Jelang Idul Adha, Perajin Bakaran-Tusuk Satai Klaten Kebanjiran Pesanan

Jelang Idul Adha, Perajin Bakaran-Tusuk Satai Klaten Kebanjiran Pesanan

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Minggu, 16 Jun 2024 14:14 WIB
Pemkab Klaten
Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikcom
Jakarta - Hari Raya Idul Adha menjadi berkah bagi masyarakat, terutama para perajin bakaran sate dan tusuk satai di Kabupaten Klaten. Mereka kebanjiran pesanan menjelang Hari Raya Kurban ini.

Di sebuah sudut di Dukuh Daleman, Desa Palar, Kecamatan Trucuk, tampak para perajin tusuk sate tengah membelah potongan bambu menjadi tusuk dengan berbagai ukuran. Tampak sepasang sejpli paruh baya tengah berkutat dengan banyak potongan bambu di teras rumah berukuran 1,5 x 3 meter.

Keduanya sumringah, saat bercerita bahwa pesanan tusuk sate di tempatnya itu sudah mengalami peningkatan mendekati Hari Raya Idul Adha. Sang istri, Paikem (66) mengaku pesanan tusuk sate sudah mulai ramai dua minggu ke belakang.

"Paling laris itu tusuk sate yang (ukuran) paling besar, ramainya pas momen Idul Adha ini," kata Paikem saat ditemui detikJateng di rumahnya, Minggu (16/6/2024).

Paikem menjelaskan, ia membuat beberapa jenis tusuk. Tak hanya tusuk satai, ada pula tusuk untuk sosis, somai, dan masih banyak lagi. Beberapa ukuran tusuk yang ia buat yakni ukuran 13 cm, 15 cm, 17 cm, 20 cm.

Beberapa hari ke belakang, kata Paikem, ia dan suaminya itu sudah lembur untuk memproduksi ratusan pesanan tusuk satai dari para penjual serta masyarakat setempat. Peningkatan pesanan di tempatnya sendiri bisa mencapai dua kali lipat dibandingkan hari-hari biasa.

"Bisa sampai dua kali lipat, biasanya yang ambil 100 oket kemarin bisa 150-200 ikat. Gonta-ganti yang beli," tuturnya.

Harga untuk satu satu ikat tusuk satai pun sangat terjangkau. Sebanyak 20-30 tusuk satai dalam satu ikat hanya ia hargai Rp 2 ribu, meski kini harga bahan baku bambu sudah meningkat dari Rp 20 ribu menjadi Rp 25 ribu per bambu.

"Seikat dijual Rp 2 ribu, isinya 20-30an, nggak dihitung. Nanti diambil terus dijual lagi, kalau (harganya) dinaikkan, nanti mereka menjualnya kemahalan," jelasnya.

Paikem yang sudah berjualan tusuk satai sekitar 15 tahun itu mengaku produknya selalu ramai terjual setiap Idul Adha. Pembeli paling jauh datang dari Sukoharjo hingga Semarang.

Hal serupa dirasakan salah satu perajin bakaran satai, Handika Budi Setiawan (22). Ia mengatakan pesanan untuk bakaran satai sudah mulai meningkat menjelang Hari Raya Idul Adha. Berkaca dari tahun lalu, dalam dua bulan ada sebanyak 60 ribu pesanan bakaran satai dari toko miliknya yang dinamai Dika Mandiri.

"Menjelang Idul Adha itu sudah ada peningkatan permintaan, tapi tahun ini belum saya jumlah karena belum selesai Idul Adhanya," ungkapnya.

Peningkatan pesanan itu sudah mulai terlihat dari dua bulan lalu. Ia mengatakan, dalam satu hari maksimal ada 100 bakaran satai yang dibuat oleh sekitar 5-6 perajin di tokonya itu.

Bakaran satai itu, lanjut Handika, nantinya akan diambil oleh para distributor, penjual di pasar, ataupun masyarakat setempat. Pembeli paling jauh datang dari Bojonegoro, selain itu ada pula pembeli dari Jogja, Solo, Boyolali, dan sekitarnya.

"Harganya Rp 13 ribu. Ada tiga ukuran (bakaran satai), kecil, tanggung, sama besar. Selisih harganya Rp 1 ribuan," ungkapnya.

"Mau Idul Adha kayak gini peningkatannya hampir 100 persen. Barang sampai kurang-kurang," sambungnya.

Selain memproduksi bakaran satai, tokonya itu juga menjual berbagai macam alat masak. Medekati Idul Adha ini, produk paling banyak dipesan yakni bakaran satai.




(akn/ega)


Hide Ads