Bukit Batuan Purba di Klaten Jadi Uruk Tol Jogja-Solo, Dulunya dari Australia

Bukit Batuan Purba di Klaten Jadi Uruk Tol Jogja-Solo, Dulunya dari Australia

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Kamis, 02 Mar 2023 13:58 WIB
Bukit purba di Bayat, Klaten, yang dikeruk untuk proyek tol. Foto ambil Rabu (1/3/2023).
Bukit purba di Bayat, Klaten, yang dikeruk untuk proyek tol. Foto ambil Rabu (1/3/2023). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng.
Klaten -

Bukit-bukit di Kecamatan Bayat dan sekitarnya ditambang untuk tanah uruk proyek tol Jogja-Solo-Kulon Progo. Selain mengandung batuan purba berusia 100 juta tahun, ternyata batuan ini dulunya berasal dari Australia.

"Bumi Klaten ini dulu bergerak dari Australia, aslinya itu dari Australia. Ada fosil yang kita teliti itu terbentuk di lintang selatan 20 derajat, sekarang di sini (Bayat) itu lintang selatan 6 derajat," papar Kepala Stasiun Lapangan Geologi UGM Jogja, Didit Hadi Bariyanto kepada detikJateng, Rabu (1/3/2023) siang di Klaten.

Dijelaskan Didit, jika dihitung dari selisih itu ditemukan pergerakan 14 derajat. Padahal secara hitungan geologi, 1 derajat itu sama dengan 111 kilometer.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika 111 itu dilakukan 14 derajat maka batuan di Bayat sudah bergerak sejauh 1.500 kilometer. Jadi kalau kita melihat sejarah, fosil binatang itu dulunya hidup di Australia," terang Didit.

Karena keunikan itulah, sambung Didit, wilayah Kecamatan Bayat diusulkan sebagai geo heritage. Dari batuan yang ada bisa dijadikan potensi pembelajaran dan wisata dengan konsep konservasi.

ADVERTISEMENT

"Ini tempat belajar, jadi kita bisa bisa berwisata sambil belajar. Geo heritage itu larinya ke situ, kita konservasi untuk pembelajaran masyarakat sehingga tahu bumi bergerak, bikin rumah jangan sembarang, ada gempa, " kata Didit.

Terkait tambang uruk tol, lanjut Didit, dirinya tidak anti proyek strategis nasional karena tol juga untuk kepentingan masyarakat. Didit sempat bertanya alasan Bayat diambil untuk uruk tol dan hasilnya tanah di Bayat yang hanya memenuhi spesifikasi uruk.

"Saya tanya kenapa tanah ambil di Bayat, karena bahan uruk yang memenuhi spesifikasi teknis untuk tol hanya di sini. Teman-teman di Kementerian PU juga sudah mencari ke mana-mana tapi adanya di sini," ungkap Didit.

Dengan ditambang, sebut Didit, diharapkan data batuan itu tidak rusak. Justru dengan ditambang diharapkan batuan yang belum muncul jadi muncul.

"Menambang itu membuat banyak batuan yang dulunya tidak kelihatan jadi kelihatan, kita dapat data baru. Yang penting jangan diambil lah data-data pentingnya, " imbuh Didit.

Sejauh ini, kata Didit, meskipun ditambang untuk tanah uruk masih banyak data batuan yang bisa dipertahankan. Namun ada satu dua data yang hilang.

"Secara umum masih banyak yang bisa kita pertahankan meskipun satu dua ada yang hilang tapi kita juga menemukan data baru," tutur Didit yang juga ikut mengusulkan geo heritage bersama Pemkab Klaten ke pemerintah pusat.

Selengkapnya di halaman berikut.

Camat Bayat, Joko Purwanto membenarkan ada tambang tanah uruk untuk proyek jalan tol Jogja-Solo. Lokasi tambang itu berada di Desa Kebon dan Paseban, Kecamatan Bayat.

"Betul untuk uruk tol yang di lokasi Desa Kebon dan Paseban. Dari Bappeda dulu mengusulkan Bayat sebagai geo heritage," ungkap Joko kepada detikJateng.

Sebelumnya diberitakan, beberapa bukit yang berada di Kecamatan Bayat, Klaten, saat ini dikeruk untuk digunakan sebagai uruk di proyek Jalan Tol Solo-Jogja-Kulon Progo. Ternyata, bukit-bukit tersebut menyimpan batuan purba berusia 100 juta tahun.

"Batuan-batuan yang ada di Bayat ini sangat langka. Yang kita lihat di depan ini, yang sekarang sedang ditambang itu batuan yang umurnya sekitar 98 juta atau 100 juta tahun lah," kata Kepala Stasiun Lapangan Geologi UGM, Didit Hadi Bariyanto saat ditemui di Desa Kebon, Bayat, Klaten, Rabu (1/3).

Halaman 2 dari 2
(apl/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads