Maraknya penjualan daring membawa dampak signifikan bagi para pedagang di Pusat Grosir Cirebon (PGC). Banyak pedagang mengaku mengalami penurunan pendapatan, bahkan dihadapkan dengan masa kontrak lapak yang akan habis pada pertengahan tahun 2025. Ketidakpastian ini membuat sebagian dari mereka ragu untuk melanjutkan kontrak.
Yoga, Legal dan HRD PGC, mengungkapkan dalam beberapa tahun terakhir, jumlah pengunjung dan pedagang di PGC mengalami penurunan drastis. "Sekarang nih lesu, eranya sudah digital orang-orang pada pakainya di marketplace, di sini ramainya kalau momen-momen tertentu saja kayak bulan puasa, kalau hari-hari biasa yah kayak gini sepi," tutur Yoga kepada detikJabar belum lama ini.
Sekitar tahun 2010, PGC dikenal sebagai pusat perdagangan yang ramai. Hampir semua gerai di lantai dua dan tiga terisi penuh oleh pedagang, mulai dari pedagang pakaian hingga elektronik. Namun, situasi mulai berubah sejak pandemi COVID-19 melanda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di lantai 3 PGC itu digunakan sebagai tempat elektronik, kayak hp tuh, sekitar tahun 2010 itu masa-masanya PGC ramai, bahkan sampai COVID-19 juga di sini masih ramai, setelah COVID 19 baru berantakan itu, tenant-tenant juga pada tutup," tutur Yoga.
Dari lebih dari 800 gerai yang tersedia, kini hanya sekitar 400 gerai yang aktif digunakan. Sisanya dibiarkan kosong. "Dulu bisa sampai 700 tenant yang menyewa, tapi sekarang paling hanya separuhnya," tambahnya.
Tahun 2025 akan menjadi tantangan baru bagi PGC karena banyak kontrak tenant yang akan berakhir. Meskipun kontrak antara PGC dan Perumda Pasar Berintan Kota Cirebon berlaku hingga 2028, pengelola berharap para pedagang tetap melanjutkan kontraknya.
Terkait kemungkinan penurunan harga sewa, Yoga mengatakan pihak pengelola masih belum dapat memastikan hal itu. Namun, PGC tetap terbuka untuk berdialog dengan pedagang.
"Emang di tahun-tahun 2025 banyak tenant-tenant yang kontraknya habis, rata-rata yang habis kontraknya itu 20 tahun, pengennya sih pedagang pada lanjut, cuman dari kita kan standarnya, standar bisnis yah. Kalau PGC sama itu kan perjanjiannya kan maksimal 25 tahun, sampai tahun 2028," tutur Yoga.
PGC melakukan berbagai upaya agar tetap relevan di era digital. Event seperti lomba mewarnai, busana, hingga dangdut sering diadakan untuk menarik pengunjung. Selain itu, pengelola juga berusaha menarik tenant dari luar kota, seperti Jakarta.
"Pengelola PGC masih terus menjaga komitmen kepada pedagang meskipun kondisi seperti ini, upaya meramaikan dengan mengadakan event, menarik tenant dari Jakarta. Kita juga kolaborasi bersama sekolah, kayak buat lomba mewarnai, busana, atau kadang lomba dangdut Cirebon, itu sering diadakan di sini," tutur Yoga.
Meskipun tantangan besar menghadang, Yoga tetap optimis bahwa PGC akan bertahan. Lokasi yang strategis dan sejarah panjang sebagai pusat keramaian menjadi alasan utama.
"Saya berharap sih warga Cirebon datang ke PGC lagi, semoga bulan puasa bisa ramai lagi, kalau kata temen-temen pedagang bulan puasa itu masa panen, untuk menutupi pengeluaran dagang setahun yang sepi. Kenapa PGC susah mati yah karena titik lokasinya bagus, strategis, dari dulu di sini kan pusat keramaian, dari adanya bioskop juga kan, saya harap sih sebagai pengelola boleh lah bioskop ke sini lagi," pungkas Yoga.
(iqk/iqk)