Contoh Teks Editorial, Ini Kaidah Penulisannya Menurut Pakar Bahasa UNY

Contoh Teks Editorial, Ini Kaidah Penulisannya Menurut Pakar Bahasa UNY

Paradisa Nunni Megasari - detikJateng
Senin, 14 Nov 2022 22:19 WIB
A man analysis business document with laptop computer counting with cost and writing make note at office, Business financial concept
Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Natee Meepian)
Yogyakarta -

Teks editorial kerap kali ditemui di media massa, baik cetak maupun online. Teks editorial lekat hubungannya dengan bidang jurnalistik. Berikut ini kaidah penulisan yang sebaiknya digunakan dalam teks editorial menurut pakar bahasa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Dikutip dari laman resmi Sampoerna University, sampoernauniversity.ac.id, teks editorial adalah suatu teks dalam surat kabar yang isinya pendapat redaksi atau pandangan redaksi terhadap suatu peristiwa aktual yang diperbincangkan di masyarakat di saat surat kabar tersebut diterbitkan.

Pakar Bahasa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Anwar Efendi, mengatakan bahasa penulisan yang digunakan dalam teks editorial adalah Bahasa Indonesia ragam jurnalistik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Secara umum menggunakan kaidah bahasa, bahasa Indonesia ragam jurnalistik," kata Anwar saat dihubungi detikJateng, pada Senin (14/11/2022).

Teks editorial: ciri-ciri, struktur, hingga contoh teks editorial:

Ciri-ciri Teks Editorial

  1. Bersifat Faktual dan Aktual
    Faktual berarti kejadian yang bersifat nyata dan benar-benar terjadi tanpa mengikat waktu. Sementara itu, actual lebih menekankan pada kejadian yang benar-benar baru terjadi dan hangat diperbincangkan oleh masyarakat. Namun, keduanya tetap harus memperhatikan keterbaruan informasi.
  2. Sistematis dan Logis
    Teks editorial sebaiknya disusun sistematis agar pembaca lebih mudah memahami isi teks. Selain itu, bahasa yang digunakan juga harus logis agar tujuan teks tersampaikan.
  3. Argumentatif
    Teks editorial sifatnya adalah dari pendapat. Teks ini terbentuk karena sebuah pendapat dan dalam hal ini adalah pendapat redaksi yang memuat teks tersebut lalu dibagikan ke pembaca.
  4. Pemilihan Diksi Tepat, Singkat, dan Lugas
    Bahasa yang digunakan dalam teks editorial tidak bertele-tele dan langsung pada inti isinya. Selain itu juga harus menggunakan diksi yang tepat dan disampaikan secara tegas.

Struktur Teks Editorial

  1. Pengenalan Isu
    Dalam hal ini, bagian pengenalan isu adalah bagian pendahuluan dalam teks editorial. Fungsinya untuk mengenalkan isu yang akan dibahas dalam teks tersebut.
  2. Argumentasi
    Bagian ini adalah bagian untuk menyampaikan pendapat. Sebaiknya, di bagian ini disampaikan banyak fakta agar lebih menyakinkan pembaca.
  3. Penegasan
    Bagian ini berisi simpulan, saran, atau rekomendasi. Bisa pula disampaikan mengenai pendapat ahli, pernyataan umum dan fakta yang diberikan dapat memberi tekanan, Menegaskan bahwa bagian yang diulang merupakan pesan penting bagi para pembaca.


Contoh Teks Editorial

Dikutip dari e-Modul Bahasa Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berikut contoh teks editorial

ADVERTISEMENT

Pengenalan Isu

Di sebuah harian nasional, Selasa (22/5), Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Indonesian Society for Hypertension) memasang sebuah iklan dengan judul dalam bahasa Inggris: World Hypertension Day, May 17, 2019, sebuah momentum yang digalang World Hypertension Leage dengan tema "Healthy Life Style-Healthy Blood Pressure". Sebagai orang awam tentu banyak dari kita yang bertanya, apa penting dan signifikansinya memperingati Hari Hipertensi Dunia, yang tepat jatuh pada pekan lalu itu?

Argumentasi

Bagi masyarakat Indonesia yang belakangan ini dilanda berbagai persoalan sosial, mulai dari larangan konser Lady Gaga hingga berbagai kasus korupsi yang tiada hentinya, persoalan hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi) seperti tenggelam tak ada gaungnya.

Apakah karena dianggap kurang menarik sehingga tidak ada yang mau peduli?

Padahal, kalau melihat angka penderita hipertensi di Indonesia, haruslah kita waspada dan sangat peduli. Prevalensi penyakit ini di Indonesia mencapai 31,7 persen, artinya diperkirakan satu dari tiga penduduk berusia di atas 18 tahun adalah penderita hipertensi. Hal ini berarti puluhan juta penduduk Indonesia dipastikan menderita hipertensi.

Kalau hipertensi tanpa dampak, kita mungkin patut abai dan tenang-tenang saja. Persoalannya, hipertensi dapat memicu berbagai penyakit lain sebagai akibat rusaknya berbagai organ tubuh, seperti otak, ginjal, dan jantung kalau tidak ditangani dengan baik.

Secara global, penyakit hipertensi memiliki angka kematian yang cukup mencemaskan, yakni mencapai 7 juta orang meninggal per tahunnya di dunia. Hingga kini, diperkirakan lebih dari 1 milyar penduduk bumi menderita hipertensi.

Pada keluarga yang anggotanya menderita gagal ginjal, tentu sudah merasakan betapa beratnya biaya dan beban hidup yang harus ditanggung untuk cuci darah misalnya, meski mungkin sudah dibantu asuransi. Salah satu penyebab gagal ginjal adalah hipertensi. Penyakit lain yang juga bisa dipicu oleh hipertensi adalah stroke dan jantung koroner. Berbeda dengan demam berdarah yang penderitanya bisa meninggal dunia seketika, berbagai penyakit yang dipicu oleh hipertensi tersebut bisa berlangsung berkepanjangan dan bahkan menguras biaya yang sangat besar.

Bila hipertensi tidak diperhatikan, dirawat, atau pun dicegah, dipastikan akan menimbulkan berbagai penyakit lain yang bakal mengurangi kesejahteraan dan produktivitas. Dengan demikian, bermula dari masalah kesehatan dalam keluarga akan dapat menimbulkan masalah lain, yaitu problem ekonomi dan sosial. Maka, melalui tajuk rencana ini masyarakat diingatkan untuk tidak mengabaikan kesehatan. Masyarakat diimbau untuk selalu menjaga gaya dan pola hidup yang sehat.

Imbauan ini harus pula dibarengi dengan berbagai kampanye dan penyuluhan untuk berbagi pengetahuan tentang kesehatan. Hal ini dapat membangun dan menyadarkan masyarakat mengenai perlunya gaya dan pola hidup yang sehat. Tujuannya agar warga terhindar dari hipertensi dan berbagai penyakit turunannya.

Penegasan

Dengan demikian, kampanye dan penyuluhan seperti yang dilakukan Perhimpunan Hipertensi Indonesia ini harus dihargai, mengingat risiko dan kerugian yang ditimbulkan penyakit ini sangat besar. Bukan saja menyebabkan beban bagi anggota keluarga penderita hipertensi, tetapi juga bagi masyarakat. Risiko ini dapat dikurangi kalau masyarakat memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai hal itu.




(aku/ahr)


Hide Ads