Dampak Kekeringan, Petani Kuningan Terpaksa Panen Padi Lebih Awal

Dampak Kekeringan, Petani Kuningan Terpaksa Panen Padi Lebih Awal

Mohamad Taufik - detikJabar
Selasa, 20 Agu 2024 23:15 WIB
Petani di Kabupaten Kuningan terpaksa memanen padi lebih awal gegara kekeringan.
Petani di Kabupaten Kuningan terpaksa memanen padi lebih awal gegara kekeringan. (Foto: Mohamad Taufik/detikJabar)
Kuningan -

Musim kemarau tahun ini mulai berdampak pada kelangsungan pertanian di sejumlah wilayah di Kabupaten Kuningan. Kurangnya pasokan air membuat beberapa petani terpaksa memanen tanaman padi mereka lebih awal untuk menghindari kerugian lebih besar.

Seperti terjadi di Desa Singkup, Kecamatan Japara, Kabupaten Kuningan, beberapa petani memilih memanen padi mereka yang baru memasuki usia tanam 2,5 bulan. Hasilnya pun praktis tidak memuaskan, bahkan jauh dari harapan. "Idealnya dua minggu lagi ini bisa panen. Tapi karena kekeringan, jadi terpaksa panen dini," ujar Uba kepada detikJabar, Selasa (20/8/2024).

Saat musim sedang bagus, Uba mengatakan, dari lahan pertanian seluas 100 bata miliknya tersebut bisa menghasilkan 6 kwintal gabah sekali panen. Tapi sekarang, kekeringan menyebabkan hasil panen hanya sekitar 3 kuintal saja. "Itu pun kualitas beras yang dihasilkan kurang bagus seperti beunyeur atau menir," ujar Uba.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uba menerangkan, lahan pertaniannya sudah tidak lagi mendapat pasokan air sejak dua pekan terakhir ini. Pasalnya, mata air di ujung dusun yang menjadi sumber pengairan areal sawahnya kini sudah tak lagi mengeluarkan air.

"Saat dua bulan kemarin kita masih bisa sedot pakai pompa untuk mengairi sawah. Tapi sekarang sudah tidak ada air, jadi sawah kami kekeringan," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Sementara itu Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan Wahyu Hidayah mengatakan, kekeringan yang dialami petani di Desa Singkup tersebut terjadi di areal pertanian tadah hujan dan jauh dari aliran sungai. Berdasarkan data yang diterimanya, luas lahan pertanian di Desa Singkup yang mengalami kekeringan hanya sebagian kecil saja, yaitu hanya sekitar 3 hektare.

"Di lahan tadah hujan memang hanya bisa panen sekali saja dalam setahun. Tapi karena petani memaksa tanam dua kali, akibatnya saat musim kemarau seperti sekarang mengalami kekeringan dan akhirnya panen dini," ungkap Wahyu.

Namun demikian, Wahyu mengatakan, sebagian areal pertanian di Desa Singkup yang lokasinya dekat dengan aliran sungai saat ini kondisinya masih aman dan tengah bersiap memasuki masa panen.

"Saya sudah berkomunikasi dengan Kepala Desa Singkup, sebagian besar areal pertanian yang lain kondisinya masih aman. Bahkan pengairan pun masih lancar dari aliran sungai terdekat, sehingga bisa dipanen sesuai jadwal. Adapun yang mengalami panen dini, hanya sekitar 3 hektare saja itu pun karena lokasinya merupakan lahan tadah hujan," papar Wahyu.

Secara keseluruhan, Wahyu mengatakan, sebagian besar lahan pertanian di Kabupaten Kuningan pun masih aman. Beberapa daerah yang masuk wilayah tadah hujan, kata Wahyu, sebagian besar sudah dipanen sehingga tidak ada laporan areal pertanian yang mengalami puso.

"Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada laporan lahan pertanian di Kabupaten Kuningan yang mengalami puso atau gagal panen. Terutama di daerah tadah hujan, sebagian besar sudah panen, kalaupun ada yang panen dini dan bisa dibilang masih bisa terselamatkan," ujarnya.

Sebagai antisipasi ke depan, Wahyu mengimbau kepada para petani di wilayah tadah hujan agar bisa bercocok tanam sesuai dengan kebiasaan saja. Kalaupun berkeinginan untuk bisa dua kali atau lebih, maka dia menyarankan untuk membuat sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air di saat darurat musim kemarau seperti sekarang.

"Jika hanya bisa setahun sekali, maka ditanam saat awal musim hujan saja dan selebihnya bisa ditanami palawija. Kalau ingin ada persediaan air saat kemarau, maka bisa membuat sumur bor dan kami siap memberikan bantuan mesin pompanya," ujar Wahyu.

(iqk/iqk)


Hide Ads