Cerita Waldjinah Melestarikan Keroncong dan Batik di Usia Senjanya

Cerita Waldjinah Melestarikan Keroncong dan Batik di Usia Senjanya

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Sabtu, 20 Apr 2024 09:49 WIB
Waljinah dan kediamannya di Mangkuyudan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Jumat (19/4/2024)
Waljinah saat ditemui di kediamannya di Mangkuyudan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Jumat (19/4/2024). Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng.
Solo -

Barisan piala dan piagam penghargaan, langsung menyambut saat mendatangi rumah salah satu maestro keroncong Waldjinah, di Mangkuyudan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo. Foto Waldjinah dengan Presiden Sukarno, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, dan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) menghiasi dinding ruang tamu.

Di sisi ruangan lain, terdapat tumpukan kain batik koleksi Galeri Walang Kekek. Sementara itu, Waldjinah duduk di ruang tengah. Di sampingnya terdapat alat bantu jalan milik wanita berusia 76 tahun itu.

Penyanyi tembang Walang Kekek itu nampak sehat. Ia sangat bersemangat kala melakukan sesi wawancara dengan detikJateng.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehat, cuma kakinya (lutut sakit). Dulu kalau menyanyi pakai sandal yang tinggi (heels). Sekarang sudah nggak bisa (pakai heels)," Jawab Waldjinah soal kesehatannya, Jumat (19/4/2024).

Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Waldjinah masih memiliki misi besar yaitu melestarikan musik keroncong, dan batik. Ia masih bersemangat, kala mendapatkan undangan untuk menghadiri suatu acara, utamanya acara budaya.

ADVERTISEMENT
Waljinah dan kediamannya di Mangkuyudan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Jumat (19/4/2024)Waljinah dan kediamannya di Mangkuyudan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Jumat (19/4/2024) Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng

Meski sudah tidak bisa bernyanyi seperti dahulu, namun wanita kelahiran 7 November 1945 itu tak sepenuhnya meninggalkan panggung hiburan. Dia masih mengamati perkembangan musik Jawa, bahkan dia terakhir masih bernyanyi pada acara ulang tahun salah satu televisi swasta sekitar 3 bulan lalu.

"Sekarang anak muda banyak yang masuk keroncong, bagus perkembangannya. Musik Jawa populer lagi, walaupun Didi Kempot dan Cak Diqin sudah meninggal. Penerusnya banyak, penyanyi laki-laki sekarang juga bagus-bagus. Saya terakhir kolaborasi dengan Denny Caknan dan Soimah," ujarnya.

Dalam kolaborasi itu, mereka menyanyikan lagu Anoman Obong. Namun, karena faktor usia, Waldjinah kini tidak bisa bernyanyi secara langsung, suaranya sebelumnya sudah direkam terlebih dahulu. Hal itu juga dilakukan pada konser yang lain.

Dia mengaku merindukan rekaman, dan pentas seperti dahulu. Namun karena keterbatasan kondisi fisiknya, Waldjinah hanya bisa bernyanyi sendiri di rumahnya, seperti saat menyaksikan wayang atau acara hiburan lain.

Sebelum pandemi COVID-19, Waldjinah masih sering latihan bersama dengan grup keroncongnya. Namun saat ini sudah tak dilakukan lagi.

"Sekarang saya sering menyanyikan langgam-langgam gembira, walang kekek, ayo ngguyu. Masih hafal liriknya saya," ucapnya.

Waljinah dan kediamannya di Mangkuyudan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Jumat (19/4/2024)Kediamannya Waldjinah di Mangkuyudan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Jumat (19/4/2024) Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng

Sebagai Ratu Keroncong, menjaga dan melestarikan budaya musik tradisional harus dilakukan, agar tak tergerus budaya asing.

Kecintaan Waldjinah terhadap musik sudah ada sejak masih kecil. Waldjinah diajari bernyanyi oleh kakaknya sejak usia 5 tahun, dan mulai manggung di usia 10 tahun. Selama kariernya, dia sudah melakukan rekaman sebanyak 1.700 lagu. Bahkan dia sudah bernyanyi di hadapan semua Presiden RI.

"Uri-uri keroncong harus, karena keroncong hanya Indonesia yang punya," kata dia.

Melestarikan Batik

Kata-kata dari Presiden Jokowi, masih teringat jelas di benak Waldjinah. Kata-kata itu selalu ia pegang, untuk melestarikan budaya Jawa yakni batik.

Salah satu cara yang ia lakukan dengan membuka galeri batik Walang Kekek. Di sana juga menjual kain batik tulis, yang biasanya digunakan untuk jarik.

"Mandat dari pak Jokowi untuk melestarikan (batik)," ujar Waldjinah.

Kain batik pola parang, menjadi salah satu jarik kesukaannya. Kain itu nampak ada tanda tangan Waldjinah. Ia mengungkapkan, batik itu menemaninya saat konser di berbagai negara.

"Kalau saya menggunakan ini, saya kelihatan lebih tinggi. (Iya) karena motif garisnya," ucapnya.

Cucu Waldjinah, Clavinova Devy menambahkan, batik Walang Kekek memiliki ciri khasnya sendiri. Sebab pola batik yang digunakan dari keluarga besarnya.

"Di sini batik tulis semua. Dan keluarga eyang itu pembatik, sehingga punya 500 pola langka yang dibuat dari tahun 1900an," kata Devy.




(apl/apl)


Hide Ads