Tepat di bawah pohon beringin besar di Jalan Ariodinoto, Kasepuhan, Lemahwungkuk, Kota Cirebon, terdapat seorang penjual barang antik yang sudah berjualan selama puluhan tahun. Menggunakan lapak meja sederhana, terlihat deretan barang antik dari mulai keris, piring, gelas kuno, cermin, tongkat, aneka jenis patung, lukisan, pusaka, hingga batu akik.
Semua barang antik tersebut dijual Icharuban (57). Ia memaparkan, sudah sejak kecil suka barang antik. Baginya, ada kebahagiaan tersendiri ketika bisa mengoleksi dan menjual barang-barang antik.
"Awalnya sih hobi, dari kecil hobi mengoleksi, terus lama-lama ikut komunitas, sampai sekarang jadi jualan barang antik dan jadul," tutur Icharuban, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Icharuban mengatakan, dirinya sudah 20 tahun berjualan barang-barang antik. Setidaknya, ada ratusan barang antik yang dijual.
Menurutnya, barang antik dijual memiliki usia yang bervariasi, dari mulai puluhan tahun hingga ratusan tahun. Barang antik tersebut biasanya didapatkan dari orang yang sengaja menjual barang kepada dirinya. Tak hanya dari Cirebon, terkadang, Icharuban mendapatkan barang antik tersebut dari luar Cirebon.
"Kalau benda antik itu usianya ratusan tahun, ada yang 200 tahun, 300 tahun juga ada, tapi ada juga benda-benda jadul yang usianya puluhan tahun. Dapatnya dari penduduk yang jual ke saya, kayak keris nih, mungkin karena nggak dirawat akhirnya dijual ke saya. Yang jual ada yang dari Bandung, Semarang sampai dari Jakarta juga ada," tutur Icharuban.
![]() |
Untuk harganya sendiri cukup bervariasi, dari mulai puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah. Namun, khusus untuk keris, menurut Icharuban, harganya tidak bisa langsung ditentukan, tetapi, harus melalui kesepakatan antara penjual dan pembeli keris.
"Ada yang Rp 10.000, Rp 50.000 sampai Rp 100.000 juga ada. Untuk keris harganya susah ditentukan, tergantung kesepakatan pembeli dan penjual dulu, nggak ada patokan kalau barang antik seperti itu mah," tutur Icharuban.
Menurut Icharuban, ramainya barang antik itu ketika masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kala itu, barang antik seperti keris dan bebatuan banyak dicari pembeli.
"Zaman SBY mah panen, keris sampai batu itu laris, apa saja bentuknya, batu sederhana kayak gini saja harganya bisa sampai Rp 200.000, tapi sekarang karena bukan musimnya lagi, paling harganya puluhan ribu," tutur Icharuban.
![]() |
Salah satu pengalaman paling berkesan selama puluhan tahun berjualan barang antik adalah ketika Icharuban mendapatkan pembeli yang berasal dari Ciamis dan Tasikmalaya. Kala itu, pembeli dari Ciamis dan Tasik tersebut mendapatkan isyarat mimpi untuk membeli barang antik di Cirebon, yang lokasinya tepat di bawah pohon besar.
"Dari Tasik dan Ciamis, katanya dateng ke sini awalnya karena mimpi untuk nyari pusaka antik di sini, di bawah pohon rindang katanya. Ke sini, belinya beli keris," tutur Icharuban.
Lapak barang antik Icharuban buka dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00. Menurutnya, hingga sekarang, benda antik dan jadul masih banyak diminati orang. Icharuban tidak menyebutkan secara pasti berapa nominal pendapatan yang dihasilkan dari menjual barang antik. Tapi, dalam sehari, akan ada saja barang antik milik Icharuban yang terjual.
"Ada saja yang kejual, alhamdulillah cukup buat makan sehari-sehari, kebetulan anak sudah berumah tangga semua," pungkas Icharuban.
(orb/orb)