- 1. Ceramah Singkat Berjudul 6 Amalan 10 Hari Terakhir Bulan Puasa - Giat qiyamullail - Mengajak orang lain qiyamullail - Memperbanyak I'tikaf - Membersihkan badan - Bersungguh-sungguh dalam meraih Lailatul Qadar - Berdoa memohon ampunan
- 2. Ceramah Singkat Berjudul Praktek I'tikaf Rasulullah di 10 Malam Terakhir Ramadhan
- 3. Ceramah Singkat Berjudul Mempererat Hubungan dengan Allah Melalui I'tikaf
Keutamaan 10 hari terakhir bulan Ramadhan salah satunya adanya malam Lailatul Qadar. Bahkan banyak orang muslim yang berlomba-lomba untuk meraihnya.
Banyak orang yang melakukan I'tikaf atau berdiam diri di dalam masjid dengan tujuan untuk mendapatkan ridha Allah. Hal tersebut juga merupakan sesuatu yang diteladani dari Nabi Muhammad SAW.
Nah berikut ini informasi mengenai keutamaan 10 hari terakhir Ramadhan yang dikutip dari situs NU online dalam bentuk ceramah singkat disertai judul dan hadits.
1. Ceramah Singkat Berjudul 6 Amalan 10 Hari Terakhir Bulan Puasa
Bulan Ramadhan telah mencapai 10 hari terakhirnya. Sebagai umat Islam yang gembira menyambut kedatangan bulan suci ini dan mengisi waktu dengan serangkaian amalan, kita berharap dapat memanfaatkan momen yang berharga ini sebaik mungkin. Rasulullah SAW juga mengutamakan ibadah pada 10 hari terakhir ini. Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidah 'Aisyah,
كَانَ رَسُوْلُ اللهً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِيْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ
Artinya: "Pada malam sepuluh terakhir, Rasulullah SAW (lebih) bersungguh-sungguh (untuk beribadah), melebihi keunggulan pada malam yang lain." (HR Muslim).
Berikut beberapa ibadah yang dianjurkan oleh Rasul sebelum Ramadhan pergi meninggalkan kita:
- Giat qiyamullail
Amalan ibadah yang sangat ditekankan selama sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah meningkatkan intensitas ibadah di malam hari. Ini berarti, setiap malam selama bulan suci ini, kita disarankan untuk melakukan ibadah, tetapi saat memasuki sepuluh hari terakhir, kita diminta untuk lebih tekun dan bersemangat. Diriwayatkan dari Sayyidah 'Aisyah,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْلِطُ الْعِشْرِينَ بِصَلَاةٍ وصَوْمٍ وَنَوْمٍ، فَإِذَا كَانَ الْعَشْرُ شَمَّرَ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ
Artinya: "Dari Aisyah RA, dia berkata, pada 20 hari yang pertama (di bulan Ramadhan), nabi SAW biasa mengkombinasikan antara sholat, puasa dan tidurnya. Namun jika sudah memasuki 10 hari terakhir beliau bersungguh-sungguh dan mengencangkan sarungnya (menjauhi istri-istrinya)." (HR Ahmad).
- Mengajak orang lain qiyamullail
Keutamaan melakukan qiyamullail bukan hanya tentang meningkatkan intensitas ibadah kita sendiri, tetapi juga mengajak orang lain untuk bersama-sama menghidupkan malam dalam 10 hari terakhir Ramadhan. Dalam lingkup keluarga, suami dapat membangunkan istrinya, sementara dalam skala yang lebih luas, seorang ustadz atau kiai dapat menggerakkan jamaahnya untuk bersama-sama merayakan malam yang mulia ini. Dasar dari anjuran ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidah 'Aisyah:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Artinya: "Jika telah datang 10 hari yang terakhir (di bulan Ramadhan) nabi mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malamnya (dengan beribadah) dan membangunkan keluarganya (untuk beribadah)." (HR Bukhari dan Muslim).
- Memperbanyak I'tikaf
I'tikaf merupakan salah satu ibadah yang disarankan pada saat ini. Praktiknya adalah dengan tinggal di dalam masjid dan mengisi waktu dengan beribadah seperti sholat sunnah, berdzikir, membaca Al-Quran, dan kegiatan lainnya. Praktek ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidah 'Aisyah sebagai berikut,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ
Artinya: "Dari Aisyah RA dia berkata sesungguhnya Nabi SAW beri'tikaf pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan sampai beliau wafat." (HR Al-Bukhari dan Muslim).
- Membersihkan badan
Salah satu anjuran sebelum melakukan ibadah adalah menjaga kebersihan tubuh dan menggunakan wewangian. Hal yang sama berlaku saat memasuki malam-malam sepuluh terakhir Ramadhan. Dengan tubuh yang bersih dan harum, kita akan merasa lebih semangat dan fokus dalam ibadah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidah 'Aisyah disebutkan,
كَانَ النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ رَمَضَانُ قَامَ وَنَامَ فَإِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ الْمِئْزَرَ وَاجْتَنَبَ النِّسَاءَ وَاغْتَسَلَ بَيْنَ الْأَذَانَيْنِ وَجَعَلَ الْعِشَاءَ سَحُوْرًا
Artinya: "Ketika memasuki bulan Ramadhan Rasulullah bangun malam (untuk beribadah) dan juga menggunakannya untuk tidur. Begitu masuk sepuluh hari terakhir beliau kencangkan sarung, menjauhi istri-istrinya (untuk beribadah), mandi antara dua adzan (dua waktu sholat maghrib dan isya)." (HR Ibnu Abi'Ashim).
- Bersungguh-sungguh dalam meraih Lailatul Qadar
Dalam sepuluh malam terakhir Ramadhan, kita sangat dianjurkan untuk sungguh-sungguh mencari Lailatul Qadar, yang merupakan malam paling istimewa dibanding seribu bulan. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan ibadah pada malam itu. Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya: "carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan." (HR Al-Bukhari dan Muslim).
- Berdoa memohon ampunan
Saat malam Lailatul Qadar tiba, Rasulullah menyarankan kita untuk memohon ampunan kepada Allah SWT. Doa yang dianjurkan seperti berikut,
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Artinya: "Ya Allah Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku."
Sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidah 'Aisyah,
عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ وَافَقْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ مَا أَدْعُو قَالَ: تَقُولِينَ اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Artinya, "Dari 'Aisyah RA, sesungguhnya dia berkata, '(Aku pernah bertanya kepada Rasulullah), 'Wahai Rasulullah, doa apa yang bisa aku baca ketika mendapati Lailatul Qadar?' Nabi menjawab, 'Bacalah Allāhumma innaka 'afuwwun tuḥibbul 'afwa fa'fu 'annī (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku).'" (HR Ibnu Majah).
2. Ceramah Singkat Berjudul Praktek I'tikaf Rasulullah di 10 Malam Terakhir Ramadhan
Nabi Muhammad SAW terkenal sebagai pribadi yang sangat rajin dalam beribadah. Beliau selalu memanfaatkan setiap kesempatan untuk meningkatkan amal kebaikan, terutama di bulan suci Ramadhan. Salah satu ibadah yang rutin dilakukan adalah i'tikaf.
I'tikaf memiliki arti berdiam diri. Dalam konteks ibadah, i'tikaf dijelaskan sebagai berdiam diri di masjid dengan tujuan untuk fokus pada ibadah kepada Allah SWT. Tujuan utamanya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Dengan memusatkan perhatian di masjid dan mengurangi aktivitas dunia, diharapkan para mu'takif (orang yang melakukan i'tikaf) dapat meningkatkan ibadah seperti sholat, membaca Al-Quran, berdzikir, dan berdoa.
Pada 10 malam terakhir Ramadhan, Rasulullah SAW semakin tekun dalam beribadah dan selalu melakukan i'tikaf. Hal ini menegaskan pentingnya 10 malam terakhir Ramadhan dan kesempatan besar untuk meraih malam Lailatul Qadar.
Dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan bahwa Nabi SAW selalu membangunkan keluarganya untuk mempersiapkan keperluan i'tikaf dan mengencangkan ikat pinggangnya sebagai tanda keseriusan dalam beribadah menjelang akhir Ramadhan.
لم يكن النبي صلى الله عليه وسلم إذا بقي من رمضان عشرة أيام يدع أحدا من أهله يطيق القيام إلا أقامه
Artinya: "Nabi Muhammad SAW, ketika 10 hari terakhir bulan Ramadhan tiba, beliau tidak pernah membiarkan anggota keluarganya yang mampu untuk melakukan sholat malam (qiyamul lail) untuk meninggalkannya. Beliau selalu mengajak mereka untuk bangun dan sholat." (HR At-Tirmidzi).
Dalam Shahih Al-Bukhari, terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah RA yang menyatakan bahwa Nabi SAW ketika memasuki 10 hari terakhir Ramadhan, beliau mengikat kain izarnya lebih erat, memperbanyak ibadah di malam hari, dan membangunkan keluarganya untuk beribadah.
Dari hadits ini, terlihat bahwa Nabi Muhammad SAW menganggap 10 hari terakhir Ramadhan sebagai waktu yang sangat istimewa untuk meningkatkan kualitas ibadahnya. Beliau tidak hanya beribadah sendiri, tetapi juga mendorong keluarganya untuk turut serta dalam ibadah.
حَدَّثَنَا إسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ وَهْبٍ عَنْ يُونُسَ أَنَّ نَافِعًا أَخْبَرَهُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya: "Ismail bin Abdullah meriwayatkan dari Ibnu Wahb, dari Yunus, dari Nafi', dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam biasa beriktikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan." (HR Al-Bukhari). (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, [Kairo, Dar Rayyan lit Turats: 1986 M], jilid IV, halaman 318).
Antara keutamaan melaksanakan i'tikaf, yang pertama adalah momen istimewa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan berdiam di masjid, seorang Muslim dapat fokus pada ibadah, membaca Al-Quran, berdzikir, dan merenungkan diri, yang semuanya membantu meningkatkan keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT.
Yang kedua, i'tikaf memberikan kesempatan untuk mendapatkan pahala yang melimpah. Melaksanakan i'tikaf adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Di dalam masjid, seorang Muslim dapat fokus pada ibadah tanpa gangguan dari dunia luar, sehingga memungkinkan mereka untuk lebih dekat dengan Allah SWT dan merasakan ketenangan batin.
Yang ketiga, i'tikaf membantu seorang Muslim untuk menjauhkan diri dari kesibukan dunia dan lebih fokus pada hal-hal spiritual. Dengan berdiam di masjid, seorang Muslim dapat terhindar dari godaan dosa dan perbuatan maksiat.
Mari kita manfaatkan sisa Ramadhan dengan sebaik mungkin, mengikuti teladan Rasulullah SAW dengan memperbanyak ibadah, salah satunya dengan melaksanakan i'tikaf. Semoga Allah SWT memudahkan dan memberikan kita kekuatan untuk meraih pahala yang melimpah di bulan suci ini. Amin. Semoga Allah lebih mengetahui.
3. Ceramah Singkat Berjudul Mempererat Hubungan dengan Allah Melalui I'tikaf
I'tikaf adalah sebuah amalan yang sangat dianjurkan selama bulan Ramadhan, terutama pada sepuluh malam terakhir. Secara harfiah, I'tikaf mengacu pada "berdiam diri" di dalam masjid dengan tujuan khusus untuk beribadah. Secara etimologis, istilah ini berasal dari kata yang berarti berdiam diri atau mengabdikan diri sepenuhnya kepada sesuatu, yang dalam bahasa Arab disebut al-lubtsu atau 'akafa ala syai'. Praktik I'tikaf melibatkan menetap di dalam masjid dengan maksud utama untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Syafi'i:
والاعتكاف لزومُ المَرْءِ شيئاً ، وحَبْسُ نفسه عليه ، براً كان أوإثماً
Artinya: "I'tikaf adalah seseorang yang berdiam diri di suatu tempat, dan mengurung dirinya di sana, baik untuk kebaikan maupun keburukan." (Abi Husain al-'Imrani asy-Syafi'i, al-Bayan fi Mazhab al-Imam Asy-Syafi'i, [Kairo; Darul Minhaj, tt], Jilid III, halaman 571).
Mengapa kegiatan i'tikaf sering dilakukan selama 10 malam terakhir Ramadhan? Hal ini karena periode ini mencakup malam Lailatul Qadar, yang dianggap lebih berharga dari seribu bulan, dan merupakan kesempatan langka untuk meningkatkan kualitas ibadah serta mendapatkan pahala yang besar.
Rasulullah SAW sendiri secara rutin melakukan i'tikaf selama sepuluh malam terakhir Ramadhan, seperti yang dilaporkan oleh Aisyah RA. Tujuan beliau dalam i'tikaf adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan berharap untuk meraih malam Lailatul Qadar.
- أنَّ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ كانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأوَاخِرَ مِن رَمَضَانَ، حتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِن بَعْدِهِ
Artinya: "Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW beri'tikaf pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan sampai beliau wafat. Kemudian para istrinya mengikuti I'tikaf pada waktu tersebut setelah wafatnya beliau."
I'tikaf tidak sekadar tentang menjauhkan diri, melainkan merupakan wujud dari pengabdian yang mendalam kepada Allah SWT. Dalam i'tikaf, umat Islam berdiam di masjid dengan tujuan untuk memperkuat hubungan spiritual mereka dengan Allah SWT. Masjid menjadi tempat yang sunyi dan kondusif untuk beribadah, terbebas dari gangguan dunia luar.
Selama i'tikaf, umat Muslim memiliki kesempatan untuk sepenuhnya fokus dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Suasana yang tenang dan khusyuk di masjid memberikan lingkungan yang ideal untuk memperbanyak doa, membaca Al-Quran, dan berdzikir. Selain itu, peserta i'tikaf juga dapat mengikuti kajian keagamaan atau berdiskusi tentang ilmu agama bersama jamaah masjid lainnya.
Dengan fokus pada ibadah dan menjauhi segala yang dapat membatalkan puasa selama bulan Ramadhan, diharapkan umat Islam dapat meraih pahala yang besar dan memperkuat keimanan mereka. I'tikaf juga dianggap sebagai kesempatan untuk melakukan introspeksi diri dan merenungkan arti kehidupan. Setelah menyelesaikan i'tikaf, diharapkan umat Islam dapat membawa semangat dan pengalaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Secara esensial, i'tikaf memberikan kesempatan kepada individu untuk merenungkan makna puasa secara lebih mendalam. Dengan suasana hening dan fokus pada ibadah, mereka didorong untuk merefleksikan diri dan bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah. I'tikaf juga dianggap sebagai sarana untuk mempererat hubungan batin dengan Allah, Sang Pencipta. Para Muslim yang melaksanakan i'tikaf diharapkan dapat mencapai kedamaian jiwa dan ketajaman pikiran.
Terakhir, i'tikaf merupakan upaya seorang hamba untuk menahan diri dari godaan dunia, mendorong diri untuk taat kepada Allah, mengabdikan waktu secara khusus untuk ibadah kepada-Nya, serta menjauhkan diri dari perilaku yang dilarang. Ini melibatkan kendali diri terhadap keinginan duniawi, sehingga dapat menghindari dosa, membersihkan hati, dan memperkuat sikap zuhud terhadap kenikmatan dunia.
Nah, itu tadi 3 contoh ceramah singkat 10 hari Ramadhan yang menarik disertai judul dan hadits. Semoga bermanfaat ya, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Agus Riyanto peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(cln/aku)