Puluhan Makam di Banyumas Hilang Kena Erosi, Warga Tuding Penambangan Pasir

Puluhan Makam di Banyumas Hilang Kena Erosi, Warga Tuding Penambangan Pasir

Anang Firmansyah - detikJateng
Kamis, 13 Jul 2023 18:08 WIB
Bekas galian makam yang jenazahnya dipindahkan karena terancam erosi di Desa Kalicupak Kidul, Kecamatan Kalibagor, Banyumas, Kamis (13/7/2023).
Bekas galian makam yang jenazahnya dipindahkan karena terancam erosi di Desa Kalicupak Kidul, Kecamatan Kalibagor, Banyumas, Kamis (13/7/2023). (Foto: Anang Firmansyah/detikJateng)
Banyumas -

Lahan permakaman Desa Kalicupak Kidul, Kecamatan Kalibagor, Banyumas bertahun-tahun tergerus erosi. Dampaknya puluhan makam desa setempat yang berada di tepian Sungai Klawing yang menjadi perbatasan Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Purbalingga hilang.

Sekretaris Desa Kalicupak Kidul, Suwarto menjelaskan selain berdampak ke lahan pemakaman, erosi juga menyebabkan lahan pertanian milik warga hilang.

"Berdampak kepada tanah pertanian lalu tanah makam desa separuh sudah kena. Kalau persisnya kita nggak tahu. Yang jelas sudah banyak. Mungkin jumlah lahan pertanian sama makam yang erosi ada sekitar 1 hektare," kata Suwarto kepada wartawan saat ditemui, Kamis (13/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirinya tidak mengetahui persis kapan awal mula erosi terjadi. Namun peristiwa tersebut terjadi dalam kurun beberapa tahun sebelum dirinya menjabat.

"Awalnya itu sudah lama, nggak tahu persis mulai kapan. Saya jadi perangkat dari tahun 2009 itu sudah ada erosi," terangnya.

ADVERTISEMENT

Sebenarnya warga sudah sempat melapor kejadian tersebut ke desa dan diteruskan ke pihak berwenang. Dirinya menduga erosi terjadi akibat aktivitas tambang pasir di Sungai Klawing.

"Penyebab dugaannya karena terdampak penambang pasir. Sebenarnya dari dahulu warga sudah protes kita sudah mengadu ke sektor (Polsek), terus di sana katanya ranahnya Satpol PP kita juga sudah sampai sana. Mereka sudah sampai turun ke sini," jelasnya.

Usai adanya tinjauan dari Satpol PP Banyumas, aktivitas tambang pasir sudah sempat berhenti. Namun para penambang mulai terlihat kembali satu bulan setelahnya.

"Warga pernah sampai bersinggungan dengan penambang. Pernah perahunya dinaikkan ke truk terus bawa ke sektor. Itu penambang pasir tradisional. Tapi memang ini kaya berhenti sebentar terus sebulan dua bulan jalan lagi," ungkapnya.

Dirinya mengaku tak tidak tahu persis berapa jumlah makam yang hilang. Sebab tidak ada yang mendata. Namun ada juga warga yang sudah memindahkan jenazah keluarganya ke tempat yang lebih aman.

"Kita tidak mendata persisnya berapa jumlah makam yang hilang. Mungkin bisa sekitar 50-an. Karena ada juga makam yang sudah dulu-dulu. Kalau yang baru agak menjauh dari sungai. Terus ada juga mungkin sekitar 10 makam yang dipindahkan ke makam sebelah selatan," ujarnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Selama ini menurut Suwarto, para penambang tersebut bukan dari warga sekitar. Namun dia pernah berkomunikasi dengan salah satu penambang bukan warga Kabupaten Purbalingga.

"Penambang tidak ada yang warga sini. Kita tidak tahu tapi saya dulu pernah tanya ada yang warga Sumpiuh," lanjutnya.

Selama ini, ia mendata belum ada lahan permukiman yang terancam. Namun dirinya berharap agar lahan yang ada di wilayah desanya bisa kembali normal.

"Sementara tidak ada permukiman warga yang terancam. Cuma lahan pertanian. Ini merugikan harapannya bisa normal kembali, tidak gugur," pungkasnya.

Sementara itu, salah satu pemilik lahan pertanian terdampak, Arjo Sikun (70) mengaku lahannya berkurang cukup drastis dalam kurun beberapa waktu.

"Tadinya lahan pertanian saya hampir 1 hektare. Tapi sekarang sisanya tinggal 100 meter persegi. Tanahnya hilang kebawa sungai. Itu tanah warisan dari orang tua saya," akunya singkat.

Halaman 2 dari 2
(aku/ahr)


Hide Ads