Siasat Pedagang PGC Bertahan Hidup Meski Sepi Pembeli

Siasat Pedagang PGC Bertahan Hidup Meski Sepi Pembeli

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Sabtu, 18 Jan 2025 15:00 WIB
Suasana sepi di PGC.
Suasana sepi di PGC. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar
Cirebon -

Suasana di Pusat Grosir Cirebon atau PGC tampak lenggang, beberapa pedagang terlihat duduk sambil sesekali menawarkan barang dagangannya kepada pengunjung. Beberapa gerai, baik di lantai dua maupun tiga tampak sepi, kosong dan tak berpenghuni.

Sudah beberapa tahun terakhir kondisi PGC memang selalu sepi. Ramainya saat menjelang Hari Raya Idulfitri. Salah satu penyebabnya, karena perubahan pola belanja di masyarakat. Dulu masyarakat datang langsung ke toko atau gerai penjualan, sekarang masyarakat lebih memilih untuk belanja secara daring lewat smartphone atau gawai.

Sepinya PGC membuat para pedagang harus memutar otak bagaimana caranya agar tetap bertahan, di tengah penghasilan yang terus menurun setiap harinya. Salah satu siasat yang dilakukan agar tetap bisa bertahan adalah dengan ikut membuka toko secara online, seperti yang dilakukan oleh Andri (48), pedagang pakaian di lantai 3 PGC.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semenjak COVID-19, sudah mulai pindah ke online, buka toko marketplace, karena itu satu-satunya biar bisa bertahan," tutur Andri.

Andri memaparkan, dengan berjualan secara daring, sangat membantu dia untuk bertahan di hari-hari biasa seperti sekarang. "Kalau hari-hari biasa itu bagus online, pendapatannya stabil, jadi ngikutin zaman lah, untuk jualan itu di Shopee atau TikTok," tutur Andri.

ADVERTISEMENT

Meski sudah memiliki toko online, Andri masih tetap akan berjualan secara offline. Menurut Andri, penjualan secara offline masih tetap potensial mendatangkan keuntungan, khususnya ketika menjelang Idulfiitri.

"Cuman kalau bulan puasa bagusnya offline, kadang kalau bulan puasa saja bisa menutupi pengeluaran setahun, itu sehari bisa sampai Rp 10.000.000-Rp 20.000.000," tutur Andri.

Andri sendiri sudah lima tahun lebih berjualan di lantai 3 PGC. Ia mengatakan, di tahun-tahun pertama berjualan, PGC memang selalu ramai, kala itu dalam sehari, Andri bisa mendapatkan omzet mencapai jutaan rupiah.

"Sebelum COVID 19 itu sehari bisa dapat di atas Rp 1.000.000 sampai Rp 3.000.0000 sekarang mah paling cuman dapat ratusan ribu sehari, " tutur Andri.

Berbeda dengan Andri, salah satu pedagang lain adalah Endang (56), untuk bertahan, Endang hanya bisa menghemat pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari. Endang sendiri tidak membuka toko online, menurutnya, berjualan secara online terlalu sulit untuk dilakukan.

"Saya nggak online, lebih nyaman jualan offline, nggak ngerti kalau online. Untuk bertahan mah yah makan seadanya aja, sesuaikan sama pendapatan, di sini juga ada pedagang yang utang juga, tapi kalau saya nggak," tutur Endang.

Endang mengenang, tidak seperti sekarang, dahulu, saking ramainya, pembeli yang menunggu pedagang untuk dilayani, bukan sebaliknya.

"Kalau dulu dagang tuh, orang yang beli yang nungguin, sampai pembeli bilang ko belum pada buka, ditambah dulu toko-toko swalayan belum ada, dulu tuh apapun dagangannya laku, sehari Rp 2.000.000 sampai Rp 3.000.000 juta itu dapat, tapi sekarang malah nggak nentu," tutur Endang yang sudah berjualan sejak tahun 1980-an.

Sementara itu, Ketua Paguyuban Forum Pedagang PGC, Heri mengatakan, meski keuntungan yang didapat tidak menentu, para pedagang PGC bisa bertahan saja itu sudah bagus. Untuk bisa bertahan para pedagang PGC rela untuk menjual barang pribadi sampai harus berutang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Kuat juga karena terpaksa, di sini bertahan juga sampai berdarah-darah, dalam arti sampai jual segala macam barang, demi bisa bertahan, ibaratnya yang tadinya punya mobil sampai jual mobil, yang punya rumah tadinya, sekarang jual rumah, dan itu saya alami sendiri sampai jual mobil buat kebutuhan sehari-hari. Itu yang nggak punya utang, kalau yang punya utang itu lebih berat lagi," tutur Heri.

Sebagai seorang pedagang, Heri juga berharap PGC dapat kembali ramai. Dan bagi pedagang yang kontraknya habis di tahun ini, semoga dapat diberikan jalan yang terbaik. "Yah semoga saja, pas bulan Ramadan bisa ramai lagi, dan kontraknya juga bisa lebih baik lagi buat pedagang, dan pengelola," pungkas Heri.

(sud/sud)


Hide Ads