Asyiknya Belajar di MTs Pakis Banyumas, Bayar Sekolah Pakai Singkong-Sayuran

Asyiknya Belajar di MTs Pakis Banyumas, Bayar Sekolah Pakai Singkong-Sayuran

Anang Firmansy - detikJateng
Senin, 15 Jul 2024 20:15 WIB
Wali murid membawa hasil bumi untuk mendaftarkan anaknya sekolah di MTs Pakis Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Senin (15/7/2024).
Wali murid membawa hasil bumi untuk mendaftarkan anaknya sekolah di MTs Pakis Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Senin (15/7/2024). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Banyumas -

Beberapa anak tanpa mengenakan seragam berlarian ke sana kemari di lingkungan sekolah MTs Pakis, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Sesekali mereka tampak membantu orang tuanya membawa hasil bumi.

Rupanya hari ini merupakan awal masuknya para siswa untuk tahun ajaran baru 2024. Pada hari pertama ini juga sekaligus dilakukan pendaftaran ulang.

Di sini awal tahun ajaran baru para wali murid dan siswa melakukan pengenalan lingkungan sekolah dengan kerja bakti. Wali murid nampak mencabuti rumput liar yang berada di tangga menuju bangunan utama. Sedangkan anak-anak nampak ada yang menyapu membersihkan ruang kelas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebersamaan sangat terasa pada awal ajaran baru ini. Mereka tidak ada yang terpaksa mengikuti kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekolah. Semua dilakukan dengan gembira.

Diketahui, MTs Pakis menerapkan sistem ajaran Agroforestry. Anak-anak nantinya dibekali ilmu bercocok tanam ataupun mengenali satwa yang hidup di hutan sekitar lereng selatan Gunung Slamet.

ADVERTISEMENT

Para siswa juga berasal dari wilayah sekitar dari Desa Sambirata dan Gunung Lurah. Hasil bumi yang dibawa oleh wali murid berasal dari hasil cocok tanam di masing-masing rumahnya.

Terlihat terdapat berbagai hasil bumi yang dibawa. Dari singkong, talas, kelapa, beras ataupun sayuran. Hasil bumi ini sebagai tanda jadi anak-anak masuk sekolah sebagai siswa kelas 7 di MTs Pakis.

Kepala MTs Pakis, Isrodin menjelaskan pada tahun ini terdapat 8 siswa Paket C dan 14 siswa MTs yang mendaftar.

"Alhamdulillah madrasah Pakis dan Paket C setara SMA tahun 2024 hari ini hari pertama masuk sekaligus daftar ulang bagi siswa baru. Ada 14 anak yang memang lulus SD tahun ini dan ada 8 yang paket C," katanya kepada wartawan, Senin (15/7/2024).

Menurutnya untuk tahun ini masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya yang memberlakukan daftar ulang dengan menggunakan hasil bumi. Hal ini tentunya meneruskan tradisi sejak sekolah ini berdiri pada 2013 dan sudah meluluskan sekitar 200 siswa.

"Kita masih memberlakukan daftar ulang siswa baru dengan hasil bumi. Jadi memang sudah semacam 'tradisi' sejak berdiri tahun 2013. Dari awal kita sudah meluluskan sekitar 200 an siswa," terangnya.

"Memang kelihatannya ada yang bawa singkong baru petik jadi masih basah. Ada juga yang bawa aneka macam sayuran," sambung dia.

Pemberlakuan pendaftaran ulang dengan hasil bumi memang dirasa paling realistis. Karena sebagian besar masyarakat di sekitar lereng Gunung Slamet bagian selatan bekerja sebagai petani.

"Orang tua di Desa Gununglurah dan Sambirata ini rata-rata petani dan berkebun di hutan. MTs Pakis masih diberi kepercayaan untuk melayani. Bagi siswa baru untuk 3 tahun ke depan ya tidak ada biaya," ujarnya.

Menurut Isrodin, hasil bumi ini sebagai ikatan bahwa pendaftaran sekolah tidak melulu dengan menggunakan uang. Hasil bumi tersebut nantinya akan kembali ke siswa dan wali murid dalam bentuk olahan masakan.

"Dengan hasil bumi sebagai ikatan bahwa setiap anak desa juga punya peluang kesempatan dilayani mendapatkan pendidikan yang layak. Hasil bumi ini nanti kita nikmati bareng-bareng dengan orang tua. Hari ini juga kita akan melakukan gotong royong perbaikan ruang belajar dengan orang tua siswa semuanya," ungkap dia.

Salah satu wali murid, Fitri (30) menjelaskan dirinya mendaftarkan anaknya, Arlin (13) dengan membawa singkong dan talas. Hasil bumi tersebut diperoleh dari halaman rumahnya.

"Saya daftar anak saya kelas 7. Bawa singkong, kelapa, tales, dan sayuran. Daftar sekolahnya memang tidak bayar," kata Fitri.

Selain sekolah tanpa biaya ada berbagai pertimbangan ia menyekolahkan anaknya ke MTs Pakis. Satu di antaranya adalah ingin agar anaknya bisa belajar hidup mandiri.

"Pengin agar anak saya bisa belajar tapi langsung praktik. Kalau di sini kan langsung praktik belajar di alam," terangnya.

Sekolah negeri di sekitar rumah tinggalnya juga cukup jauh. Harus turun ke bawah dengan jarak belasan kilometer.

"Sekolah negeri jauh, harus turun ke bawah. Kalau sini kan dekat," jelasnya.

Menurutnya, jika harus sekolah negeri terdekat membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk transportasi. Hal ini tentunya akan membuat pengeluaran keluarganya semakin membengkak.

"Suami saya merantau ke Jakarta, saya ibu rumah tangga tapi sambil usaha jualan sembako di rumah. Kalau harus sekolah negeri untuk transportasi saja paling tidak habis Rp 500 ribu sebulan," ungkapnya.

Hal senada juga diungkapkan Wasem (45), wali murid lainnya. Ia menyekolahkan anaknya di MTs Pakis dengan alasan jarak yang dekat.

"Kalau dibanding sekolah negeri, dekat sini. Walaupun ini jauh tapi berangkat masih bisa jalan kaki. Saya cuma bawa tales buat daftarkan anak saya masuk SMA," pungkasnya.




(ahr/rih)


Hide Ads