Malam itu, kawasan wisata kampung Batik Trusmi, di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, tampak ramai. Selain pedagang batik dan makanan, terlihat juga barisan delman hias berjejeran di samping trotoar jalan dekat gapura kampung batik Trusmi.
Ijay (40), salah satu kusir delman yang setiap hari mangkal di kampung wisata batik Trusmi memaparkan, ada sekitar 10 delman yang mangkal di sepanjang kawasan kampung batik Trusmi. Menurut Ijay, biasanya para kusir delman sudah mulai ada sejak sore hari.
"Bukanya dari pukul 18:00 itu sudah ada, pulangnya sekitar pukul 21:00 WIB," tutur Ijay belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agar lebih tertib dan tidak rebutan penumpang, delman diparkirkan secara berbaris di samping trotoar jalan. Penumpang akan diarahkan untuk naik delman yang ada di bagian depan terlebih dahulu.
Ijay sendiri sudah puluhan tahun menjadi kusir delman di kawasan kampung batik Trusmi. Ijay memaparkan, mulanya, ia kenal dunia kuda saat masih tinggal bersama orang tuanya di Garut.
"Kalau kenal kuda itu sudah lama, dari kecil saat tahun 1991 atau 1992 itu sudah kenal kuda, pas itu masih di peternakan. Untuk kerja sebagai kusir di sini mah dari mulai 2005. Jadi bisa dibilang sudah lama malang melintang di dunia kuda mah," tutur Ijay.
Menurut Ijay, kuda yang digunakan untuk menarik delman, berbeda dengan kuda pacu yang digunakan untuk lomba atau olahraga. Biasanya, lanjut Ijay, kuda yang digunakan untuk menarik delman, merupakan kuda muda yang berumur 5 - 6 tahun, serta harus memiliki kondisi tubuh yang sehat dan kuat.
"Berbeda sama kuda pacu, kalau kuda delman kan banyak yang digunakan untuk bekerja, harus kuat. Jadi punya perawatan khusus kayak diberi jamu, diperhatiin, karena kalau nggak gitu nanti kudanya lemah, males buat narik delman atau bisa juga tiba-tiba sakit," tutur Ijay.
Untuk satu kali naik delman hias, Ijay memasang tarif Rp 10.000. Meski penghasilannya tidak menentu, menurut Ijay dengan menjadi kusir delman cukup untuk membiayai anaknya sekolah dan memenuhi kehidupan keluarganya sehari-hari.
"Paling kalau hari Minggu saja lumayan, itu bisa dapat Rp 300.000, tapi kalau hari-hari biasa kayak gini mah nggak menentu, cuman bisa buat makan. Tapi alhamdulilah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari mah, anaknya tiga, alhamdulliah satunya sudah lulus sekolah SMKnya," tutur Ijay.
Untuk menambah penghasilan, Ijay juga membuka jasa jual beli kuda dan jasa untuk merawat kuda yang sakit. Tak hanya di Cirebon, Ijay juga menerima panggilan perawatan kuda sampai ke luar kota. Bagi Ijay, kegiatan seperti inilah yang membuatnya betah untuk menekuni dunia kuda.
"Yang berkesan itu ketika saya sering dipanggil sama bos-bos tuh, kayak misal ada yang sakit saya disuruh mengobati kuda atau kadang cuman disuruh masang sepatu kuda. Itu sering keluar kota malah, dari Brebes sampai Majalengka itu yang dipanggil saya," pungkas Ijay.
Kawasan Kampung Batik Trusmi sendiri, merupakan pusat wisata batik dan kuliner yang ada di Kabupaten Cirebon. Jika malam hari, di sana, selain bisa berburu batik dan makanan, pengunjung juga bisa menikmati suasana gemerlapnya kampung batik trusmi dimalam hari.
(mso/mso)