Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah sepekan terakhir mengakibatkan 81 desa di 21 kecamatan terdampak bencana. BPBD Kebumen mencatat saat ini masih ada enam desa yang digenangi banjir setinggi antara 20-50 sentimeter.
"Banjir sudah mulai surut, tapi ini masih mendung, kita masih siaga. Yang masih terendam di Desa Kedungweru, Bulurejo, Demangsari Kecamatan Ayah. Kemudian Desa Klirong Kecamatan Klirong, Desa Sugih Waras Kecamatan Adimulyo, dan Desa Tresnorejo Kecamatan Petanahan," kata Humas BPBD Kebumen, Heri Purwoto saat ditemui detikJateng di kantornya, Jumat (14/10/2022).
"Ketinggian air antara 20 cm sampai dengan 50 cm di pekarangan warga. Untuk pengungsi banjir kita nol," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Heri mengatakan selama sepekan terakhir, telah terjadi beberapa bencana di 81 desa. Bencana tersebut berupa tanah longsor yang terjadi di 48 desa, banjir yang melanda 11 desa, serta angin puting beliung yang menerjang 32 desa.
Sampai saat ini, warga bersama petugas masih membersihkan material longsor yang menimbun jalan. Alat berat juga dikerahkan di Desa Wadasmalang, Kecamatan Karangsambung guna membersihkan material longsor yang sempat menutup aliran sungai.
"Sampai saat ini alat berat masih kita tempatkan di sana (Wadasmalang). Teman-teman BPBD masih konsen pembersihan longsor dan assesment ulang dampak dan kerugian terbaru, kemungkinan bisa lebih dari Rp 3 miliar," paparnya.
Sementara itu, salah satu warga terdampak banjir di wilayah Klirong, Slamet (50) menuturkan jika lingkungannya sempat terendam banjir setinggi 1 meter. Kini, air sudah mulai surut dan warga sudah bisa mulai beraktivitas seperti biasa.
"Ya karena hujan terus dari kemarin terus banjir 1 meter, sekarang sudah surut paling 20 cm sampai setengah meter," ucap Slamet saat ditemui di lokasi.
Diwawancara terpisah, Kepala Desa Wadasmalang, Kecamatan Karangsambung, Darimun menuturkan lokasi bencana saat ini masih terus dalam penanganan petugas. Warga yang sempat mengungsi di posko, kini lebih memilih tinggal di tempat saudara.
"Kondisinya saat ini kita masih disibukkan untuk pembersihan material longsor. Untuk pengungsi sudah tidak ada lagi yang tinggal di posko, mereka memilih tinggal bersama keluarga yang lain, tapi kebutuhan makanan masih kita suplai dari sini," ujar Darimun.
Darimun menyebut delapan rumah dan sembilan KK yang terdampak banjir maupun longsor di desanya akan direlokasi. Pihak BPBD Provinsi sudah datang ke lokasi dan melakukan pendataan untuk koordinasi dengan pemerintah daerah.
"Kemudian ada satu warga kami yang meninggal karena terbawa arus banjir dan sempat hilang, dan jasadnya sudah berhasil ditemukan atas nama Sami Jaya umur 70 tahun," imbuhnya.
Tanah Bergerak di Desa Plumbon
Hasil penelusuran detikJateng, di lokasi lain juga terjadi fenomena tanah bergerak tepatnya di Dukuh Rawabayem, Desa Plumbon, Kecamatan Karangsambung. Hal itu menyebabkan 31 rumah mengalami retak-retak dan berpotensi ambruk.
Selengkapnya tentang tanah bergerak di Desa Plumbon...
Ngerinya, rumah warga tersebut berada di tebing dan berundak-undak. Tanah bergerak juga menyebabkan tanah bergeser 10 cm hingga 1 meter.
Salah satu warga setempat Sumi Purwanti (45) mengatakan kejadian tanah bergerak ini baru kali ini terjadi. Tanah di wilayah permukimannya tiba-tiba bergerak dan ambles usai diguyur hujan beberapa hari terakhir.
"Sejak lahir dan tinggal di sini baru kali ini terjadi tanah bergerak. Rumah retak pada dinding bagian depan, kamar tidur dan dapur. Setelah hujan kemarin tanah di sini tiba-tiba bergerak dan ambles," ucap Sumi.
Sumi dan warga lainnya terpaksa memilih bertahan di rumah mereka karena tak ada tempat tinggal lain yang bisa dia tempati bersama keluarganya. Kini dirinya hanya bisa berharap adanya bantuan dari pemerintah daerah karena dikhawatirkan tanah bergerak masih akan terjadi lagi dan membahayakan warga.
"Mau pindah ke mana, adanya tinggal di sini, nggak ada pilihan lain. Jadi ya terpaksa bertahan meski rumah sudah rusak. Semoga pemerintah bisa membantu agar kami bisa tinggal dengan tenang di sini," harapnya.