Para perempuan yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Sorogaten, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten juga telah berperan dalam meningkatkan pertanian di daerahnya. Mereka telah mengelola bahan mentah hasil panen menjadi produk turunan bernilai tambah.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Desa (Sekdes) Sorogaten, Ilham Sandy. KWT yang sudah dibentuk sejak 2017 dengan berisikan 28 anggota itu sejak awal berfokus pada sektor pertanian.
Mereka bahkan memanfaatkan lahan kas desa menjadi greenhouse untuk budi daya sayuran. Sebagian besar sayur mayur yang dipilih untuk dibudidayakan ialah sayuran yang bisa rutin dipanen, seperti cabai, terung, hingga mentimun.
Sayur mayur yang mereka tanam dan panen sendiri pun tak hanya membuat greenhouse milik KWT Desa Sorogaten itu menjadi supermarket sayuran bagi masyarakat setempat. Namun, sayur mayur juga diolah menjadi produk olahan yang memiliki nilai tambah.
"Produk olahan kami ada asinan, terus kalau dulu itu biasanya puding labu, tapi karena labu sekarang belum produksi lagi jadi belum bisa. Sama kerupuk-kerupuk ini dari UMKM binaan," kata Ilham kepada awak media di Desa Tangkisan Pos, Kecamatan Jogonalan, Sabtu (20/4/2024).
Produk olahan yang paling laris, kata Ilham, ialah rujak asinan yang dijamin lezat dengan resep khas Bandung. Harga rujak asinan tersebut juga terjangkau, hanya dibanderol Rp 5 ribu per kemasannya.
Ilham menjelaskan, dibentuknya KWT sangat berdampak pada kehidupan para wanita khususnya ibu-ibu di Desa Sorogaten. Sebab, selain bisa menambah pengetahuan ibu-ibu terkait pertanian, hasil panen dari KWT juga bisa memenuhi kebutuhan pangan warga setempat.
Warga bisa berbelanja sayuran hasil panen di greenhouse dengan harga yang lebih terjangkau. "PKK dan KWT di Sorogaten itu juga membuat green house supaya bisa mencukupi kebutuhan pangan," jelasnya.
Hasil panen bisa langsung dibeli dengan harga lebih terjangkau dibanding dengan harga di pasaran. Ilham mengungkapkan, dengan membeli sayur mayur hasil panen secara langsung, masyarakat bisa hemat hingga Rp 2 ribu per kilogramnya.
"Produksi panennya itu juga bisa langsung dibeli oleh masyarakat sekitar, jadi nggak harus ke pasar dengan harga jual yang sudah lumayan tinggi, karena sudah melewati tengkulak," jelasnya.
Salah satu anggota KWT Desa Sorogaten, Siti Juwariyah (46) mengatakan dengan menjadi anggota KWT, ia tak hanya bisa menambah kesibukan melainkan juga bisa mendapat penghasilan tambahan untuk meningkatkan perekonomian keluarga.
"Alhamdulillah (desa) semakin maju, semakin bagus. Menambah penghasilan, menambah kesibukan juga," tuturnya.
Ia menjelaskan, 5-6 anggota KWT dari masing-masing dukuh akan digilir untuk melaksanakan piket setiap 3-4 hari sekali. Mereka akan menanam sayuran, membersihkan rumput, dan menyemprot tanaman di Green House.
"Ingin menanam apapun ya ditanam. Terutama rempah-rempah, kacang, sawi, karena yang paling laku dijual," ungkapnya.
Hal senada disampaikan Etik (46), yang juga merupakan anggota KWT Desa Sorogaten. Ia berharap, KWT Desa Sorogaten bisa semakin maju dan bisa mencoba banyak komoditi lain untuk ditanam.
"Harapannya lebih maju lagi, kalau ada bantuan lebih banyak lagi kan bisa buat beli benih, terus pupuk," harapnya.
(anl/ega)