Siraman Panjang merupakan salah satu tradisi tahunan yang rutin digelar di Keraton Kasepuhan Cirebon. Selain diikuti oleh keluarga keraton, tradisi ini pun turut dihadiri oleh masyarakat dari berbagai daerah. Mereka sengaja hadir untuk berebut air yang digunakan dalam tradisi siraman panjang tersebut.
Tradisi siraman panjang ini merupakan sebuah ritual penyucian benda-benda pusaka yang ada di Keraton Kasepuhan. Benda-benda berupa piring dan guci itu dicuci dengan menggunakan air yang telah disiapkan di sebuah tempat khusus.
Siraman panjang ini pun menjadi salah satu tradisi di Keraton Kasepuhan yang selalu dihadiri oleh masyarakat dari berbagai daerah. Seperti salah satunya adalah Muamar. Ia merupakan warga dari Desa Jagapura, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muamar hadir bersama keluarga. Ia sengaja datang ke Keraton Kasepuhan untuk ikut menghadiri tradisi siraman panjang. Di samping itu, Muamar yang telah membawa jeriken itu mengaku datang untuk ikut berebut air yang digunakan dalam tradisi siraman panjang.
"Saya datang sama keluarga. Sengaja datang ke sini untuk (mengikuti) siraman panjang dan ngantri air," kata Muamar saat ditemui di Keraton Kasepuhan Cirebon, Selasa (10/9/2024).
Muamar percaya air yang digunakan dalam tradisi siraman panjang itu memiliki khasiat tersendiri. Untuk itu, Muamar pun rela berebut air meski harus berhimpit-himpitan dengan orang-orang yang juga ingin mengambil air.
"Airnya buat mandi. Istilahnya untuk membersihkan diri dan ngalap berkah. Istilahnya untuk menjemput berkah dari tradisi ini," kata Muamar.
Dari amatan detikJabar di lokasi, selain Muamar ada banyak warga yang ikut berebut air yang digunakan dalam tradisi siraman panjang tersebut. Mereka terlihat saling berdesak-desakan dengan membawa berbagai peralatan untuk menampung air, seperti ember, jeriken dan lain-lain.
Setelah mendapatkan air, di antara para warga kemudian ada yang menggunakan air tersebut untuk mencuci muka maupun memandikan anak-anaknya.
Sementara itu, Patih Anom Keraton Kasepuhan, Pangeran Raja Muhammad Nusantara mengatakan, banyaknya masyarakat yang berebut air memang sudah menjadi hal biasa dalam pelaksanaan tradisi siraman panjang.
Adapun air yang jadi rebutan warga itu merupakan air yang telah digunakan untuk mencuci benda-benda pusaka, seperti piring, guci dan lain sebagainya. "Tradisinya memang seperti itu. Masyarakat selalu antusias," kata Pangeran Nusantara.
Sekadar diketahui, siraman panjang merupakan salah satu tradisi yang rutin digelar di Keraton Kasepuhan Cirebon setiap memasuki bulan Mulud. Tradisi ini menjadi salah satu rangkaian dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Keraton Kasepuhan.
"Dalam tradisi siraman panjang ini kita mengeluarkan tujuh piring panjang, 38 piring pengiring, 2 guci dan 2 tempat minyak wangi atau minyak mawar," kata Pangeran Nusantara.
Ia menerangkan, piring, guci maupun benda-benda lain berbahan keramik yang dicuci dalam tradisi siraman panjang ini merupakan benda bersejarah. "Usianya sudah hampir 6 Abad," kata dia.
(sud/sud)