Berita masjid dirobohkan warga di Sragen terebut menarik perhatian pembaca detikJateng. Berikut ini rangkumannya.
Warga Kowang, Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, merobohkan Masjid Al-Fatah usai mendapatkan janji pembangunan ulang dari seorang 'dermawan'. Namun janji itu hingga saat ini belum terpenuhi.
Berikut sejumlah fakta dari peristiwa masjid di Sragen dirobohkan warga tersebut.
1. Sejarah masjid
Bangunan Masjid Al-Fatah didirikan pada tahun 1991 yang merupakan sumbangan dari pelaksana proyek pembangunan Waduk Kedungombo.
"Masjid lama itu sumbangan dari proyek Waduk Kedungombo. Desa kami memang berada di pinggir waduk raksasa tersebut," ujar Kadus Kowang, Sunardi, Senin (4/4/2022).
2. Rencana renovasi
Warga kemudian ingin merenovasi masjid karena ada beberapa titik yang rusak. Kemudian sekitar tiga bulan lalu, ada warga setempat yang memiliki kenalan pengusaha dari Jakarta bersedia mendanai seluruh kebutuhan pembangunan.
"Memang awalnya masjid butuh renovasi. Ada warga punya kenalan pengusaha itu. Karena masjid sudah ada sejak 1991, katanya sekalian dibangun ulang saja, beliau sanggup mendanai," ujar ketua panitia pembangunan Masjid Al-Fatah, Agus Pudiyono.
3. Biaya pembangunan
Setelah mendapatkan janji, panitia terlebih dahulu membuat desain masjid secara profesional. Anggaran pembangunan masjid terhitung sekitar Rp 1,5 miliar.
Warga akhirnya merobohkan masjid sekitar 1,5 bulan yang lalu. Namun warga kaget ketika 'dermawan' itu baru mengirim uang Rp 10 juta.
"Setelah gambar jadi, diperkirakan masjid selesai dalam 5-6 bulan. Setelah dirobohkan, dana baru cair Rp 10 juta. Warga harap-harap cemas, karena sudah terlanjur dirobohkan," ujar Agus.
4. Andalkan donasi
Warga tak lantas menghentikan progres pembangunan. Melalui donasi, pembangunan tetap dimulai menggunakan jasa kontraktor.
"Kami cari cara agar pembangunan bisa berjalan. Kami buka donasi, kami pasang kotak infak di depan masjid, sama kami buka donasi di kitabisa.com. Kami sengaja pakai kontraktor agar bisa ditalangi dulu," ungkap Agus.
Pembangunan masjid masih dalam proses pengerjaan fondasi. Proses ini cukup lama karena harus menguruk lahan yang cukup dalam.
"Dulu kan ukurannya 9x9 meter, sekarang 12x15 meter. Yang belakangnya harus dipasang talut dulu, kemudian diuruk tanah lagi. Untuk menguruk saja mungkin butuh Rp 300 jutaan," katanya.
Lebih lanjut, Agus mengaku 'dermawan' tersebut telah menelepon dirinya.
"Kemarin pengusaha itu telepon saya. Baru kali ini saya dihubungi langsung oleh beliau, katanya akan bertanggung jawab dengan janjinya. Kemarin memberi tambahan Rp 15 juta," kata Agus.
Agus diberi penjelasan bahwa keluarga pengusaha tersebut tiba-tiba mengalami masalah bisnis.
"Katanya bisnis tiga anaknya sedang bangkrut bersamaan. Sebenarnya dananya sudah ada, tapi digunakan untuk anaknya dulu," ungkap dia.
5. Sosok 'dermawan'
Seorang warga yang menghubungkan pengusaha dengan takmir Masjid Al-Fatah angkat bicara. Dia menyebut si 'dermawan' merupakan pengusaha yang berbisnis ikan segar.
Perantara yang tidak mau disebutkan namanya itu mengaku sangat dekat dengan pengusaha asal Jakarta tersebut. Dia juga selama ini berhubungan bisnis dengan pengusaha itu.
Dia juga mengaku dirinyalah yang menyodorkan nama pengusaha tersebut sebagai salah satu orang yang bisa berpartisipasi untuk pendanaan ketika takmir Masjid Al-Fatah berniat akan merenovasi masjid tersebut.
"Ada orangnya beneran, bukan saya ngarang-ngarang," katanya kepada detikJateng, Selasa (5/4).
6. Bantah sanggupi seluruh biaya
Namun perantara ini menyebut tidak betul jika pengusaha kenalannya ini menyanggupi seluruh biaya renovasi masjid.
"Saat itu panitia butuh dana untuk renovasi, saya mengajukan nama beliau sebagai salah satu donatur dan beliau juga menyetujui," kata dia.
Sumber tersebut juga mengatakan pengusaha itu juga bukan yang memprakarsai agar bangunan lama Masjid Al-Fatah dirobohkan untuk diganti dengan bangunan baru yang akan dibiayainya. Menurutnya ide merobohkan masjid sepenuhnya adalah inisiatif warga setempat.
"Bukan beliau (yang menyuruh merobohkan). Beliau kesanggupannya hanya ikut membantu sebagai donatur saja," lanjutnya.
7. Kemenag turun tangan
Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah Musta'in Ahmad memastikan pihaknya tak akan berdiam diri soal polemik Masjid Al-Fatah, Sragen, ini.
"Kanwil (Kemenag) Jawa Tengah hari ini menyampaikan bantuan 100 juta. Nanti kalau (masjidnya) sudah jadi, kita juga bantu sound systemnya. Jadi toanya nanti kita bantu dari Kemenag," kata Musta'in, Selasa (5/4).
Musta'in juga mengajak semua pihak mau bergotong royong agar pembangunan kembali Masjid Al-Fatah itu lekas selesai.
8. Calon donatur berdatangan
Kini sudah banyak calon donatur yang mulai menghubungi takmir Masjid Al-Fatah, Sragen.
Ketua pembangunan Masjid Al-Fatah, Agus Pudiyono, mengatakan menerima banyak telepon yang menanyakan nomor rekening untuk berdonasi.
"Kemarin sudah banyak yang telepon, nggak saya hitung. Saya sampai capek menjelaskan, karena memang banyak yang tanya-tanya," kata Agus, Selasa (5/4).
"Belum saya cek ada berapa yang masuk. Ini kan pakai rekening khusus. Nggak ada ATM-nya. Kalau ngecek harus dua orang," ujar dia.
Namun sebelum cerita masjid dirobohkan tersiar di media, sudah ada sekitar Rp 300 juta dana yang diterima panitia. Jumlah ini masih jauh dari rencana anggaran yang sebesar Rp 1,5 miliar.
"Sebelumnya ada sekitar Rp 300 juta, dari donasi, infak, dan lain-lain. Kalau kebutuhannya Rp 1,5 miliar," ujarnya.
(rih/rih)