Beberapa bukit di Kecamatan Bayat, Klaten, dikeruk untuk uruk dalam proyek Jalan Tol Solo-Jogja-Kulon Progo. Salah satunya Bukit Cakaran. Menurut pakar Geologi UGM, batuan di Bukit Cakaran itu sangat langka, umurnya sekitar 90 juta tahun. Berikut citra Bukit Cakaran via satelit.
Silakan geser panah putih pada tampilan di atas untuk melihat Bukit Cakaran melalui fitur Google Street View di Google Maps. Visual Bukit Cakaran di atas direkam oleh Google Maps dari Jalan Sunan Pandanaran, Bayat, Klaten, pada September 2022.
Kepala Stasiun Lapangan Geologi UGM, Didit Hadi Bariyanto mengatakan, batuan-batuan yang ada di Bayat ini sangat langka, usianya sekitar 90-100 juta tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Bukit) Cakaran sedikit lebih muda, tetapi tetap lebih dari 90 juta tahun," kata Didit yang juga menjadi humas Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) itu saat ditemui detikJateng di Desa Kebon, Bayat, Klaten, Rabu (1/3/2023).
Selain Bukit Cakaran, Didit mengatakan, ada pula bukit berjuluk Gunung Konang di Bayat yang juga dikeruk. Usia Gunung Konang ini lebih tua dari Bukit Cakaran.
Menurutnya, gunung tersebut terbentuk secara alamiah dari kedalaman 10-15 kilometer. "(Gunung Konang) Terbentuk di dalam bumi mungkin 10-15 kilometer. Di Pulau Jawa ini sangat langka. Ini adalah batuan tertua di Pulau Jawa," jelas Didit.
Diakses detikJateng dari situs Living Atlas pada Senin (6/3/2023), berikut timelapse atau video klip pendek dari sekumpulan foto Bukit Cakaran dan sekitarnya di Bayat, Klaten, dilihat dari satelit sejak 20 Februari 2014 hingga 21 Juli 2022.
![]() |
Kamu juga bisa membandingkan perbedaan citra satelit Bukit Cakaran di Kecamatan Bayat, Klaten, dan sekitarnya pada 15 Maret 2017 dan 23 Februari 2023 melalui Living Atlas di bawah ini.
Caranya mudah, kamu bisa langsung swap di layar ponsel maupun laptop.
Diberitakan detikJateng sebelumnya, Didit menyatakan pihaknya tidak menolak adanya pembangunan infrastruktur itu. Hanya saja dia meminta agar penambangan di bukit-bukit tersebut dilakukan secara hati-hati.
"Yang saya tahu yang diambil bukan batu tapi tanahnya. Saya berharap walaupun diambil tanahnya, jangan diambil semua karena kita juga butuh data dari tanah, meskipun batu itu penting," tegas Didit, Rabu (1/3).
(dil/sip)