Dalam suasana penuh khidmat, Keraton Kasepuhan Cirebon kembali menggelar tradisi Upacara Panjang Jimat. Tradisi ini rutin digelar setiap tahun dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sama seperti di tahun-tahun sebelumnya, tradisi ini pun selalu berlangsung semarak dan seolah menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang berbondong-bondong datang ke keraton demi melihat dan mengikuti tradisi tersebut.
Ada beberapa susunan acara dalam tradisi upacara panjang jimat ini. Sebelum memasuki prosesi upacara, kiai penghulu dan kaum Masjid Agung Sang Cipta Rasa hadir menuju Bangsal Panembahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, Adi Penata Upacara menjemput dan mempersilahkan Sultan Sepuh XV (lima belas) yang diwakilkan Patih Raja Muhammad Nusantara bersama Pengeran Patih Sepuh Goemelar Soeriadiningrat dan Pini sepuh Keraton Kesepuhan untuk hadir di ruang upacara.
Pangeran Patih Raja Muhammad Nusantara kemudian duduk di singgasana. Upacara pun dimulai. Adi penata upacara lalu menghadap dan mempersilahkan Sultan Sepuh lima belas diwakilkan Pangeran Patih Raja Muhammad Nusantara untuk menyaksikan penataan nasi rosul pada tabsi panjang jimat di bangsal panembahan. Momen sakral ini pun turut disaksikan pula oleh Pini Sepuh dan tamu kehormatan.
Setelah prosesi itu selesai, upacara Panjang Jimat selanjutnya diisi dengan pembacaan ayat suci Al-Quran. Dalam upacara ini, Pangeran Patih Raja, Muhammad Nusantara juga turut memberikan sambutan.
Kemudian, susunan acara dilanjutkan dengan iring-iringan panjang jimat menuju Langgar Agung yang ada di kompleks Keraton Kasepuhan. Sebelum melakukan iring-iringan, penata upacara lebih dulu menghadap Sultan Sepuh XV (lima belas) diwakili Pangeran Patih Raja Muhammad Nusantara untuk meminta restu mempersiapkan perangkat upacara.
Ada beberapa kelompok yang ikut dalam iring-iringan panjang jimat tersebut. Masing-masing kelompok pun membawa berbagai macam barang bawaan yang berbeda.
Menariknya, setiap bawaan yang dibawa masih-masing kelompok ini memiliki makna tersendiri. Seperti kelompok yang pertama, yaitu kelompok lilin. Ini menggambarkan bahwa kelahiran Nabi muhamad SAW terjadi pada malam hari.
Kemudian kedua, kelompok Perangkat upacara yang terdiri dari Manggaran, Nagan dan jantungan yang melambangkan kebesaran dan keagungan.
Kelompok ketiga, yaitu Kelompok Air Mawar, Pasatan (Salawat /Sodaqoh) dan kembang goyang. Air Mawar dan Pasatan menggambarkan bahwa kelahiran bayi didahului oleh keluarnya air ketuban dan kelahiran ini disyukuri dengan sodaqoh. Kembang goyang menggambarkan usus/ari-ari sebagai pengiring kelahiran.
kelompok keempat, yaitu kelompok air serbad yang terdiri dari 2 guci, 2 baki berisi perlengkapan minum dan 4 baki berisi botol serbad. Air serbad menggambarkan darah sebagai tanda bahwa kelahiran telah selesai, dan 4 baki baki berisi botol serbad menggambarkan bahwa manusia berasal dari 4 unsur yaitu tanah, air, api dan angin.
Kelompok Kelima, kelompok Tumpeng Jeneng, Nasi Uduk dan Nasi Putih. Ini menggambarkan bahwa bayi yang dilahirkan perlu diberi nama yang baik dengan harapan kelak menjadi orang yang berguna.
Selain itu, masih ada beberapa hal lain yang juga dibawa dalam prosesi iring-iringan. Dan tentunya, setiap yang dibawa dalam iring-iringan itu pun memiliki makna tersendiri.
Iring-iringan tersebut menuju ke Langgar Agung yang ada di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon. Lantunan salawat terus berkumandang selama prosesi iring-iringan berlangsung. Setibanya di langgar Agung, acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Al-Barzanji.
Pengeran Patih Sepuh Goemelar Soeriadiningrat mengatakan, Upaya Panjang Jimat ini merupakan tradisi yang rutin diadakan setiap tahun. Tradisi ini diadakan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
"Alhamdulillah malam ini Keraton Kasepuhan di tahun 2024, masih bisa melaksanakan peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, dikemas dengan tradisi Panjang Jimat," kata dia, Senin (16/9/2024) malam.
Pangeran Goemelar menjelaskan, setiap hal yang dihadirkan atau dibawa dalam iring-iringan tradisi panjang jimat ini sebenarnya menyimbolkan kelahiran anak manusia.
"Untuk acaranya, kita sebetulnya menyaksikan simbol-simbol kelahiran anak manusia. Seperti kembang goyang yang menggambarkan ari-ari. Ada juga simbol-simbol lain. Dan simbol-simbol itu menggambarkan kelahiran anak manusia," kata Pangeran Goemelar.
Ia menambahkan, upacara panjang jimat di Keraton Kasepuhan ini merupakan tradisi tahunan yang sudah berlangsung secara turun menurun. Hingga kini, tradisi itu pun masih terus dipertahankan.
"Kenapa harus dipertahankan, karena ini adalah tradisi turun temurun dan juga untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW," kata Pangeran Goemelar.
(tya/tey)