Bulan Ramadan menjadi bulan yang suci bagi umat Islam. Selama sebulan, seluruh umat Islam dianjurkan untuk berbuat baik dan meningkatkan ibadahnya.
Dari terbit fajar hingga maghrib, umat Islam pun tak hanya diwajibkan untuk berpuasa. Mereka juga diwajibkan menghindari berbagai hal yang bisa membatalkan puasa atau menghilangkan pahala puasa.
Adapun berbohong merupakan salah satu perbuatan tercela dalam Islam, tetapi hal tersebut tetap masih banyak dilakukan orang-orang. Lantas, bagaimana hukumnya jika berbohong dilakukan oleh seseorang yang tengah berpuasa? Apakah dapat membatalkan puasa?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Surakarta, Dr. Aly Mashar, S.Pd.I., M.Hum menjelaskan, berbohong tak bisa membatalkan puasa. Akan tetapi, hal tersebut bisa menghilangkan pahala puasa seseorang.
"Berbohong itu tidak membatalkan puasa, yang membatalkan puasa itu ada beberapa hal yang sifatnya fikih. Seperti masuknya segala sesuatu ke perut, melalui lubang manapun kemudian jimak, nifas, ya semacam itu," kata Aly saat dihubungi detikJateng, Rabu (27/3/2024).
Ia menerangkan, beberapa hal yang dapat membatalkan puasa di antaranya: murtad, haid, nifas atau wiladah (melahirkan), gila, pingsan dan mabuk, jimak (berhubungan seksual), sampainya ain (zat) dari manfadz maftuh (jalan tembus yang terbuka) ke jauf (rongga tubuh), istimna (mengeluarkan mani), dan sengaja muntah.
Perkara yang dapat membatalkan puasa itu dinamakan mufthirot. Namun ada pula muhbithot, perkara yang dapat menghilangkan pahala puasa. Salah satunya yaitu berbohong.
"Memang berbohong itu tidak membatalkan puasa tapi bohong itu membatalkan pahalanya orang puasa, ini beda. Jadi puasa tetap sah secara fikih, tapi pahalanya telah rusak, telah batal," terangnya.
Selain berbohong, perkara lainnya yang dapat menghilangkan puasa yaitu gibah, mengadu domba, melihat sesuatu yang diharamkan, sumpah palsu, serta ucapan dan perbuatan yang keji.
"Ada keterangan dalam salah satu hadis bahwa ada hal yang membatalkan pahala puasa. Salah satunya yaitu berbohong. Kemudian gibah atau menggunjing, kemudian onani, mengadu domba, melihat sesuatu dengan syahwat, sumpah palsu," terangnya.
Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa sebaiknya menghindari berbohong. Sebab, jika pahala berpuasa hilang, maka yang tersisa hanyalah rasa lapar dan dahaga.
Bagi Anda pembaca detikJateng juga bisa menyampaikan pertanyaan seputar Puasa dan Ramadan yang akan dijawab oleh pakar di bidangnya. Pertanyaan bisa dikirim melalui email dengan subjek [bukber detikJateng] dan dikirimkan ke: infojateng@detik.com
(aku/rih)