Kota Solo memiliki banyak masjid bersejarah yang selalu ramai dipadati oleh jemaah. Terlebih saat memasuki bulan Ramadan seperti sekarang ini.
Salah satunya adalah Masjid Al Wustho. Masjid yang memiliki luas sekira 4.000 meter persegi itu berada tepat di sisi barat Pura Mangkunegaran.
Sebelum berdiri kokoh di tempatnya sekarang, Masjid Al Wustho ada di Kampung Kauman, kawasan Pasar Legi, Solo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya tidak berada di sini, pada kisaran tahun 1700-an atas prakarsa Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa atau KGPAA Mangkunegara I masjid itu dibangun di Kampung Kauman, Pasar Legi," terang Sekretaris Takmir Masjid Al Wustho, Purwanto, saat ditemui detikJateng di rumahnya, Jumat (2/4/2022).
Baru kemudian pada masa Mangkunegara (MN) IV atau sekitar tahun 1878 masjid itu dipindah ke lokasi yang sekarang ini. Purwanto mengungkap beberapa tujuan pemindahan tersebut.
"Tujuannya mungkin biar kalau mau ibadah salat, jemaah lebih dekat (dari Mangkunegaran ke masjid). Selain itu juga agar mudah mengontrol jemaah para punggawa keraton yang jemaah di masjid," ungkapnya.
![]() |
Setelah itu, pada kisaran tahun 1919 atau masa pemerintahan KGPAA Mangkunegara VII dilakukan renovasi. Ada sejumlah penambahan bangunan sehingga menjadi lebih luas.
"Seperti bangunan menara, maligin, gapura keliling, serambi dan juga pembangunan pagar. Renovasi itu selesai tahun 1926 dan diperbolehkan untuk salat bagi masyarakat umum," paparnya.
Kemudian, lanjut Purwanto, setelah kemerdekaan atau sekira tahun 1949 oleh penghulu Mangkunegaran yakni KH Imam Rosyidi, masjid tersebut diberi nama Al Wustho.
"Artinya masjid yang berada di tengah-tengah, yakni di tengah kota dan di tengah antara Masjid Agung dengan Masjid Kepatihan. Itu kan membentuk sebuah segitiga, dan Masjid Al Wustho ini berada di tengah-tengahnya," ungkapnya.
Di tahun yang sama, masih kata Purwanto, masjid yang sebelumnya di bawah pengelolaan Mangkunegaran diserahkan kepada negara yakni Kementerian Agama (Kemenag) wilayah Jawa Tengah (Jateng).
"Sejak didirikan sepertinya baru diperbaiki sebanyak dua kali yakni di kisaran tahun 1970an dan di tahun 2018. Perbaikan yang dilakukan seperti penggantian atap yang dulunya genting tanah diganti dengan sirap," urainya.
"Kemudian langit-langit masjid yang dulunya eternit dikembalikan seperti semula dengan papan kayu jati," imbuh Purwanto.
Dengan ukuran bangunan 24x22 meter, Masjid Al Wustho sendiri mampu menampung jemaah hingga ribuan orang.
(aku/aku)