Puluhan hektare areal persawahan di Desa Bugel, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo tercemar limbah ciu dan tekstil. Para petani pun mengeluhkan adanya pencemaran tersebut.
Salah seorang petani, Budi Santoso (56) mengatakan, dia memiliki sawah sekira 8 ribu meter persegi. Namun, saluran irigasinya tercemar limbah. Kondisi tersebut tidak hanya berdampak pada pertanian, tetapi juga bagi para petani yang terserang gatal-gatal.
"Keluhan dari petani di sini, setiap musim tanam sulit sekali tumbuhnya. Kalau menggarap sawah, kakinya gatel semua karena kena air limbah ini. Ini juga bau," kata Budi saat ditemui detikJateng di sawahnya, Rabu (1/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan, di areal persawahannya tercemar limbah dari pabrik tekstil yang ada di Desa Karangwuni, Kecamatan Polokarto. Warna air berubah-ubah sesuai zat pewarna tekstil yang dibuang.
![]() |
Akibatnya, padi sulit tumbuh. Kalaupun bisa panen, hasilnya tidak maksimal. Padahal sawahnya berada di lahan subur, yang memungkinkan bisa panen tiga kali dalam satu tahun.
"Biaya perawatan lebih banyak, karena obat perangsangnya lebih banyak. Kalau nggak gitu, ya nggak bisa panen," ujarnya.
Dia menuturkan, pencemaran limbah itu sudah terjadi sejak pabrik tekstil itu berdiri sejak belasan tahun lalu. Namun, sebelum pabrik dibangun, saluran irigasi itu sudah tercemar limbah ciu, dari pengrajin dari Desa Karangwuni.
Kepala Desa (Kades) Bugel, Hardi mengatakan, desanya dan Desa Pranan hanya terkena imbas dari limbah tekstil dan ciu ini. Dampaknya, tanah pertanian tidak begitu subur.
"Di sini yang lahan pertanian 56 hektare, sebagian besar terkena. Kemarin sudah ada rapat sama perajin dan pemilik pabrik, ada kesepakatan untuk tidak membuang limbah ke saluran irigasi," kata Hardi.
(apl/sip)