Perantau Wonogiri Punya Siklus Pulang Kampung, Tak Cuma saat Lebaran

Perantau Wonogiri Punya Siklus Pulang Kampung, Tak Cuma saat Lebaran

Muhammad Aris Munandar - detikJateng
Minggu, 03 Apr 2022 14:01 WIB
Musim kemarau membuat sebagian Waduk Gajah Mungkur dan juga persawahan di Desa Tegal Harjo, Wonogiri, Jawa Tengah, mengering. Begini potretnya.
Musim kemarau membuat sebagian Waduk Gajah Mungkur dan juga persawahan di Desa Tegal Harjo, Wonogiri, Jawa Tengah, mengering. Foto: Agung Mardika.
Wonogiri -

Istilah kaum boro sering terdengar di Kabupaten Wonogiri tiap Ramadan, khususnya saat menjelang mudik lebaran. Boro adalah sebutan bagi warga Wonogiri yang merantau.

Kata boro sendiri merupakan kependekan dari kata ngalemboro yang berarti mengembara.

Ketua Umum Paguyuban Wonogiri Manunggal Sedyo (Pawon Mas), Agus Suparyanto, mengatakan banyaknya kaum boro dari Wonogiri tidak lepas dari faktor ekonomi. Pawonmas adalah salah satu paguyuban kaum boro Wonogiri di Jabodetabek

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu warga Wonogiri mempunyai anggapan jika hanya bekerja mengandalkan pertanian, tidak akan bisa berinvestasi. Maka dibutuhkan pekerjaan di sektor lain untuk menambah penghasilan," kata Agus saat dihubungi detikJateng, Senin (27/3/2022).

Menurut Agus, merantau atau boro ke luar kota yang dilakukan warga Wonogiri itu dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu. Musim tanam dan panen padi menjadi acuannya. Saat musim tanam, laki-laki dan perempuan akan bercocok tanam.

ADVERTISEMENT

"Kalau sudah 2-3 minggu, tepatnya saat waktunya menyiram tanaman, warga yang laki-laki itu pergi ke luar kota untuk merantau. Biasanya selama 3-4 bulan. Bekerja sebagai buruh atau di sektor bangunan," terang Agus.

Bakso Pakde Wonogiri BCABakso Pakde Wonogiri BCA Foto: detikFood/Devi S. Lestari

Menjelang masa panen tanaman, tepatnya pada bulan keempat atau kelima, para kaum boro itu akan pulang. Usai panen mereka masih menggarap sawahnya. Setelah masa tanam lewat, mereka kembali ke perantauan untuk menjadi buruh.

"Siklus kaum boro seperti itu. Boro itu mengembara, meninggalkan kampung. Jadi kaum boro itu KTP-nya Wonogiri, tapi kehidupannya banyak di perantauan. Mereka juga tidak menetap di perantauan dan keluarganya pun masih di kampung," ungkap Agus.

Agus juga asli Wonogiri. Namun, dia sudah ber-KTP Tangerang. Keluarganya sekarang juga tinggal di Tangerang.

Agus mengaku sudah mendengar istilah kaum boro sejak lama. Saat dia merantau ke Jakarta pada sekitar tahun 1990, masyarakat Wonogiri sudah menggunakan istilah boro.

Menurut Agus, warga Wonogiri yang merantau ke wilayah Jabodetabek tidak bisa dipetakan. Kaum boro Wonogiri bisa dibilang merata di hampir semua wilayah Jabodetabek, dari Pasar Kemis, Tangerang, Cikarang, Cilengsi, hingga Bogor.

Anggota Paguyuban Pawon Mas kini berjumlah sekitar 1.030 orang, mereka tersebar merata di Jabodetabek.

"Pekerjaan (kaum boro) yang kuat ada tiga, penjual mi ayam bakso, bakul jamu, dan pekerja bangunan atau kontruksi. (Buruh) Pabrik ada sebagian. Tapi rata-rata pedagang dan usahanya jadi (sukses)," ujar Agus.




(dil/ahr)


Hide Ads