Buntut dari insiden pecahnya jembatan kaca The Geong Banyumas yang menyebabkan seorang wisatawan meninggal, Pemerintah Kabupaten Banyumas mengumpulkan para pemilik dan pengelola wisata di wilayahnya, hari ini.
Sedikitnya ada 73 pelaku wisata yang dikumpulkan di pendopo Wakil Bupati Banyumas pada Selasa (31/10). Pj Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro mengatakan pertemuan itu untuk evaluasi mengenai standar keselamatan wisatawan.
"Kita kumpulkan pengelola, tindak lanjut (kasus) kemarin. Terutama bagi teman-teman pelaku usaha yang memang itu punya risiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan," kata Hanung kepada wartawan, Selasa (31/10/2023).
"Tidak hanya terkait dengan jembatan kaca. Tetapi teman-teman yang punya usaha berisiko tinggi, misalnya roller coaster, bungee jumping, terus flying fox. Itu mari kita jaga bersama," sambungnya.
Hanung mengatakan, secara teknis akan dilakukan standardisasi kelaikan wahana wisata oleh tim dari organisasi perangkat daerah (OPD) yang akan dibentuk pada Rabu (1/11) besok.
"Nanti dari teman-teman OPD akan melakukan standardisasi terhadap kelaikan wahana yang dikelola. Sebelum terdapat sertifikasi kelaikan, saya harap ditutup dulu," ujar Hanung.
Hanung menjelaskan, penilaian dari tim OPD itu akan mulai dilakukan pada Kamis (2/11). Selain itu Hanung juga akan menerbitkan Surat Edaran (SE) penutupan dan uji kelaikan.
"Saya berharap minggu ini langsung kerja, mulai audit dan identifikasi. Mana saja tempat wisata yang memang harus diaudit. Timnya langsung dibentuk. Surat Edarannya dibentuk, langsung diedarkan, kalau perlu saya tanda tangani," tandasnya.
Menurut Hanung, langkah cepat ini dilakukan agar pelaku wisata yang wahananya dinyatakan laik bisa mendapatkan sertifikat dan bisa beroperasi kembali.
"Minggu ini tim langsung dibentuk dan langsung audit. Maksud saya kalau sertifikat ini sudah diberikan kalian bisa buka lagi dengan sesuai standar dan aturan yang berlaku. Jadi kami tidak menghambat untuk memperoleh pendapatan," ucapnya.
Sementara itu pengelola wisata Baturraden Adventure Forest (BAF), Wiwit Yunihartono meminta agar pengelola wisata berisiko di luar wahana jembatan kaca juga mendapat pelatihan khusus.
"Terus aktifitas seperti rafling, bungee jumping, regulasinya seperti apa? Karena itu berbasis risiko juga. Belum lagi ketika musim penghujan datang. Aktivitas yang desa wisata lain pasti punya risiko. Seperti dahulu terjadi peristiwa tenggelam atau segala macam. Itu digarap masing-masing destinasi punya SOP secara ketat," kata Wiwit.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
(dil/rih)