Pemerintah Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menetapkan status tanggap darurat kekeringan karena ada 70 desa yang mengalami kesulitan air bersih. Status tanggap darurat bencana kekeringan ini berlangsung selama 14 hari.
"Jadi pagi hari ini sudah melakukan rapat untuk penetapan status tanggap darurat bencana yang saat ini menimpa Kabupaten Pati yaitu kekeringan," jelas Pj Bupati Pati Henggar Budi Anggoro kepada wartawan di kompleks Pendapa Kabupaten Pati, Selasa (3/10/2023).
"Saat ini juga akan menetapkan tanggap darurat bencana mulai hari ini sampai 14 hari ke depan," Henggar melanjutkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan ada 70 desa di 10 kecamatan di Pati yang mengalami kekeringan. Sepuluh kecamatan itu meliputi Jaken, Jakenan, Pucakwangi, Winong, Gabus, Kayen, Sukolilo, Tambakromo, Tayu, Batangan.
"Kita sudah melakukan droping air ke 70 desa dari 10 kecamatan yang kekurangan air bersih," jelas Henggar.
"Jumlahnya dari kita ada 501 tangki, polres ada 200 tangki. Insya Allah yang kekurangan air bersih bisa kita lalui," dia melanjutkan.
Pemkab juga berencana memberikan bantuan beras kepada masyarakat yang terdampak kekeringan.
"Kita berharap bencana kekeringan ada droping besar untuk kepentingan masyarakat, ada cadangan pemerintah 100 ton beras untuk dibagikan kepada masyarakat," kata Henggar.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Pati, Martinus Budi Prasetya mengatakan ada aturan terkait penetapan status tanggap darurat bencana. Ketentuannya, wilayah yang terdampak minimal tiga desa dan 1.200 hektare lahan pertanian yang kekeringan.
"Beberapa ketentuan diatur Peraturan Bupati Nomor 23 Tahun 2013, itu memang ada syarat untuk penetapan tanggap darurat bencana. Ada setidaknya minimal tiga desa terdampak, kemudian lahan pertanian minimal 1.200 hektare," jelasnya.
Dalam tiga bulan terakhir, wilayah kekeringan di Pati terus meluas. Kini ada 70 desa dari 10 kecamatan di Pati yang mengalami kesulitan air bersih.
"Setelah kekeringan berjalan akhir Juli awal Agustus, sampai 30 September 2023 ini kita evaluasi ternyata berbagai masalah timbul karena kekeringan ini. Sudah saatnya siaga bencana menjadi tanggap darurat bencana. Jadi luas lahan (kekeringan) lebih dari 1.200 hektare," jelas Martinus.
(apl/dil)