Situs Keramat Depok di Dusun Sukamaju Hilir, Desa Sukamaju, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, konon dipercaya sebagai salah satu Petilasan Prabu Kian Santang anak dari Prabu Siliwangi.
Situs ini kerap dikunjungi warga dari sejumlah daerah di Jawa Barat. Mereka berziarah dan melakukan tawasul di Situs Keramat Depok yang masih dikelilingi pohon besar yang berusia ratusan tahun. Di bagian depan situs ada Musala sederhana beserta tempat wudhu.
Konon tempat ini tempat singgahnya Prabu Kian Santang. Menurut cerita, dulunya adalah padepokan yang dipimpin oleh Ki Ajar Taji atau dikenal juga Prabu Taji Malela. Ki Ajar Taji merupakan guru dari Prabu Kian Santang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Depok ini berasal dari padepokan tempat berkumpulnya jawara. Banyak yang berguru ke sini, dilindungi pepohonan. Jadi namanya Situs Keramat Depok," ujar Juru Pelihara Situs Keramat Depok Dodi Supriadi, Selasa (16/7/2024).
Dodi menjelaskan, menurut cerita, Prabu Kian Santang terhitung tiga kali singgah di situs tersebut untuk menimba ilmu kepada gurunya Ki Ajar Taji sewaktu perjalanan menuju Cirebon.
Petilasannya yang ada di situs tersebut berupa hamparan batu yang dipercaya sebagai tempat duduk Prabu Kian Santang saat bertemu Ki Ajar Taji. Kemudian ada juga batu berdiri yang konon sebagai penanda tempat pertemuan antara guru dan murid.
"Lokasi situs ini masuk tanah desa atau kelungguhan. Dikeramatkan oleh masyarakat Sukamaju sejak dulu karena tempat persinggahan Prabu Kian Santang," ungkapnya.
Menuruti Dodi, cerita Prabu Kian Santang sampai ke tempat ini juga ada pada wawacan Prabu Kian Santang ini juga ditulis Kemendikbud RI tahun 1992.
"Hampir 40 tahun situs ini tidak ada yang mengurus. Sekarang pihak desa sudah menyerahkan pengelolaannya ke dusun, saya ditunjuk sebagai juru pelihara atau pengelola sejak 2020 kemarin," ucapnya.
Dodi menjelaskan, tempat ini kerap dikunjungi peziarah dari berbagai daerah seperti hari Senin, Kamis dan Jumat malam. Seperti dari Bogor, Bekasi, Banten, Cirebon dan Ciamis.
"Ziarah atau Nadran di sini. Bagi tamu yang datang ke sini disarankan wudu dulu di pintu masuk sudah tersedia. Ada adabnya," jelasnya.
Dari cerita masyarakat, konon di tempat ini lah Prabu Kian Santang mendapat petunjuk untuk ke Tanah Suci. Prabu Kian Santang datang ke tempat ini sewaktu mencari lawan. Ketika itu bertemu dengan guru dan sejumlah sesepuh. Lalu menunjukan bawah lawan Prabu Kian Santang berada di Tanah Suci.
"Mendapat petunjuk bahwa lawannya ada di Tanah Suci. Tapi harus ke Ujung Kulon untuk tirakat dan mengganti nama menjadi Galantrang Setra," jelasnya.
Di tempat ini, masyarakat biasa melaksanakan tradisi melaksanakan riyadhoh dan Nadran setahun dua kali yakni pada saat Maulid Nabi dan menjelang bulan Ramadan.
(mso/mso)