Legenda Batu Pandawa Lima di TPA Troketon Klaten, Konon Tak Bisa Dipindah

Legenda Batu Pandawa Lima di TPA Troketon Klaten, Konon Tak Bisa Dipindah

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Minggu, 15 Mei 2022 10:34 WIB
Batu Pandawa Lima di kawasan TPA Troketon, Klaten, Minggu (15/5/2022).
Batu Pandawa Lima di kawasan TPA Troketon, Klaten, Minggu (15/5/2022). (Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

h hiruk-pikuk aktivitas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Desa Troketon, Kecamatan Pedan, Klaten, Jawa Tengah terdapat kumpulan batu yang disebut Pandawa Lima. Batu-batu itu tetap utuh seperti tidak tersentuh proyek TPA.

Kumpulan batu tersebut berjumlah lima sehingga dijuluki warga setempat dengan nama Pandawa Lima. Terletak di sisi tenggara kompleks TPA yang dibangun sejak tahun 2016 dengan luas lebih dari 5 hektare.

Sekilas tidak ada yang istimewa dengan bebatuan andesit tersebut. Batu hitam dengan diameter masing-masing sekitar 1 meter itu tanpa bentuk khusus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berada di selatan kompleks TPA di dekat simpang tiga jalan kawasan ladang. Beberapa pohon Kamboja ditanam warga sebagai peneduh di sekitarnya.

TPA Troketon sendiri sebelum dibangun TPA, awalnya hanya kawasan ladang tandus untuk tanaman palawija. Tanahnya masih terlihat berpasir dan sebagian besar batuan cadas putih kecokelatan.

ADVERTISEMENT

Kawasan itu dijuluki warga sebagai Ngalas atau hutan. Letaknya yang jauh dari Gunung Merapi membuat keberadaan batu-batu andesit itu membuat penasaran.

Perbukitan batu terdekat dengan TPA Troketon hanya Gunung Mojo, Desa Ringin Putih, Kecamatan Karangdowo di sisi timurnya. Lebih ke timur lagi ada Gunung Majasto di Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.

Junaidi (47) warga setempat mengatakan batu itu disebut Pandawa Lima karena jumlahnya lima. Saat bulan tertentu penanggalan Jawa sering dikunjungi.

"Ya cuma namanya Pandawa Lima. Kalau bulan suro banyak ke sini," ungkap Junaidi pada detikJateng, Sabtu (14/5/2022).

Batu- batu itu, kata Junaidi, dirawat para petani sekitar sejak lama dan kadang untuk bermain anak-anak. Meskipun ada proyek TPA, batu itu tidak diusik.

"Tidak, tidak diusik meskipun lainnya dikeruk. Warga lewat sini juga biasa, cuma namanya Pandawa Lima," imbuh Junaidi.

Edi (40) warga lain mengatakan sebelum ada TPA batu-batu itu juga sudah turun-temurun disebut Pandawa Lima. Konon pernah mau dipindahkan tapi gagal.

"Pernah dibawa ke Wonogiri tapi tidak bisa diangkut meskipun sudah dinaikkan truk. Disebut Pandawa Lima karena jumlahnya lima," tutur Edi pada detikJateng.

Di kawasan TPA, imbuh Edi, banyak batu tetapi yang besar dan terkumpul menjadi satu lokasi hanya lima buah. Di sekitar batu itu sering untuk berdoa.

"Sering untuk tirakatan orang di sini, tapi warga sini biasa saja. Sejak lama batu itu dibiarkan meskipun ada proyek TPA," imbuh Edi.

Ketua RT 32 Dusun Sawahan, Desa Troketon, Ndaru Joko Indarto menuturkan berdasar cerita sesepuh, legenda batu itu erat kaitannya dengan Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir, Raja Pajang. Kawasan hutan Troketon konon milik kasultanan.

"Wilayah sekitar TPA itu adalah kepemilikan keraton, hutan tempat berburu raja. Dulu adalah pesanggarahan di sisi barat," terang Joko Indarto pada detikJateng.

Saat Sultan Hadiwijaya menyerang Mataram (Kota Gede, Yogyakarta), lanjut Joko, sultan pernah beristirahat di batu itu. Batu Pandawa Lima itu sering jadi tempat tirakat.

"Dulu banyak orang yang tirakat sesirih di situ, sama di titik tertinggi disebut Puntuk yang ada pohon serutnya. Itu dulu," papar Joko Indarto.

Selain itu, imbuh Joko, ada cerita melegenda saat pelurusan Bengawan Solo dari Waduk Gajah Mungkur Wonogiri di daerah Posis, Kecamatan Karangdowo. Tanah urug tanggul diambil dari sekitar TPA Troketon.

"Penimbunan tanggul kanan dan kiri diambilkan tanah urug dari TPA dan sekitarnya. Batu Pandawa Lima itu diambil, dinaikan truk dam tapi sampai di lokasi truk di jungkirkan dan batu tidak mau turun, akhirnya dikembalikan sehingga berkumpul lima batu itu," pungkas Joko Indarto.




(sip/sip)


Hide Ads