Geliat Perpustakaan Jalanan Blora, Budayakan Literasi di Ruang Publik

Geliat Perpustakaan Jalanan Blora, Budayakan Literasi di Ruang Publik

Achmad Niam Jamil - detikJateng
Selasa, 23 Apr 2024 12:47 WIB
Aktivitas Perpustakaan Jalanan Blora.
Aktivitas Perpustakaan Jalanan Blora. Foto: Dok istimewa/Adistya Wahyu Putra
Blora -

Perpustakaan pada umumnya menempati sebuah gedung atau bangunan. Namun, Perpustakaan Jalanan (Perpusjal) Blora ini berbeda. Mereka bisa ditemui justru di pinggir jalan.

Perpustakaan itu tidak memiliki jadwal pasti. Mereka bisa buka di mana saja, asalkan berada di pinggir jalan.

Tidak ada rak untuk tempat menyimpan buku. Mereka hanya menggelar terpal di pinggir jalan dan meletakkan buku-buku di atasnya. Warga yang ingin membaca bisa memilih buku yang disukai dengan bebas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu pegiat Perpustakaan Jalanan Blora, Adistya Wahyu Putra (30) menceritakan perpustakaan itu berdiri sejak 2017. Hingga kini perpustakaan itu tetap bertahan meski pegiatnya berganti-ganti orang.

"Saya ini generasi kedua. Awalnya sudah ada. Saya meneruskan yang pertama. Ya melanjutkan jerih payah teman-teman," jelasnya saat ditemui detikJateng di Blora, Senin (22/4/2024).

ADVERTISEMENT

Perpustakaan jalanan Blora tidak memiliki kepengurusan. Kegiatannya mengalir secara alami. Anggotanya siapa saja, dan yang menghidupkan perpusjal ini merupakan pegiat. Perpusjal tidak memiliki alamat.

"Alamat tidak ada. Temukan kami di jalanan. Biar ketemu di jalanan. Kita bukan organisasi juga, tidak ada ketuanya. Siapapun yang mau ngurip-urip (menghidupkan) silakan. Kita tidak ada anggota, siapapun yang pengin gabung, gabung saja. Kita bukan organisasi. Tidak dibatasi dengan apapun," ucapnya.

Selama tujuh tahun, para pegiat Perpusjal berusaha keras untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Mereka berjuang agar keberadaannya bisa diterima masyarakat, meski terkadang harus mengganti konsep.

Aktivitas Perpustakaan Jalanan Blora.Aktivitas Perpustakaan Jalanan Blora. Foto: Dok istimewa/Adistya Wahyu Putra

Pada awalnya, Perpusjal Blora memiliki tagline 'Membaca adalah Melawan' namun ternyata kurang bisa diterima masyarakat. Mereka akhirnya memilih mengganti tagline-nya menjadi ''Membaca dan Berbahagia'.

"Namanya perpustakaan jalanan kan identik dengan 'kiri', identik dengan melawan. Tapi kita lebih kepada kerja nyata, lebih ke skill. Kalau dijejali membaca saja ya susah juga," ucapnya.

Mereka juga menyadari bahwa pembaca yang banyak memanfaatkan kehadiran Perpusjal pada dasarnya bukanlah kutu buku. Karena itu, mereka kerap menggelar kegiatan lain untuk menarik minat warga.

"Perpusjal bukan orang yang literasi murni atau pembaca khusuk. Tapi lebih ke kerja nyata. Biasanya kita membuat acara workshop sablon cukil, kolase plastik, ecoprint. Lebih memberikan kemampuan bertahan hidup," terangnya.

Perjuangan Perpusjal Blora dalam menumbuhkan literasi di tengah masyarakat membuat banyak pihak yang ikut membantu dengan menyumbang buku. Perpustakaan yang pada awal berdirinya hanya memiliki 50 buku itu kini telah berkembang dengan ratusan buku dari berbagai genre.

Aktivitas Perpustakaan Jalanan Blora.Aktivitas Perpustakaan Jalanan Blora. Foto: Dok istimewa/Adistya Wahyu Putra

"Buku random banget. Mulai dari buku anak-anak sampai keluarga. Buku pelajaran juga ada. Ada novel, buku ilmiah, majalah, komik, zine, buku bergambar, buku bergambar dan peralatan menggambar juga ada," sebutnya.

Kini Perpusjal Blora terus bergerak untuk menumbuhkan minat baca. Mereka selalu berpindah tempat mendekati keramaian.

"Kalau buka lapak selalu di keramaian-keramaian. Ya di Alun-alun, Embung Rowo, di Lapangan Kridosono Blora. Pernah juga dimintai mengajari workshop. Jadi selain melestarikan budaya literasi kami juga mengajarkan kekreativitasan," bebernya.




(ahr/dil)


Hide Ads