Keraton Kasepuhan merupakan tempat bersejarah yang menjadi pusat pelestarian tradisi di Kota Cirebon, Jawa Barat. Ada beragam tradisi yang masih terus dipertahankan di keraton ini. Salah satunya adalah tradisi siraman panjang.
Siraman panjang di Keraton Kasepuhan merupakan sebuah ritual tahunan yang sarat akan makna spiritual dan sejarah. Dalam suasana khidmat, benda-benda pusaka peninggalan para wali dibersihkan dengan air. Benda-benda tersebut terdiri dari piring, guci, dan benda-benda lain berbahan keramik.
Tradisi siraman panjang itu berlangsung di Pungkuran, salah satu bangunan bersejarah yang ada di kompleks Keraton Kasepuhan. Keluarga keraton yang mengenakan pakaian putih dan penutup kepala khas keraton berkumpul untuk mengikuti rangkaian acara yang diawali pembacaan doa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam prosesi siraman panjang ini, benda-benda pusaka berupa piring dan guci yang dibalut kain putih dikeluarkan satu persatu. Benda-benda tersebut kemudian dicuci menggunakan air yang telah disediakan di sebuah tempat khusus.
![]() |
Selama prosesi penyucian benda-benda pusaka berlangsung, lantunan selawat terus dikumandangkan. Selain keluarga keraton, tradisi siraman panjang ini pun turut diikuti oleh masyarakat dari berbagai daerah. Mereka datang langsung ke Keraton Kasepuhan untuk menyaksikan dan mengikuti tradisi tersebut.
Patih Anom Keraton Kasepuhan, Pangeran Raja Muhammad Nusantara mengatakan tradisi siraman panjang merupakan tradisi tahunan yang rutin digelar setiap bulan Maulid. Tradisi ini menjadi salah satu rangkaian dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Keraton Kasepuhan.
"Alhamdulillah siraman panjang tahun ini sudah terlaksana pada 5 Mualid yang jatuh pada 10 September 2024," kata Pengeran Nusantara di Keraton Kasepuhan Cirebon, Selasa (10/9/2024).
"Dalam tradisi siraman panjang ini kita mengeluarkan tujuh piring panjang, 38 piring pengiring, 2 guci dan 2 tempat untuk minyak wangi atau minyak mawar," sambung dia.
Ia menerangkan, piring, guci maupun benda-benda lain berbahan keramik yang dicuci dalam tradisi siraman panjang ini merupakan benda bersejarah. "Usianya sudah hampir 6 Abad," kata Pangeran Nusantara.
Lebih lanjut, ia pun menjelaskan tentang makna di balik tradisi siraman panjang yang rutin digelar setiap bulan Maulid. Tradisi ini, kata dia, bermakna untuk menyucikan diri baik lahir maupun batin. Selama prosesi penyucian benda-benda bersejarah itu berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam tradisi itu pun terus membaca selawat.
"Untuk siraman panjang maknanya adalah kita membersihkan diri, lahir dan batin. Kita juga bersalawat bersama-sama sebagai rangkaian untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW," kata Pangeran Nusantara.
Sementara itu, salah seorang Abdi Dalem Keraton Kasepuhan, Satu menjelaskan ritual penyucian benda-benda bersejarah itu melibatkan orang-orang dari keraton. Seperti keluarga keraton, penghulu hingga abdi dalem.
"Yang ikut dalam tradisi siraman panjang ini ada penghulu dan abdi dalem. Kemudian ada juga keluarga keraton. Benda-benda yang dicuci itu adalah piring-piring dan guci berbahan keramik peninggalan para wali," ucap Satu.
(sud/sud)