Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), sejumlah harga pangan di pasar Sumber Kabupaten Cirebon mengalami kenaikan. Dari pantauan detikJabar di pasar Sumber, para pembeli dan pedagang mengeluhkan hal tersebut dimana harga kebutuhan pokok terus mengalami kenaikan.
Seperti yang diungkapkan oleh Nacepi (31) salah seorang pedagang di pasar sudah beberapa hari ini mengalami kenaikan seperti cabai merah besar, cabai rawit merah, daging sapi dan bawang merah.
"Udah hampir seminggu ini harga-harga mulai pada naik, harga cabai merah besar sebelumnya Rp31 ribu/kg sekarang jadi Rp34 ribu/kg. Terus cabai rawit merah dari Rp44 ribu/kg jadi Rp50 ribu/kg, daging sapi dari Rp132 ribu/kg jadi Rp133 ribu/kg dan bawang merah dari Rp33 ribu/kg jadi Rp34 ribu/kg," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat kenaikan harga tersebut, ia mengaku mengalami jumlah penurunan pembeli meski tidak terlalu signifikan. "Jumlah pembeli iya turun, tapi enggak begitu kerasa karena enggak banyak juga turunnya," paparnya.
Sedangkan salah seorang pembeli, Soma Wijaya (46) mengeluhkan harga sembako jelang nataru mengalami kenaikan. "Naiknya mulai dari minggu kemarin," jelasnya.
Ia yang keseharian berjualan siomay mengaku, enggan menaikkan harga dagangannya meski harga-harga sembako mengalami kenaikan. "Kalau harga siomay yang saya jual dinaikin, takutnya ngurangi pelanggan," bebernya.
Ia berharap kepada pemerintah untuk bisa menekan harga sembako jelang nataru. Mengingat saat masa liburan menjadi targetnya, karena dirinya selalu banyak menerima pesanan dari para pelanggan.
Asisten Deputi Stabilisasi Pangan Kementerian Koordinator Pangan Bidang Perekonomian, Mohammad Siraj Paruto saat melakukan sidak di pasar tersebut menyampaikan, bahwa kenaikan harga sejumlah komoditas tidak signifikan, bahkan ada beberapa penurunan.
"Di pasar, sumber-sumber ini tidak ada kenaikan yang signifikan. Beberapa komoditas malah mengalami penurunan harga, seperti minyak curah yang turun. Memang ada kenaikan, tetapi sangat kecil, seperti Minyakita yang minggu lalu masih Rp16 ribu, sekarang Rp17 ribu. Ini masih dalam batas normal," ujarnya, Selasa (17/12/2024).
Naiknya harga yang tidak terlalu signifikan ini didukung oleh posisi strategis Cirebon sebagai daerah produsen dan penyangga utama kebutuhan pangan untuk Jakarta. Banyak komoditas pangan dari Cirebon dikirim ke pasar Jakarta, yang turut membantu menjaga ketersediaan pasokan.
"Kami melihat situasi masih relatif stabil, dan kalaupun ada kenaikan, tidak akan signifikan hingga Nataru," lanjutnya.
Meski demikian, pihaknya tetap berfokus menjaga inflasi agar terkendali. Kenaikan harga diproyeksikan tidak akan melebihi 2 persen dibandingkan tahun atau bulan-bulan sebelumnya. Namun, ia juga mengingatkan risiko lain selain inflasi, yaitu deflasi, yang dapat berdampak negatif pada perekonomian.
"Deflasi bisa lebih berbahaya dari inflasi. Jika harga turun, konsumen cenderung menunda pembelian. Hal ini bisa berakibat buruk pada produsen, termasuk risiko pemutusan hubungan kerja," jelasnya.
Kendati demikian, ia memastikan situasi pangan di Cirebon masih kuat secara keseluruhan. Program Gerakan Pangan Murah dinilai turut membantu masyarakat mendapatkan harga yang lebih terjangkau, meskipun tanpa program tersebut, ketahanan pangan di Cirebon tetap stabil.
"Secara umum, pangan di Cirebon masih cukup kuat, meskipun Gerakan Pangan Murah tetap memberikan dampak positif bagi masyarakat," tutup Siraj.
(yum/yum)