Setia Mbah Sadiman Tanam Pohon Meski Bukit Gendol Tak Lagi Gundul

Setia Mbah Sadiman Tanam Pohon Meski Bukit Gendol Tak Lagi Gundul

Muhammad Aris Munandar - detikJateng
Kamis, 04 Apr 2024 18:30 WIB
Mbah Sadiman, pahlawan penghijauan asal Wonogiri, Kamis (4/4/2024).
Mbah Sadiman, pahlawan penghijauan asal Wonogiri, Kamis (4/4/2024). (Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng)
Wonogiri -

Usaha Mbah Sadiman untuk menghijaukan hutan Bukit Gendol di Dusun Sobo, Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto, Wonogiri telah membuahkan hasil. Meski air telah melimpah di desanya, Mbah Sadiman tetap konsisten menanam pohon pengikat air di areal hutan.

"Masih sehat, setiap hari masih hutan, merawat pohon," kata Mbah Sadiman saat berbincang dengan detikJateng, Rabu (3/4/2024).

Hingga saat ini Mbah Sadiman masih konsisten menanam pohon pohon meski saat ini di desanya air sudah melimpah. Ia mengaku dalam satu bulan masih menanam sekitar 30 pohon.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ditanam di lahan yang bisa dijangkau. Saat ke hutan sambil bawa bibit kemudian di tanam. Kalau tidak menanam ya menyulami merawat pohon yang sudah ditanam," ungkap dia.

Selain menanam pohon beringin, kini Mbah Sadiman juga menanam kopi di Bukit Gendol sejak dua tahun lalu. Ada tiga jenis kopi yang ditanam, yaitu kopi Jawa, kopi nangka, dan kopi arabica.

ADVERTISEMENT

"Aku konsisten (menanam pohon), penting badanku masih mampu meneruskan perjalananku. Tidak berhenti, tidak. Masih mampu saya atasi," ujarnya.

Menurutnya, yang terpenting dari penanaman pohon adalah perawatan. Tanaman harus dirawat, dibersihkan dari rumput, dipupuk dan perawatan lainnya

"Penting perawatan. Sedikit kalau dirawat jadi bukit. Kalau banyak melimpah tidak dirawat jadi musnah," kata dia.

"Harapanku ada yang meneruskan perjuangan saya. Bisa membarokahi masyarakat sini supaya hidupnya semua bisa hidup sejahtera," kata Mbah Sadiman.

Riswanti, putri Mbah Sadiman, mengatakan saat ini Mbah Sadiman tinggal di rumah bersama istri, anak, dan dua cucunya. Riswanti mengungkapkan rasa syukurnya karena di umur 72 tahun ini, Mbah Sadiman masih sehat.

"Berangkat ke gunung jalan, pulang jalan. Kadang mau saya antar tidak mau," kata Riswanti.

Ia mengatakan, hingga kini bapaknya masih menanam meski jumlahnya sedikit. Bahkan saat ini justru menambah menanam kopi. Selain ke hutan, Mbah Sadiman juga pergi ke sawah yang ditempuh selama 15 menit dengan jalan kaki.

Sejak viral 2015 lalu karena dedikasinya terhadap lingkungan hidup, Mbah Sadiman sering mendapatkan undangan ke luar kota. Berbagai penghargaan pun telah diperoleh Mbah Sadiman. Salah satunya Penghargaan Kalpataru.

"Kalau sering kemana-mana (dapat undangan) saya pasrahkan ke pendamping. Kalau saya kurang pengalaman," kata Riswanti.

Diketahui, Mbah Sadiman merupakan seseorang yang mempunyai peran penting bagi lingkungan hidup di desanya. Pada 2016 ia mendapatkan Penghargaan Kalpataru.

Selama belasan tahun ia seorang diri menanam pohon pengikat air di hutan yang sebelumnya gundul akibat kebakaran. Luas lahan yang ditanami Mbah Sadiman di lereng selatan Gunung Lawu itu tidak kurang dari 100 hektare.

Dari awalnya warga sulit mendapatkan air dan banyak yang sakit, kini stok air melimpah. Ada sekitar 1.100 KK yang memanfaatkan air bersih untuk minum dari Bukit Gendol. Selain itu air juga dimanfaatkan untuk irigasi.




(aku/apl)


Hide Ads