Permukaan Tanah Terus Turun, Kota Pekalongan Tenggelam di 2035?

Permukaan Tanah Terus Turun, Kota Pekalongan Tenggelam di 2035?

Robby Bernardi - detikJateng
Kamis, 03 Nov 2022 20:16 WIB
Foto dokumen pengambilan udara kondisi rob Juni 2022 dan dokumen Robby patok landsubsiden di Stadion Hoegeng.
Foto: Robby Bernardi/detikJateng. Foto dokumen pengambilan udara kondisi rob Juni 2022 dan dokumen patok landsubsiden di Stadion Hoegeng.
Kota Pekalongan -

90 persen wilayah Kota Pekalongan diprediksi akan berada di bawah permukaan air pada 2035 mendatang. Adanya perubahan iklim, proses alami penurunan muka tanah dan aktivitas manusia, sebagai penyumbangnya. Apakah Kota Pekalongan akan tenggelam?

Hal tersebut seperti yang dikatakan Slamet Miftakhudin, selaku Perencana Ahli Madya, Bappeda Kota Pekalongan, dalam webinar yang digelar pada Kamis (3/11/2022), yang diprakarsai oleh Satya Bumi dengan tema 'Krisis Iklim: Ancaman Tenggelamnya Kota Pekalongan'.

Tenggelamnya Kota Pekalongan juga diperkuat dengan data dari Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Galdita A Chulafak yang menyebut Pesisir Pekalongan terparah dalam penurunan muka tanah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Menurut Slamet Miftakhudin, luas Kota Pekalongan 46,42 KM, dengan jumlah penduduk 308.310 jiwa (data Tahun 2021), berada di atas tanah dengan kondisi geomorfologi alluvial (endapan) muda yang secara alami memang mengalami penurunan.

"Jenis tanah kita termasuk alluvial (endapan) muda yang akan terus mengalami penurunan yang alamiah. Ini salah satu penyebab mengapa tanah kita turun," katanya.

Penurunan tanah ini terbukti dari alat ukur patok Land subsidence yang dipasang oleh Badan Geologi di enam titik. Terparah, hasil monitor di tahun ini, penurunan tanah mencapai 11,9 cm dari patok yang terpasang di Stadion Hoegeng, Kota Pekalongan.

"Patok dipasang di sejumlah titik untuk mengetahui penurunan muka tanah, sejak tahun 2020 lalu. Penurunan yang tinggi di Stadion Hoegeng dan TPA Degayu," ucapnya.

Dari datanya, hasil monitoring oleh Badan Geologi per 7 maret 2022, patok yang terpasang terjadi penurunan tanah di enam titik tersebut.



Patok di Stadion Hoegeng Kelurahan PasirKratonKramat, Kecamatan Pekalongan Barat, yang di pasang Maret 2020, terjadi penurunan 11,9 cm. Patok di Kantor Kelurahan Tirto, Kecamatan Pekalongan Barat, yang di pasang Oktober 2021, penurunannya mencapai 1,7 cm.

ADVERTISEMENT

Patok di Kantor Kelurahan Kandang Panjang, Kecamatan Pekalongan utara, yang Dipasang Oktober 2021, penurunan mencapai 1,18 cm. Patok di TPA Slamaran, Kelurahan Degayu, Kecamatan Pekalongan Utara yang dipasang Oktober 2021, Penurunan 1,6 cm.

Adapun patok di Kantor Kelurahan Setono, Kecamatan Pekalongan Timur yang dipasang November 2021, penurunan 1,1 cm. Patok di Kantor Kecamatan Pekalongan Selatan, yang di pasang Febuari 2020, terjadi penurunan 2 cm.

Baca selengkapnya di halaman berikutnya...

Ia juga mengungkap perkiraan di tahun 2035 Kota Pekalongan yang akan tenggelam berada di bawah air.

"Dari hasil permodelan genangan spasial pada tahun 2035, 90 persen, wilayah Kota. Pekalongan akan dibawah air, ya akan tenggelam," katanya.

Di tahun itu, menurutnya, persentase area perumahan yang terkena dampak banjir (rob) akan meningkat 100 kali lipat.

"Area perumahan yang terkena dampak banjir di Kota Pekalongan akan meningkat 100 kali lipat dari 0,5 persen di tahun 2022 ini menjadi 51 persen di tahun 2035," ungkapnya.

Banjir rob, menurutnya hasil identifikasi dari berbagai pihak bahwa bajir dan rob , akibat perubahan iklim, penurunan muka tanah dan aktivitas manusia.

"Perubahan iklim ada kenaikan air laut, cuaca ekstrem dan high tidal dan long wave. Sedangkan Penurunan muka tanah di Kota Pekalongan, penyebabnya karena konsolidasi alam, karena tanahnya merupakan avvulial, beban bangunan sipil dan ekstraksi Air Bawa Tanah (ABT) berlebihan," jelasnya.

Halaman 2 dari 2
(apl/ahr)


Hide Ads