Jejak Dakwah Kiai Abdul Qohhar, Guru Spiritual Paku Buwono IX Asal Klaten

Jejak Dakwah Kiai Abdul Qohhar, Guru Spiritual Paku Buwono IX Asal Klaten

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Sabtu, 23 Mar 2024 15:38 WIB
Makam Kiai Abdul Qohhar di Dusun Ngruweng, Desa Wiro, Kecamatan Bayat, Klaten. Foto diunggah Sabtu (23/3/2024).
Makam Kiai Abdul Qohhar di Dusun Ngruweng, Desa Wiro, Kecamatan Bayat, Klaten. Foto diunggah Sabtu (23/3/2024). (Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Masjid Al-Qohhar berdiri di Dusun Ngruweng, Desa Wiro, Kecamatan Bayat, Klaten. Nama masjid itu diambil dari ulama kharismatik, Kiai Abdul Qohhar yang merupakan guru spiritual Sunan Paku Buwono IX dari Keraton Kasunanan Surakarta.

Nama Kiai Abdul Qohhar tertulis dalam Serat Sesingir karya Paku Buwono IX. "Kasmarane ingsun eling, wuwulange guruningwang Ngabdul Kahhar wisma Ngruweng alim telaten yen memulang, kuwat umure dawa.. (Aku ingat ajaran guruku Ngabdul Kahhar asal Ngruweng, alim telaten saat mengajar, kuat umurnya panjang)"

Kutipan dalam serat piwulang Pupuh Asmaradana bait 1-2 itu menjadi bukti Kiai Abdul Qohhar sebagai guru Paku Buwono IX. Ulama kharismatik itu meninggal tanggal 20 Besar 1777 Jawa atau sekitar 1849 Masehi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Wafatnya itu tanggal 20 Besar 1777 Jawa (1849). Tapi kedatangannya ke Wiro sudah lama," ungkap Kasi Kesra Desa Wiro, Yoga Pratama Putra kepada detikJateng, Sabtu (23/3/2024).

Yoga, yang masih garis keturunan Kiai Abdul Qohhar menuturkan Kiai Abdul Qohhar sudah menjadi guru agama para raja Surakarta sebelum Paku Buwono IX. Kiai Abdul Qohhar sendiri sebelumnya berasal dari Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur.

ADVERTISEMENT

"Mbah Abdul Qohhar sebelum bermukim di Ngruweng sini berasal dari Tegalsari, Ponorogo. Kiai Abdul Qohhar menjadi guru Paku Buwono IX saat masih kecil, sejak usianya 19 tahun," jelas Yoga.

Dari cerita sesepuh, sebut Yoga, Kiai Abdul Qohhar datang ke Wiro berdakwah dan bertemu dengan tokoh setempat Suro Keti. Tetapi karena kalah ilmu kemudian Suro Keti menjadi santrinya.

"Tokoh di Ngruweng itu Eyang Suro Keti tetapi kalah ilmu sehingga menjadi murid. Tapi itu masih perlu diverifikasi dengan bukti-bukti lain," imbuh Yoga.

Sendang di timur masjid Al-Qohhar Dusun Ngruweng, Desa Wiro, Kecamatan Bayat, Klaten.Sendang di timur masjid Al-Qohhar Dusun Ngruweng, Desa Wiro, Kecamatan Bayat, Klaten. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Penasihat Masjid Al-Qohhar, Hadi Minarso (79) membenarkan dari cerita sesepuh Kiai Abdul Qohhar merupakan guru Paku Buwono IX. Konon, Kiai Abdul Qohhar mengajar di tengah kolam di timur masjid Al-Qohhar.

"Dulu kalau mejang (mengajar) itu di situ (kolam timur masjid) yang dulu berupa sendang dengan pohon-pohon gayam besar. Masjid aslinya sudah tidak ada, tinggal bekas tempat sujud di barat masjid," ungkap Hadi kepada detikJateng.

Menurut Hadi, untuk mengenang jejak dakwah Kiai Abdul Qohhar, nama masjid baru juga dinamakan masjid Al-Qohhar, rebana juga dinamakan Al-Qohhar dan TPA. Sedangkan untuk sendang sampai kini masih digunakan.

"Sendang peninggalan masih digunakan untuk mandi, kemarin juga untuk Padusan, yang selatan untuk PDAM. Untuk bangunan masjid aslinya sudah dibongkar, bahan bangunan dibawa kemana kita tidak tahu, karena sudah lama," imbuh Hadi.

Selain sendang dan masjid, jejak peninggalan Kiai Abdul Qohhar adalah makamnya. Makam Kiai Abdul Qohhar dicungkup cukup kuat di belakang Masjid Al- Qohhar.

Di kompleks makam tersebut terdapat banyak makam kuno. Dari jiratnya batu nisannya identik dengan masa Mataram Islam.




(aku/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads