Jelang Hari Raya Idul Adha, ada sejumlah amalan puasa yang bisa dilakukan. Salah satunya ialah menunaikan puasa tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah. Ustaz Ali Amrin Al Qurawy dalam bukunya yang berjudul Koleksi Doa & Dzikir Sepanjang Masa menjelaskan, istilah tarwiyah berasal dari bahasa Arab tarawwa yang artinya membawa bekal air.
Sebab, pada hari itu, para jamaah haji membawa banyak bekal air Zamzam untuk persiapan Arafah dan menuju Mina. Mereka minum, memberi minum untanya, dan membawanya dalam wadah. Ibnu Qudamah menjelaskan bahwa dinamakan hari tarwiyah karena para jamaah haji membawa bekal air pada hari itu, yang mereka siapkan untuk hari Arafah.
Jadwal dan Hukum Puasa Tarwiyah
Sepuluh hari di awal bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa, hari Tarwiyah termasuk di dalamnya. Hal ini didasarkan pada hadits dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT daripada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya, 'Ya Rasulullah, walaupun jihad di jalan Allah? Rasulullah Saw. bersabda, 'Walau jihad di jalan Allah kecuali selama-lamanya (menjadi syahid)." (HR. Bukhari).
Dari hadits tersebut, tidak terdapat larangan untuk melaksanakan puasa Tarwiyah. Anjuran yang terdapat di dalamnya adalah anjuran untuk memperbanyak puasa di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
Ustad Muhammad Abduh Tuasikal, Pimpinan Pondok Pesantren Darush Sholihin itu mengatakan dalam laman Rumaysho bahwa ada satu puasa yang sangat dianjurkan di bulan ini, yakni Arafah. Memang beramal di awal Dzulhijjah dan puasa adalah sebaik-baiknya amalan yang dikerjakan saat itu.
Seperti Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
"Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun." (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968, dari Ibnu 'Abbas. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim). Mengenai hadits ini, Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, "Sepuluh hari awal Dzulhijjah seluruhnya adalah hari yang mulia dan dimuliakan, di dalamnya dilipatgandakan (pahala) amalan dan disunnahkan bersungguh-sungguh ibadah pada waktu tersebut." (Al Mughni, 4: 443).
Berikut jadwal puasa sunnah Tarwiyah dan Arafah yang mengacu Kalender Hijriah Indonesia 2024 susunan Kementerian Agama (Kemenag) RI.
- Sabtu, 8 Juni 2024: 1 Zulhijjah 1445 H
- Minggu, 9 Juni 2024: 2 Zulhijjah 1445 H
- Senin, 10 Juni 2024: 3 Zulhijjah 1445 H
- Selasa, 11 Juni 2024: 4 Zulhijjah 1445 H
- Rabu, 12 Juni 2024: 5 Zulhijjah 1445 H
- Kamis, 13 Juni 2024: 6 Zulhijjah 1445 H
- Jumat, 14 Juni 2024: 7 Zulhijjah 1445 H
- Sabtu, 15 Juni 2024: 8 Zulhijjah 1445 H (Puasa Tarwiyah)
- Minggu, 16 Juni 2024: 9 Zulhijjah 1445 H (Puasa Arafah)
Sementara, tiga hari pasca Idul Adha merupakan hari tasyrik atau hari makan dan minum. Sehingga, tidak dibolehkan untuk berpuasa apa pun di hari-hari tersebut. Hari tasyrik jatuh pada mulai Hari Raya Idul Adha hingga tiga hari setelahnya atau 11, 12, 13 Dzulhijjah.
Niat dan Tata Cara Puasa Tarwiyah
Puasa sunnah sebelum Idul Adha memiliki banyak keutamaan, sehingga sayang untuk dilewatkan. Berikut ini tim detikJabar merangkum niat dan tata cara puasa Arafah.
1. Niat
Sebagian ulama menganjurkan atau percaya akan pentingnya melafalkan niat sebelum sholat atau melakukan ibadah apapun. Umat Muslim juga sudah akrab dengan melafalkan niat setiap melakukan ibadah. Berikut niat puasa tarwiyah yang bisa dibacakan secara lisan maupun dalam hati di waktu lepas subuh.
نويتُ صومَ تَرْوِيَة سُنّةً لله تعالى
Arab Latin: Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillahi ta'ala
Artinya: "Aku niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah Ta'ala."
Namun apakah niat itu harus dilafalkan? Ustad Muhammad Abduh Tuasikal dalam laman Rumaysho menyebut niat merupakan sunnah yang tidak dipersyaratkan dilafadzkan. Seperti tercantum dalam hadits:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
Artinya: "Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya." (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari 'Umar bin Al Khottob)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda:
"Sesungguhnya agama itu mudah." (HR. Bukhari)
"Setiap ibadah itu bersifat tauqifiyyah, sudah paketan dan baku. Tidaklah terdapat ayat atau riwayat hadits tentang niat sebelum melakukan amalan. Niat adalah amalan hati dan hanya Allah Ta'ala yang mengetahuinya. Setiap orang yang melakukan suatu amalan pasti telah memiliki niat terlebih dahulu. Tidak mungkin orang yang berakal yang punya ikhtiar (pilihan) melakukan suatu amalan tanpa niat," tulis Ustad Muhammad Abduh Tuasikal.
Sementara itu, niat pun sebetulnya dapat dilafalkan dengan bahasa Indonesia, seperti diperagakan Prof. KH.Yahya Zainul Ma'arif atau akrab disapa Buya Yahya, pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon. Dikutip detikJabar, Buya Yahya saat itu tengah menjelaskan rukun dalam shalat Idul Fitri maupun Adha.
"Sholat dua hari raya (Fitri atau Adha) itu sifatnya sunnah muakkad atau sunnah yang sangat dikukuhkan. Rukunnya, jamaah melakukan solat pertama 'aku niat sholat Hari Raya Idul Fitri', langsung masuk takbir sholat sebanyak 7 kali," tutur Buya Yahya dalam Kanal Youtube resmi Ponpes Al-Bahjah Cirebon, Al-Bahjah TV.
2. Sahur
Seperti layaknya puasa Ramadhan, sahur sangat dianjurkan sebelum puasa Tarwiyah. Sahur bisa menjadi kebaikan dan keberkahan dalam menjalankan ibadah puasa. Tapi jika tidak menunaikan sahur pun tetap bisa menjalankan puasa dan dianggap sah.
3. Menjauhi Hal yang Membatalkan Puasa
Tentunya saat berpuasa kita harus menjauhi hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Seperti makan dan minum dengan sengaja, melakukan hubungan suami istri, dan lain-lain. Kita harus menjaga emosi dan nafsu kita agar tak membatalkan puasa.
4. Menyegerakan Berbuka Puasa
Selayaknya puasa biasa, kita harus menyegerakan berbuka puasa seperti yang dilakukan Rasulullah SAW. Dikutip dari buku Al-Islam karya Said Hawwa, Malik bin Amir Abu Athiyyah pernah berkata kepada Aisyah RA: Ada dua orang di antara kami, yang satu menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur, dan yang satunya lagi mengakhirkan berbuka puasa dan menyegerakan makan sahur.
Aisyah berkata: Siapa di antara mereka berdua yang menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur? Aku menjawab, 'Abdullah bin Mas'ud'. Ia berkata 'seperti itulah yang dahulu dikerjakan oleh Rasulullah' (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa'i, & Ibnu Majah)
Keutamaan Puasa Tarwiyah
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam laman Almanhaj menyebut beberapa hadits Tarwiyah, yang dinilai didasari dari hadits yang palsu/maudlu' yang sama sekali tidak boleh dibuat sebagai dalil. Sehingga sebetulnya puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) hukumnya bid'ah.
Namun, terlepas dari kontroversi hadits tentang puasa Tarwiyah, tetapi hal yang pasti adalah bahwa tanggal 8 (hari tarwiyah) merupakan bagian dari 10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah yang memiliki keistimewaan tersendiri. Hal ini pernah disampaikan Rasulullah dalam hadits:
"Tidak ada perbuatan yang lebih disukai Allah Swt. daripada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Para sahabat ada yang bertanya, 'Walaupun jihab di jalan Allah, ya Rasulullah?' Beliau menjawab, 'Iya benar. Kecuali orang-orang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya, kemudian yang mati selama-Lamanya (menjadi syahid)." (HR. Bukhari, Ahmad, dan Tirmidzi).
Itulah tadi jadwal, niat, dan tata cara puasa Tarwiyah. Semoga Allah SWT menerima amalan kita pada Idul Adha tahun ini dan tahun-tahun berikutnya. Aamiin.