Terdapat sebuah dusun yang terletak di pantai utara (pantura) Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, terpisah dari daratan karena terdampak abrasi parah. Dusun tersebut adalah Dusun Simonet.
Dusun Simonet kini kian 'tenggelam' karena naiknya air laut pantai utara ke daratan. Bahkan, saat ini hanya tersisa 9 kepala keluarga (KK) yang bertahan di dusun tersebut.
Lalu, bagaimana kondisi Dusun Simonet sebelum terdampak abrasi dan terpisah dari daratan? Begini sejarahnya, dirangkum dari artikel detikJateng:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah dan Luas Daerah Dusun Simonet
Dusun Simonet juga memiliki nama lain, yaitu Dusun Kampit. Dusun ini terletak di Desa Semut, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan.
Mulanya, dusun ini menyatu dengan daratan. Adapun jarak bibir pantai ke rumah warga di dusun ini berjarak 500 meter.
Namun, sejak terjadi abrasi parah tahun 2005 dan diperparah dengan adanya abrasi lagi pada tahun 2020, rumah-rumah pun hancur terdampak fenomena alam tersebut.
Bahkan, sebelumnya terdapat jalan aspal yang menghubungkan antara Dusun Simonet ini dengan Pantai Depok di Kecamatan Siwalan. Sayangnya, gelombang air yang tinggi membuat jalur aspal terkikis dan hilang.
Hingga seiring waktu terjadi abrasi sehingga wilayah Dusun Simonet menjadi bak pulau kecil yang terpisahkan dengan daratan karena akses jalan darat pun terputus. Bahkan, banyak rumah terpaksa ditinggalkan penghuninya.
Sebelum terjadi abrasi parah di Dusun Simonet ini, para penduduk banyak yang bekerja di lahan tambak dan kebun melati. Namun, tambak dan melati tersebut pun ikut hilang akibat abrasi.
Adapun luas daerah dusun ini adalah 12 hektare yang pada mulanya ditinggali oleh 265 jiwa yang terbagi dalam dua RT, yaitu RT 14 dan RT 15. Saat ini penduduk yang tinggal di dusun ini tersisa 9 kepala keluarga (KK) atau 25 jiwa saja.
Untuk diketahui, penduduk Dusun Simonet saat ini bergantung pada alat transportasi laut.
Perbandingan Kondisi Dusun Simonet, Dulu dan Kini
Sebagai perbandingan, dari catatan detikJateng, saat dilakukan distribusi logistik Pemilukada pada 8 Desember 2020 di TPS V Dusun Simonet, dusun seluas 12 hektar itu 30 persennya daratan untuk tempat tinggal dan menanam melati.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
Saat itu tercatat ada 180 pemilih dengan 265 jiwa yang tinggal di Dusun Simonet. Di tahun ini, menurut Ketua RT 14 RW 06, Joyo Kusumo, hanya tersisa 9 KK atau 25 jiwa. Sebab, hampir semua daratannya tergenang tiap gelombang tinggi.
"Sekarang masih ada 9 KK, jiwanya sekitar 25. Kondisi ya parah. Apalagi kalau air laut naik. Kalau sempat mengungsi ya mengungsi, kalau tidak ya kita dikepung air laut," kata Joyo kepada detikJateng, Sabtu (5/11/2022).
Joyo kemudian memperlihatkan foto-foto perbandingan kondisi tahun 2019 dengan kondisi terakhir pada Jumat (4/11) pekan lalu.
Rumah Joyo pada tahun 2021 masih tampak lantai dan tanahnya. Saat terjadi air pasang pada Jumat (4/11) pagi, separuh rumah Joyo terlihat terendam air.
"Ini kondisi rumah saya pada Jumat pagi kemarin saat air laut naik. Dan foto tahun 2021 nampak rumah saya dan aktivitas warga kerja bakti," kata Joyo.
"Saat ini penghuninya masih ada. Kalau banjir masih bertahan, jika tidak sempat mengungsi atau dijemput warga lain," imbuh dia.
Namun, diakui Joyo bahwa sebagian besar warga kini memilih mengontrak ataupun kos ke lokasi yang lebih aman.
"Pemerintah sudah merencanakan relokasi sejak tahun 2020. Saat itu, sudah ada lokasinya di Pekuncen, Wiradesa. Lokasi yang aman dari rob. Tetapi sampai saat ini tidak tahu kenapa belum dilakukan. Warga masih menunggu upaya relokasi," pungkas Joyo.