Sosok Pangeran Bratalegawa, Crazy Rich yang Jadi Haji Pertama di Nusantara

Sosok Pangeran Bratalegawa, Crazy Rich yang Jadi Haji Pertama di Nusantara

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Selasa, 23 Jul 2024 08:00 WIB
Makam Pangeran Bratalegawa di Astana Gunung Sembung
Makam Pangeran Bratalegawa di Astana Gunung Sembung (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Cirebon -

Pada abad ke 14, di Cirebon hidup salah satu tokoh yang dikenal sebagai saudagar yang kaya raya. Namanya, Pangeran Bratalegawa. Pegiat sejarah Cirebon, Farihin memaparkan, Pangeran Bratalegawa merupakan anak dari Bunisora, seorang raja dari Kerajaan Sunda Galuh.

"Bratalegawa merupakan bangsawan kerajaan Galuh, anak dari Bunisora sekaligus saudara dari Ki Gedeng Kasmayan, lahir pada pertengahan abad ke 14 tepatnya tahun 1350 M," tutur Farihin belum lama ini.

Farihin menyebutkan, pada masa hidupnya, Pangeran Bratalegawa dikenal sebagai saudagar yang kaya raya. Pangeran Bratalegawa juga, lanjut Farihin, yang membuka jaringan perdagangan global di Pelabuhan Muara Jati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bratalegawa dikenal sebagai saudagar yang kaya raya, memiliki banyak kapal dagang, emas, permata, serta tempat-tempat peristirahatan baik di lereng gunung yang berupa villa dan hotel di wilayah pesisir," tutur Farihin.

Farihin menceritakan, pada saat hidupnya, untuk menjual rempah-rempah, Pangeran Bratalegawa berlayar ke berbagai macam negara seperti Cina, Champa, India, Srilanka, Persia dan Arab. Bahkan menurut Farihin, Pangeran Bratalegawa sampai berjodoh dengan Farhanah binti Muhammad, seorang perempuan muslim yang berasal dari India.

ADVERTISEMENT

"Farhanah binti Muhammad inilah yang mengislamkan Bratalegawa. Setelah masuk Islam, Bratalegawa dikenal dengan nama Haji Purwa Galuh, kelak salah satunya cucunya yang bernama Hadijah menjadi istri Syekh Nurjati dan berjasa besar dalam pembangunan Pondok Amparan Jati" ungkap Farihin.

Sebagai pemeluk agama Islam awal di tanah Sunda. Menurut Farihin, Pangeran Bratalegawa juga merupakan bangsawan pertama di kerajaan Sunda Galuh yang melaksanakan ibadah haji.

Mengutip detikHikmah, disebutkan Pangeran Bratalegawa merupakan orang yang berangkat haji pertama kali di Nusantara. Bersama istrinya, Pangeran Bratalegawa berlayar menuju Arab Saudi untuk melaksanakan ibadah haji. Tak hanya singgah, Pangeran Bratalegawa juga sempat tinggal dan menimba ilmu di Mekkah.

Makam Pangeran Bratalegawa di Astana Gunung SembungMakam Pangeran Bratalegawa di Astana Gunung Sembung Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Pulang dari menunaikan ibadah haji, Pangeran Bratalegawa pulang untuk berdakwah di Cirebon. Namun, menurut Farihin, dalam prosesnya, dakwah Pangeran Bratalegawa dianggap kurang berhasil.

Menurut Farihin, salah satu faktor kurang berhasilnya dakwah Pangeran Bratalegawa adalah karena masalah kasta. Farihin memaparkan, kala itu, masyarakat Cirebon masih percaya dengan sistem kasta dari agama Hindu.

Tidak seperti kasta pada umumnya. Menurut Farihin, kasta pada masa itu, menempatkan posisi orang kaya atau bangsawan pada posisi kasta paling bawah.

"Ada anggapan kalau orang kaya itu kastanya Sudra, jadi semakin dia kaya itu semakin rendah. Yang paling tinggi kastanya Brahmana, yakni orang yang sudah tidak punya keterikatan terhadap duniawi," tutur Farihin.

Lebih jelasnya, Farihin memaparkan, selain Brahmana dan Sudra, ada juga kasta Ksatria yaitu orang yang hidupnya mengabdi kepada negara dan masyarakat, serta tidak boleh memiliki kekayaan pribadi. Ada pula, kasta Waisya yang masih memiliki harta, namun tidak sebanyak kasta Sudra.

Menurut Farihin, perbedaan kasta inilah yang membuat Pangeran Bratalegawa, yang berasal dari kalangan bangsawan, kesulitan untuk mendekati masyarakat Cirebon yang notabene masyarakat biasa.

Untuk makam Pangeran Bratalegawa sendiri, menurut Farihin, ada di Astana Gunung Sembung, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon.

(yum/yum)


Hide Ads