Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengajak para santri di pondok pesantren mulai melirik untuk membuka usaha. Ia menyebut program pendukung sudah dibuat untuk menyukseskan para santri yang berwirausaha.
Hal itu diungkapkan Sandiaga saat datang ke Pondok Pesantren Al-Itqon, Tlogosari Wetan, Pedurungan, Kota Semarang. Di ponpes tersebut Sandiaga sempat disambut meriah oleh santriwati yang teriak histeris.
Dalam acara itu Sandiaga didampingi pengasuh Pondok Pesantren Al-Itqon sekaligus Wakil Ketua Majelis Syariah PPP KH Haris Sodaqoh, Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah KH Ubaidillah Sodaqoh, dan beberapa tokoh PPP antara lain Ketua DPW PPP Jateng Masruhan Samsurie, Ketua DPC PPP Kota Semarang Fatchur Rahman, dan Wakil Ketua Fraksi PPP DPRD Jateng Muhamad Ngainirrichadl.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terima kasih pak yai, nuwun sewu, matur nuwun saya dapat wejangan, beberapa pesan dan harapan, juga tadi sempat memberikan semangat kepada para santri, terutama mengenai masa depan para santri yang kita harapkan bisa menjadi lokomotif pembangunan SDM di Indonesia," kata Sandiaga, Jumat (9/6/2023).
"Mereka harus dibekali dengan ilmu dan tentunya juga akhlak yang karimah, untuk mencapai negara yang maju, dan mereka bisa justru bukan mencari lapangan kerja tetapi menciptakan lapangan kerja," imbuhnya.
Ia menyebut Kemenparekraf memiliki program yang bisa dimanfaatkan para santri yaitu Program Santri Digitalpreuner yang mengajarkan mengenai digitalisasi dan Program Pelatihan Bidang Ekonomi Kreatif.
"Mereka bisa masuk sektor kuliner dan fashion karena permintaan sangat banyak," ujarnya.
"Karena itu santri didorong bisa membuka peluang usaha, program kementerian agar mereka bisa masuk ke dalam sektor ekonomi kreatif dan wisata. Sehingga mereka bisa justru membuka lapangan kerja dengan target 4,4 juta lapangan kerja di Indonesia di tahun 2024," jelas Sandiaga.
Ia juga menyinggung soal potensi wisata religi di Indonesia yang sangat potensial. Sandiaga mencontohkan jalur makam dari Wali Songo bisa dikembangkan lebih menarik sehingga warga bisa melakukan wisata religi.
"Wisata religi berupa wisata ziarah harus kita kemas menjadi suatu pengkayaan dari sejarah bagaimana penyebaran Islam di Indonesia dilakukan dengan pendekatan menyatu dengan budaya dan kearifan lokal," jelasnya.
(alg/rih)