa Jalla . Allah Azza wa Jalla berfirman.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allâh gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Rabb-lah mereka bertawakkal." [QS al-Anfal [8]:2).
Ketiga, tidak terpengaruh hatinya dengan berbagai ujian, musibah dan cobaan yang diberikan Allah Azza wa Jalla . Allah berfirman:
اَوَلَا يَرَوْنَ اَنَّهُمْ يُفْتَنُوْنَ فِيْ كُلِّ عَامٍ مَّرَّةً اَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوْبُوْنَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُوْنَ
"Dan tidakkah mereka (orang-orang munâfiq) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?." [QS At-Taubah [9]: 126)
Tanda hati keras yang keempat adalah tidak merasa takut akan janji dan ancaman Allâh Azza wa Jalla
Hadirin jemaah Jumat, rahimakumullah....
Selain balasan istimewa berupa surga yang berdekatan dengan nabi di akhirat, merawat dan menyantuni anak yatim juga memiliki balasan yang sangat istimewa ketika di dunia, yaitu akan dilunakkan hatinya oleh Allah.
Hal ini sebagaimana diceritakan dalam salah satu riwayat sahabat Abu Hurairah, bahwa suatu saat ia mendengar seorang laki-laki yang mengadu kepada Rasulullah perihal hatinya yang keras, kemudian Nabi SAW menyuruhnya untuk memberi makan orang miskin dan mengusap kepala anak yatim.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلاً شَكَا إِلَى النَّبِىِّ قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ: امْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ وَأَطْعِمِ الْمِسْكِينَ
Artinya, "Dari Abu Hurairah, bahwa terdapat seorang laki-laki mengadu kepada nabi tentang hatinya yang keras, maka nabi bersabda: Berilah makanan kepada orang miskin, dan usaplah kepala anak yatim."
Hadirin jemaah Jumat, rahimakumullah...
Pada akhirnya mudah-mudahan Allah memberikan kita taufik dan kekuatan untuk bisa memuliakan anak yatim sebagaimana perintah agama amin allahumma amin
Khutbah Jumat Muharram #4: Merenungi Makna dan Hikmah Hijrah
(sumber: tulisan H Muhammad Faizin dalam laman NU Online)
Ma'asyiral Muslimin jemaah Jumat rahimakumullah, Tiada ungkapan yang patut kita haturkan kepada Allah SWT selain kalimat Alhamdulillahirabbil alamin sebagai wujud terima kasih atas segala nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita dalam kehidupan di dunia ini.
Kalimat shalawat juga patut kita ungkapkan kepada Nabi Muhammad saw yang merupakan pembawa risalah ilahiyah dan membawa kita dari kejahiliahan menuju terang benderangnya kehidupan dalam wujud manisnya iman dan Islam yang terus kita rasakan selama ini.
Oleh karena itu menjadi keniscayaan bagi kita untuk memperkuat ketakwaan diri agar kita bisa selalu menjadi pribadi yang bersyukur dan berterimakasih. Takwa adalah rasa takut melanggar perintah-perintah Allah dan berusaha sekuat mungkin untuk senantiasa menjalankan perintah serta menjauhi larangan Allah swt. Takwa akan menjadikan kita sosok pribadi yang benar-benar hidup di jalan Allah dan mampu melaksanakan misi utama diciptakan manusia di dunia ini yakni untuk beribadah.
Ma'asyiral Muslimin jemaah Jumat rahimakumullah, Saat ini kita berada di bulan Muharram yang merupakan bulan pertama dalam kalender Islam. Dijadikannya Muharram sebagai bulan pertama tahun hijriah tidak terlepas dari sejarah fenomenal yang dialami oleh Nabi Muhammad yakni peristiwa hijrah atau pindahnya Nabi bersama sahabat-sahabatnya dari Kota Makkah ke Madinah.
Hijrah yang dilakukan Nabi ini merupakan perintah Allah SWT dan menjadi momentum kebangkitan umat Islam dari penindasan dan ketidakberdayaan yang dialami bertahun-tahun di Makkah. Oleh karena itu, pada khutbah kali ini, khatib mengajak kepada seluruh jemaah untuk merenungi kembali makna dan hikmah yang terkandung dalam peristiwa hijrah dengan meresapi pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya sekaligus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara harfiah, hijrah bisa dimaknai 'berpindah'. Berpindah dalam konteks hijrah tidak bisa dimaknai sebagai perpindahan secara fisik semata. Namun lebih dari itu, hijrah yang dilakukan Nabi merupakan perpindahan yang memiliki dimensi spiritual dalam rangka membangun masa depan umat Islam yang lebih baik di berbagai sektor kehidupan.
Dalam perpindahan ini pun, Rasulullah telah mengingatkan sejak awal para sahabat-sahabatnya untuk menata diri dan mengingat hal penting yakni niat. Maka dalam haditsnya, Rasulullah mengingatkan para sahabat untuk benar-benar menata niat dengan benar saat berhijrah. Hal ini terungkap dalam hadits:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Artinya: "Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan". (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Hadits ini sangat penting kita renungi dan memberikan pemahaman bagi kita bahwa hubungan antara niat dengan hijrah atau apapun perbuatan yang kita lakukan di dunia tidak bisa dipisahkan.
Jika niat tidak ditata dengan benar terlebih dahulu, maka perbuatan yang kita lakukan akan tidak mendapatkan hasil dan akan sia-sia belaka. Allah pun telah mengingatkan bahwa siapa yang berhijrah dengan tujuan baik maka akan mendapatkan hal yang baik. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur'an:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Al-Baqarah: 218).
Ma'asyiral Muslimin jemaah Jumat rahimakumullah, Konsep dan hijrah yang dicontohkan Rasulullah dengan niatan yang benar juga mengandung banyak hikmah. Di antaranya adalah perubahan ke arah situasi dan kondisi yang lebih baik dan bisa lebih berkembang melebihi kondisi sebelumnya.
Hal ini bisa dicontohkan seperti saat petani memindahkan bibit tanamannya dari tempat semaian ke lahan yang baru. Jika tanaman seperti padi, jagung, pisang, ataupun tanaman lainnya tetap berada di lahan penyemaian, maka pertumbuhannya tidak akan bisa maksimal.
Hal ini dikarenakan terlalu banyak dan padatnya tanaman yang sama dan berebut makanan yang sama pula. Jika tanaman tersebut 'dihijrahkan' ke lahan yang baru, maka tanaman tersebut akan memiliki peluang tumbuh lebih cepat karena memiliki lahan yang luas dan perawatan yang maksimal.
Begitu pula dengan diri kita dan masyarakat di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari. Kita sering melihat orang yang berhijrah atau pindah dari daerah asalnya, banyak menemukan kondisi baru yang membuatnya bisa lebih baik dan berkembang.
Di tanah perantauan, seseorang digembleng untuk hidup mandiri dan berjuang sehingga kemandirian mampu menghantarkan orang yang berhijrah sukses. Allah swt berfirman:
وَمَنْ يُّهَاجِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَرْضِ مُرٰغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةً ۗوَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَاجِرًا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ࣖ
Artinya: "Dan barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS An-Nisa: 100).
Ma'asyiral Muslimin jemaah Jumat rahimakumullah, Dengan makna dan spirit yang sangat luas ini, maka hijrah tidak boleh diartikan dengan perubahan sempit seperti tampilan fisik semata dan menjadikan merasa lebih baik dari orang lain.
Hijrah adalah upaya lahir batin untuk berubah lebih baik menuju niatan yang telah ditanamkan di awal sebelum berhijrah. Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan oleh Allah swt untuk menjadi pribadi-pribadi yang terus mampu berhijrah ke arah kebaikan.
Insyaallah, jika kita sudah bertekad dan menyerahkan semuanya kepada Allah maka kita akan mendapatkan ridho dari-Nya. Amin.
فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Artinya: "Apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."
Khutbah Jumat Muharram #5: Awal Tahun
(sumber: dokumen bertajuk Khutbah Bulan Muharam yang diunggah NU Kediri)
Hadirin Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah...
Setelah memuji kepada Allah SWT, bershalawat kepada Baginda Nabi Agung Muhammad Saw, keluarga, serta sahabatnya, izinkan saya untuk berwasiat kepada hadirin semua, khususnya pada diri saya sendiri.
Marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Yakni mengerjakan apa yang diperintahkan, serta menjauhi apa yang dilarang, kapan pun dan di mana pun, dalam keadaan bagaimana pun, senang maupun susah, gembira ataupun sedih.
Karena dengan kita bertakwa, Allah SWT pasti akan menjamin kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat, juga memberikan jalan keluar atas setiap masalah yang kita hadapi.
Hadirin Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah...
Sesungguhnya telah lampau dari masa hidup kita yaitu tahun yang mana Allah SWT telah mengalungkan pada kita suatu nikmat yang tidak mampu untuk kita syukuri, dan menjaga kita dari kejelekan-kejelekan yang tidak mampu kita tolak.
Maha suci Allah SWT tidak ada tempat mengungsi kecuali padanya, semoga Allah SWT menerima kebaikan-kebaikan yang diberikan pada kita, dan mengampuni kesalahan-kesalahan yang sudah dilakukan oleh kita. Dan semoga Allah SWT memberikan semua yang kita inginkan, dan memberikan ridho pada semua yang kita cita-citakan.
Para hadirin jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah SWT, kita benar-benar menghadapi tahun baru, di mana kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita, karena sesungguhnya yang mengetahui semua itu hanyalah Allah SWT, demi Zat Kekuasaan Allah bahwa Raja langit dan bumi itu adalah Allah SWT, apabila semua makhluk berkumpul untuk merubah suatu keadaan maka sesungguhnya yang merubah beberapa keadaan hanyalah Allah SWT.
Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ بَيْنَ مَخَافَتَيْنِ: بَيْنَ أَجَلٍ قَدْ مَضَى لَا يَدْرِي مَا اللَّه قَاضٍ فِيهِ وَبَيْنَ أَجَلٍ قَدْ بَقِي لَا يَدْرِي مَا الله صَانِعُ بِهِ فَلْيَأْخُذِ الْعَبْدُ مِنْ نَفْسِهِ لِنَفْسِهِ وَمِنْ دُنْيَاهُ لِآخِرَيْهِ، وَمِنَ الشَّبِيبَةِ قَبْلَ الْكِبَرِ، وَمِنْ حَيَاتِهِ قَبْلَ الْمَمَاتِ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا بَعْدَ المَوْتِ مِنْ مُسْتَعْتَبٍ، وَلَا بَعْدَ الْدُنْيَا مِنْ دَارِ إِلَّا الْجَنَّةُ أَوِ النَّارُ
"Sesungguhnya hamba yang mukmin itu di antara dua kekhawatiran: yaitu di antara masa yang sudah lewat, tidak tau apa yang diputuskan Allah SWT pada masa itu, dan di antara masa yang akan datang, tidak tau apa yang Allah SWT akan lakukan di masa yang akan datang. Maka hendaknya hamba yang mukmin mempersiapkan dirinya untuk dirinya, dunianya untuk akhiratnya. Dan mempersiapkan mudanya sebelum tua, hidupnya sebelum mati. Maka demi Zat yang aku ada dikekuasaan- Nya, tidak ada hal yang dianggap sulit setelah mati, tidak ada rumah setelah dunia kecuali surga atau neraka,"
Namun Allah SWT telah memberikan ikhtiar pada kita agar kita selalu berbuat baik atau merubah perilaku kita yang jelek menjadi kebaikan, Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an surat ar-Ra'du ayat 11:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغْيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ.
"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah apa yang ada pada suatu kaum sehingga kaum itu merubah pada dirinya." (QS. Ar-Ra'du: 11)
Dalam sebuah Hadis Qudsi diriwayatkan:
قَالَ الرَّبُّ وَعِزَّنِي وَارْتَفَاعِي فَوْقَ عَرْشِي مَا مِنْ أَهْلِ قَرْيَةً وَلَا أَهْلِ بَيْتٍ كَانُوا عَلَى مَا كَرِهْتُهُ مِنْ مَعْصِيَنِي ثُمَّ تَخَوَّلُوا عَنْهَا إِلى مَا أَحْبَبْتُ لَهُمْ مِنْ طَاعَنِي إِلَّا حَوَّلْتُ بِهِمْ عَمَّا يَكْرَهُونَ مِنْ عَذَابِي إِلَى مَا يُحِبُّونَ مِنْ رَحْمَتِي
Tuhan berfirman: "Demi sifat keagungan-Ku dan keluhuran-Ku di atas 'Arsy-Ku, tidaklah dari penduduk desa atau rumah itu selalu melakukan hal-hal yang Aku benci berupa maksiat kepada-Ku kemudian mereka berusaha merubahnya pada hal-hal yang Aku sukai untuk mereka berupa patuh kepada-Ku, kecuali Aku merubah mereka dari hal-hal yang mereka benci berupa siksa-Ku pada hal-hal yang mereka sukai berupa pahala- Ku".
Hadirin Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah...
Berusahalah agar menjadi orang yang selalu berbuat baik dan lebih baik dari sebelumnya, dan berdoalah pada Allah SWT agar merubah perilaku kita dari yang jelek menuju yang baik, dari yang baik menuju yang lebih baik.
اللَّهُمَّ يَا مُحَوّلَ الْأَحْوَالِ حَوِّلَ أَحْوَالَنَا إِلَى أَحْسَنِ الْأَحْوَالِ بِحَوْلِكَ وَقُوَّتِكَ يَا عَزِيزُيَا مُتَعَال.
Ya Allah, Tuhan yang merubah segala keadaan, rubahlah keadaan kami menjadi lebih baik dengan kekuatanmu wahai, Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Agung.
Bertakwalah pada Allah SWT, dan tolong-menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan penganiayaan dan semoga Allah SWT merubah perilaku kita pada hal yang lebih baik.
Allah SWT berfirman, dan dengan firman-Nya seorang hamba akan mendapatkan petunjuk.
وَاللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُولُ ، وَبِقَولِهِ يَهْتَدِي المُهْتَدُونَ : وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ.
أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالِ
Doa Khutbah Kedua Jumat
Setelah membawakan materi khutbah Jumat, khatib akan menutupnya dengan membaca doa. Doa ini biasa disebut doa khutbah kedua Jumat. Dilansir buku Tips Khutbah Jumat 15 Menit Paling Berkesan oleh Muhammad Abduh Tuasikal, doa yang bisa dibaca adalah:
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدين
أَمَّا بَعْدُ : فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ !! اِتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى وَذَرُو الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنْ وَحَافِظُوا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلًا عَلَيْنَا إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا يُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ أَلْفُ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ
وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنَّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتقى ، والعَفَافَ ، والغنى
اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّين
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Demikian 5 teks khutbah Jumat Muharram 2024 singkat dan terbaru, lengkap dengan doa setelah khutbah kedua. Semoga bermanfaat!
(par/par)