Tahun ini pemerintah mengizinkan masyarakat mudik Lebaran. Sebenarnya, apa itu mudik? Menurut Umar Kayam, dikutip dari jurnal Mudik dalam Prespektif Budaya dan Agama (Kajian Realistis Perilaku Sumber Daya Manusia), mudik awal mulanya merupakan tradisi primordial atau tradisi paling dasar dalam masyarakat petani Jawa.
"Keberadaannya jauh sebelum kerajaan Majapahit. Awalnya kegiatan ini digunakan untuk membersihkan pekuburan atau makam leluhur, dengan disertai doa bersama kepada dewa-dewa di Khayangan," (Abdul Hamid Arribathi dan Qurotul Aini dalam Journal CICES Vol 4 No 1 - Februari 2018).
Dalam jurnal karya dua dosen STMIK Raharja (sekarang Universitas Raharja, Tangerang) itu disebutkan tradisi mudik bertujuan agar para perantau diberi keselamatan dalam mencari rezeki dan keluarga yang ditinggalkan tidak diselimuti masalah. Namun, tradisi itu lambat laun terkikis seiring masuknya pengaruh ajaran Islam ke tanah Jawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mudik berasal dari bentukan kata ma+udik, yang berarti menuju udik. Udik adalah penamaan sebuah kawasan di hulu sungai untuk mengambi makna tentang kembali ke asal (hulu) dilahirkan. Kini, kata mudik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring diartikan 'pulang ke kampung halaman'.
Menurut Abdul Hamid Arribathi dan Qurotul Aini, fenomena dan istilah mudik lebaran mengemuka kembali pada 1970-an, ketika orang dari desa beramai-ramai ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.
Setelah mendapat kerja di Jakarta, para pendatang dari desa yang akrab disebut kaum boro itu biasanya mendapat jatah libur panjang pada hari raya seperti Idul Fitri.
"Jadilah momen lebaran ini digunakan untuk mudik atau pulang kampung dan bersilaturahmi dengan keluarga, juga mereka selalu menyempatkan diri untuk ziarah dan membersihkan kuburan leluhur." (Journal CICES Vol.4 No.1, 2018:47).
Menurut Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Wonogiri, Dennys Pradita, ada beberapa faktor yang menyebabkan kaum boro meninggalkan kampung halaman demi mengadu nasib di luar daerah.
"Orde Baru dulu punya program terkait pembangunan ekonomi di ibu kota, itu sekitar 1970. Pembangunan itu banyak menyerap tenaga kerja, baik di sektor pekerja kantor hingga buruh. Warga Wonogiri banyak yang terjun ke sektor itu," ungkap Dennys kepada detikJateng, Senin (4/4/2022) lalu.
Sebelum Indonesia merdeka, Dennys menambahkan, sudah ada warga Wonogiri yang merantau terutama ke wilayah Jabodetabek. Namun, jumlahnya saat itu belum begitu banyak. Puncak perantauan warga Wonogiri baru terjadi pada era Orde Baru.
(dil/mbr)