Apa Urusan DI hingga Kirim Tamu untuk Tembak Mati Rektor UNS Parmanto?

Apa Urusan DI hingga Kirim Tamu untuk Tembak Mati Rektor UNS Parmanto?

Bayu Ardi Isnanto - detikJateng
Minggu, 20 Mar 2022 22:12 WIB
Foto Parmanto MA yang tersimpan di Kampus UNS Solo.
Foto Parmanto MA yang tersimpan di Kampus UNS Solo. Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikJateng
Solo -

Pada 43 tahun silam, Rektor UNS pada saat itu, Parmanto MA tewas ditembak. Dia dihabisi oleh tamu yang mendatangi rumahnya di malam hari, tepatnya di 11 Januari 1979.

Sejumlah kalangan, termasuk keluarga, meyakini bahwa latar belakang pembunuhan itu bukanlah persoalan di dalam kampus.

Peneliti jaringan radikal, Solahudin, mengungkap kejadian itu dalam bukunya. Peristiwa pembunuhan Parmanto menjadi bagian dari tulisannya di buku The Roots of Terrorism in Indonesia: From Darul Islam to Jema'ah Islamiyah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada salah satu bagian, diceritakan bahwa Parmanto adalah salah satu korban dari kelompok Darul Islam.

Darul Islam ialah organisasi bentukan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir. Pada November 1978, Darul Islam menggelar pertemuan besar di Jawa Tengah dan menetapkan Jawa Tengah sebagai pusat, karena kegiatan mereka di luar Jawa sudah terendus aparat.

ADVERTISEMENT

Namun Jawa rupanya juga bukan tempat aman bagi kelompok mereka. Bahkan Sungkar ditangkap di Jombang pada 10 November 1978 dan disusul dengan penangkapan Ba'asyir sepekan kemudian.

Penangkapan ini membuat para pengikutnya marah dan ingin membalas. Sasaran mereka adalah Parmanto yang dianggap membocorkan informasi. Ada empat orang yang disebut melakukan pembunuhan.

"Target mereka adalah Parmanto, dosen UNS yang membocorkan informasi kepada aparat keamanan. Januari 1979, Hasan Bauw, Warman, Farid Ghozali dan Abdullah Umar membunuh Parmanto di rumahnya," tulis Solahudin.

Tak lama kemudian, aparat menembak mati Farid Ghozali dan menangkap anggota mereka lainnya, Abdul Kadir Baraja. Warman menduga Hasan Bauw berkhianat hingga aparat berhasil menembak dan menangkap rekannya.

Setelah melapor kepada pimpinannya yang bernama Ahmad Husein, Warman diperintahkan untuk mengeksekusi Hasan Bauw. Tak lama kemudian Warman ditangkap aparat.

Lalu disusul pula dengan penangkapan Abdullah Umar dan beberapa anggota kelompok lainnya. Mereka dikirim ke dalam penjara yang sama dengan Sungkar dan Ba'asyir.

Salah satu kerabat Parmanto, Hari Purnomo menyebut bahwa Parmanto merupakan rektor kedua di kampus UNS. Rektor pertamanya adalah seorang tentara berpangkat terakhir Brigjen, GPH Haryomataram.

Sedangkan Parmanto sendiri memang menekuni dunia pendidikan. Sebelum di UNS, dia menjabat sebagai pimpinan di IKIP Surakarta, sebuah kampus yang melebur menjadi UNS bersama beberapa kampus lain.

"Sejak di IKIP, Pak Parmanto memang pernah ngomong ke saya, kalau bisa jadi rektor di UNS. Akhirnya kesampaian. Saya memang sering main ke rumahnya, makan di sana, karena saya dekat dengan Yu Pin (sapaan istri Parmanto)," kata Heru saat dijumpai di rumahnya, Kelipan, Desa Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Kamis (17/3/2022) malam.

Meski demikian, Parmanto juga pernah mencecap kehidupan menjadi seorang tentara. Dia menjadi salah satu anggota Tentara Pelajar, salah satu kesatuan yang ikut mempertahankan kemerdekaan di masa Agresi Militer Belanda.




(ahr/rih)


Hide Ads