Komunitas relawan yang tergabung dalam Yayasan Gubug Pintar di Purworejo memberikan pembelajaran bahasa asing secara gratis. Ada sembilan bahasa asing yang diajarkan mulai dari Bahasa Inggris, Arab, hingga Korea.
Yayasan Gubug Pintar ini baru berdiri setahun terakhir, namun kegiatan belajar bahasa asing gratis itu sudah berjalan beberapa tahun sebelum yayasan terbentuk. Kali ini, pembelajaran bahasa asing gratis digelar di Desa Tegalrejo, Kecamatan Banyuurip, Purworejo.
"Jadi ini kami memberikan pelatihan bahasa asing, kebetulan di Desa Tegalrejo ini kita awali dari bahasa Jepang. Ini namanya donasi ilmu, jadi memberikan pelatihan bahasa asing dari bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, Arab, Korea, Italia, Spanyol, Mandarin dan ini kami berikan secara gratis untuk masyarakat," kata Founder Yayasan Gubug Pintar, Budi Winarso saat ditemui detikJateng di Balai Desa Tegalrejo, Senin (19/6/2023) sore.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yayasan ini bergerilya ke desa-desa untuk menawarkan program belajar bahasa mereka dengan harapan berdonasi ilmu. Para anggota Gubug Pintar ini terdiri dari mahasiswa hingga dosen dan relawan. Total sudah ada 51 desa di Purworejo yang disinggahi relawan dari Yayasan Gubuk Pintar.
"Alhamdulillah sudah di berbagai tempat dan ini sudah desa yang ke-51 di wilayah Kabupaten Purworejo. Kami ini awal mula niatnya sederhana saja, kami ingin bermanfaat untuk masyarakat makanya kami berikan nama donasi ilmu karena biar masyarakat secara SDM ada peningkatan ketika masyarakatnya itu SDM-nya meningkat secara otomatis secara keseluruhan juga akan meningkat," urainya.
![]() |
Bagi masyarakat yang berminat menjadi peserta, maka akan dibuatkan kelas baru tanpa batasan usia dan jumlah. Pihak Gubug Pintar akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan pemerintah desa agar kelas baru yang dibuka sore hari itu bisa berjalan dengan lancar.
"Pesertanya dari kami memang tidak ada batasan usia, tidak ada batasan jumlah. Semua kita serahkan ke desa masing-masing bagaimana nanti siapa yang akan belajar di situ," imbuhnya.
Warga yang sudah tergabung dalam kelas baru, nantinya akan mengikuti proses pembelajaran dalam 15 kali pertemuan. Setelah dievaluasi, kemudian tim akan menentukan apakah kelas perlu tambahan materi atau malah dilanjut dengan tambahan bahasa asing lainnya.
"Biasanya kami ada program, kita selesaikan satu-satu dulu kemudian kita evaluasi. Contoh di sini kita berikan bahasa Jepang 15 kali pertemuan output-nya seperti apa. Kalau bagus kita teruskan atau kita tambahi dengan bahasa asing yang lain," imbuhnya.
Selengkapnya di halaman berikut.
"Ke depan kami juga akan membuat kampung bahasa secara keseluruhan, jadi kalau yang lain ada cuma satu bahasa kita nanti secara keseluruhan dan sedang berproses mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk masyarakat," sambungnya.
Budi menjelaskan nama Gubug Pintar diambil lantaran gubug dinilai menjadi tempat yang sederhana untuk belajar bersama. Dengan begitu, pembelajaran bisa dilaksanakan di mana saja tanpa harus di tempat yang mewah.
"Kita namakan gubug pintar itu karena gubug itu kan sederhana, jadi tempat belajarnya bisa di mana saja, di kantor desa, aula, sekolah atau kalau nggak ada tempat ya bisa di mana saja yang penting bisa terselenggara. Insyaallah kami memberikan ilmu dengan hati yang senang," ucapnya.
Sementara itu, salah satu peserta, Kenzo Alfarizki (7) yang masih duduk di bangku kelas I SD mengaku senang bisa belajar bersama bahasa Jepang. Dengan pede ia berencana akan memamerkan kemampuannya berbahasa Jepangnya di depan teman-temannya yang lain.
"Seneng ikut belajar bahasa Jepang, soalnya belum pernah, ya ikut belajar biar pinter. Nanti kalau sudah bisa mau pamer ke teman-teman sekolah yang lain yang belum bisa," ucap Rizki sambil tersenyum.