Video yang memperlihatkan kondisi muara dan pantai yang airnya menghitam di Kabupaten Batang viral di media sosial. Unggahan tersebut bernarasi air menghitam diduga akibat limbah.
Video berdurasi 35 detik diunggah oleh akun Instagram @Batanginfo.id telah ditonton lebih dari 41 ribu kali.
"Air laut perbatasan Pantai Sigandu - Pantai Ujungnegoro siang ini nampak menghitam. Dugaan karena limbah bercampur lumpur dari aliran kali tersebut," demikian tulis postingan tersebut seperti dilihat detikJateng, Senin (5/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pantauan detikJateng, peristiwa itu terjadi di Kali Sono yang bermuara di pantai, atau perbatasan Pantai Sigandu dengan Pantai Ujungnegoro. Menurut warga setempat yang juga pencari ikan, Slamet (50), air menghitam diduga gegara limbah.
"Ini hampir sebulan sekali, sudah tahunan seperti ini. Dari hulu ke sini (limbahnya). Biasanya datangnya malam," kata Slamet.
Disebutnya, air mengeluarkan bau menyengat. Bahkan, jika terkena kulit menyebabkan gatal. Kondisi ini menurutnya mengganggu aktivitas nelayan karena di muara itulah kapal-kapal nelayan tradisional bersandar.
"Ya akhirnya nelayanlah harus merasakan gatal dan mencium bau busuk karena bersinggungan saat menarik perahunya menuju bibir pantai," ungkapnya.
Kondisi tersebut juga berdampak terhadap ikan di sekitar dan tambak.
DLH Cek Lokasi
Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Batang melakukan pengecekan di lokasi.
Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup DLH Batang, M Taufik Kurnianto mengungkapkan air warna hitam di muara dan pantai diduga akibat limbah yang dibuang di Kali Sono.
"Kemungkinan memang ada air limbah yang dibuang ke sungai," ungkapnya usai melakukan pengecekan ke lokasi muara Kali Sono, Senin (5/2).
Pihaknya juga telah menelusuri sampai ke hulu. Diketahui, di sepanjang Kali Sono terdapat tiga pabrik tekstil serta sebuah perusahaan mi.
"Tadi waktu kami cek ke lokasi pembuangan air limbah yang milik salah satu pabrik semuanya terlihat normal. Jadi kami belum bisa membuktikan dari mana asal air tercemar," jelasnya.
Taufik melanjutkan, perlu uji laboratorium pada air yang tercemar untuk memastikan apakah limbah tersebut berbahaya atau tidak. Namun ia mengakui tidak adanya biaya untuk melakukan uji laboratorium tersebut karena keterbatasan anggaran.
"Sebaiknya memang ada uji lab. Kebijakan pimpinan nanti bagaimana untuk pengujian. Terus terang untuk anggaran kami tidak ada," lanjut Taufik.
Untuk langkah terdekat, DLH akan memfasilitasi warga yang terdampak dengan perusahaan-perusahaan yang berada di sepanjang Kali Sono.
"DLH Kabupaten Batang sedang berusaha untuk menanggapi situasi ini dengan sebaik-baiknya meskipun mereka dihadapkan pada berbagai keterbatasan dan kami berharap dapat menemukan solusi yang tepat untuk masalah ini," imbuhnya.
(rih/cln)