Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebut teknologi modifikasi cuaca (TMC) terbukti efektif mengurangi curah hujan beberapa hari terakhir. Meski demikian dia meminta warga tetap waspada terhadap bencana.
Menurut Ganjar, modifikasi cuaca telah dilakukan untuk memindahkan awan ke lokasi lain. Modifikasi itu dilakukan untuk mengurangi curah hujan saat cuaca ekstrem.
"Ini lagi dicoba. Dengan modifikasi cuaca kini hujan mulai turun intensitasnya. Ini (awan) lagi bergerak dari pantura ke punggungan sekitar Kedu Raya, Solo Raya sampai Jogja. Terus yang di Semarang juga sudah geser ke timur sampai Rembang hingga sampai Jawa Timur," ungkap Ganjar di Pendopo Brebes, Senin (9/1/2023).
Meski curah hujan cenderung turun, Ganjar berpesan agar semua pihak berhati-hati dan tetap waspada. Mengingat, selain hujan, juga masih akan kemungkinan terjadi angin kencang.
"Semua tetap siaga, karena ramalan BMKG, pergerakan awan bergeser dari utara ke selatan. Angin tetap kencang dan hujan masih ada," tandasnya.
Sejauh ini, lanjut Ganjar, bencana banjir adalah yang paling perlu diwaspadai. Karenanya warga yang mendiami wilayah pinggiran sungai untuk melakukan patroli tanggul.
"Kemarin kita minta ada patroli tanggul. Ini bisa dibantu kawan kawan kades, karena mereka yang tahu kondisi daerahnya. Kemudian siapkan logistik untuk dapur umum. Semua tetap siaga karena ramalan BMKG bergeser dari utara ke selatan, angin kencang dan hujan masih ada," pungkasnya.
Sebelumnya, kepala BMKG Dwikorawati Karnawati juga mengakui pihaknya telah menggunakan teknologi modifikasi cuaca (TMC) di Jateng. Modifikasi cuaca dilakukan dengan menebar garam di awan sehingga hujan turun di laut.
"Insyaallah Dengan TMC ini memaksa awan hujan di Laut Jawa, dipaksa untuk segera turun agar tidak masuk Jateng. Kalau berhasil tidak menjadi hujan lebat. Jadi kalau intensitas lebat ya jadi sedang atau ringan," ucap Dwikorita, Senin (2/1/2023).
(ahr/dil)