Cerita Ebo Setia Berjualan Permen Kapas di Cirebon

Serba-serbi Warga

Cerita Ebo Setia Berjualan Permen Kapas di Cirebon

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Minggu, 26 Jan 2025 12:30 WIB
Ebo penjual  permen kapas di Cirebon.
Ebo penjual permen kapas di Cirebon. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Cirebon -

Siang itu, Ebo tampak sedang sibuk membuat permen kapas. Di tangannya tampak memegang tusuk kayu sambil berputar mengikuti helaian kapas permen yang keluar dari dalam mesin.

Secara perlahan, helaian kapas tersebut mulai membesar. Setelah dirasa cukup, oleh Ebo permen kapas atau biasa disebut dengan gulali sawang tersebut, diberikan kepada anak kecil yang sudah menunggunya sejak tadi.

"Ini namanya sawang arumanis, kembang gula atau permen kapas," tutur Ebo, saat ditemui di dekat Pasar Kanoman Cirebon, belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setidaknya, sudah 15 tahun terakhir Ebo menjadi penjual permen kapas keliling, di usianya yang sudah senja, yakni 73 tahun, Ebo masih tetap semangat untuk bekerja, dengan menggunakan gerobak roda tiganya, setiap hari, Ebo berkeliling Cirebon untuk menjual permen kapas, dan berbagai macam mainan anak-anak, seperti topeng dan kincir angin.

Karena usia yang sudah tua, oleh anak-anaknya, Ebo pernah dilarang untuk berjualan. Akan tetapi, Ebo tetap memaksakan diri tetap bekerja. Bagi Ebo, meski sudah tua, dia menolak untuk menganggur. Pasalnya, ketika mengganggur, Ebo akan merasa tidak enak badan dan gampang sakit.

ADVERTISEMENT

"Orang kalau tidak bergerak, cuman makan tidur penyakitnya banyak, kalau di rumah saja saya nggak mau, maunya keliling, kalau di rumah saja nggak enak badannya. Sekarang lagi semangatnya dagang saja," kata Ebo.

Dulu, sebelum menjadi penjual permen kapas, Ebo adalah nelayan di Pesisir Cangkol Cirebon selama puluhan tahun. Menurut Ebo, dulu perairan Cirebon memang dikenal sebagai perairan penghasil ikan dan rajungan. Namun, semenjak 2009, Ebo merasa tangkapan ikannya berkurang. Hal ini membuat Ebo berhenti menjadi nelayan dan pindah profesi menjadi penjual permen kapas.

"Dulu menjadi nelayan lama sampai 30 tahun, terus penghasilnya menurun, tangkapan ikannya berkurang, nggak kayak dulu tahun 1988-an itu banyak dari mulai ikan sampai rajungan ada. Pas menurun, akhirnya jualan ini permen sawangan," ungkap Ebo.

Ebo memaparkan, selain penghasilan menurun, rumahnya juga pernah terkena gusur akibat adanya pelebaran sungai dan ruas jalan di pesisir. Untungnya, kala itu Ebo, memiliki tabungan sehingga bisa membeli rumah lagi di daerah Samadikun, Kota Cirebon.

"Dulunya di Pesisir Lemahwungkuk, terus kena gusuran pelebaran jalan, jadi pindah ke Samadikun, di sana udah sekitar 32 tahun di Samadikun. Alhamdulillah rumahnya punya sendiri," ujar Ebo.

Untuk topeng mainannya, awalnya Ebo membuatnya sendiri di rumahnya, namun, semenjak tenaganya berkurang, Ebo putuskan menyuruh orang untuk membantunya membuat topeng mainan. "Awalnya buat sendiri semua kayak buat permen sawangan, tapi sekarang-sekarang nyuruh orang buat ikut bantu buat topeng," tutur Ebo.

Untuk satu porsi permen kapasnya, Ebo hargai Rp 5.000. Dalam sehari permen kapas dan mainan, Ebo bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 50.000 - Rp 200.000. Bagi Ebo, dari berjualan permen kapas dan mainan cukup untuk menghidupi kebutuhannya sehari-hari.

"Saya sehari dapat Rp 50.000 sampai Rp 200.000, bahkan kalau sebelum COVID-19 mah bisa sampai Rp 250.000, bisa buat nabung uangnya," pungkas Ebo.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads