Ridho memaparkan aliran musik keroncong sudah ada sejak zaman penjajahan, tepatnya sejak bangsa Portugis masuk ke Indonesia. Meski begitu, lanjut Ridho, khusus di pulau Jawa, musik keroncong banyak diadaptasi dari musik tradisional karawitan. Menurutnya, musik keroncong asli Portugis yang tersisa hanya di Kampung Tugu, Jakarta Utara.
"Keroncong zaman sekarang ini, meski alat dan aransemen sama, tapi induknya itu dari karawitan, contohnya, contrabass itu niru ke gong, selo itu ke gendang, ukulele nilon itu kemong atau bonang, sama alat yang kecilnya itu lebih ke kecapi. Nah melodinya ikut ke gamelan, flute ke suling dan biolanya ke sitar," tutur Ridho, Senin, (15/6/2024).
Menurut Ridho, setidaknya ada tiga variasi jenis musik keroncong, pertama lagam, kedua stambul dan ketiga keroncong. "Kalau variasi keroncong lebih kayak nada musik daerah, kalau stambul, bit atau nadanya lebih cepat, dan langgam itu nadanya kayak musik pop, jadi kalau ada musik dikeroncongkan itu mengambil nadanya dari langgam," tutur Ridho.
Menurut Ridho, hal inilah yang menyebabkan musik keroncong dianggap sebagai musik nasional Indonesia. Ridho memaparkan, pada masa kemerdekaan, musik keroncong menjadi musik yang menjadi penyemangat para pejuang kemerdekaan.
"Kenapa jadi musik nasional juga, karena musik keroncong dianggap sebagai musik yang mengiringi kemerdekaan, karena musiknya yang berisi tentang lagu perjuangan, meski dibawa dengan melodi yang tidak menggebu-gebu, seperti lagu pahlawan merdeka, bahana pancasila, bandung selatan, banyaklah lagu pujian yang membangkitkan nasionalisme," tutur Ridho.
Keroncong di Cirebon Raya
Ridho sendiri sudah puluhan tahun terjun dalam bidang seni musik. Menurut Ridho, khusus di Cirebon Raya, musik keroncong mulai berkembang pesat sekitar tahun 1980-an. Kala itu, ada banyak festival dan acara yang melibatkan musik keroncong.
"Saat itu di wilayah tiga (Cirebon, Majalengka, Indramayu dan Kuningan), banyak bermunculan grup musik keroncong di setiap kabupaten dan kota. Masa itu, keroncong banyak diminati, sama dari pemerintahnya juga dukung," tutur Ridho.
Namun, pesatnya perkembangan musik keroncong, tidak berlangsung lama, satu dekade kemudian, tepatnya pada tahun 1990 an, di Cirebon Raya, musik keroncong mulai mengalami kemunduran.
"1982 itu masih ramai dan baru 1998 itu musik keroncong sudah habis semua. Sekarang di Kabupaten itu sudah punah, yang ada cuma tersisa vokalisnya saja. Jadi kalau ada acara, itu yang panggil dari Kota Cirebon. Di Kuningan apalagi, itu sudah habis semua," tutur Ridho.
Menurut Ridho, ada beberapa faktor yang menjadi sebab punahnya grup musik keroncong di Cirebon Raya, seperti masalah regenerasi, perhatian pemerintah yang minim, serta berkurangnya peminat musik keroncong.
"Masalahnya ada diregenerasi, kebanyakan di kabupaten yang sudah punah itu karena tidak adanya regenerasi, jadi pemainnya sudah pada pensiun atau meninggal, terus tidak ada yang meneruskan lagi, jadi regenerasinya habis," tutur Ridho.
Sebagai musik nasional, Ridho berharap, ke depan pemerintah bisa lebih memperhatikan lagi nasib musik keroncong.
"Sebagai budaya nasional kan, harapanya pemerintah bisa lebih memperhatikan lagi musik keroncong, yah kayak lebih banyak lagi mengadakan festival musik yang melibatkan musik keroncong. Karena sebenarnya peminat keroncong masih ada, cuman wadahnya saja yang nggak ada, jadi butuh pembinaan lah," pungkas Ridho.
![]() |
Menolak Punah
Rihdo mengatakan, untuk mempertahankan musik keroncong di Kota Cirebon. Pada tahun 2012, dibentuk generasi kedua dari grup musik keroncong Irama Pusaka yang sudah lama berdiri di Kota Cirebon.
"Sewilayah tiga (Cirebon, Indramayu, Kuningan, Majalengka) grup musik keroncong yang masih bisa bertahan itu cuma kita sendiri, Irama Pusaka," tutur Ridho.
Ridho menceritakan, grup musik Irama Pusaka sendiri lahir pada tahun 1982, ketika musik keroncong masih memiliki banyak penggemar. Ridho mengenang, kala itu Irma Pusaka banyak tampil di berbagai macam kota. "Sering keluar kota, kadang tampil rutin di hotel atau cafe. Pendirinya itu kebanyakan dari orang tua kita yang sekarang anaknya jadi pemain keroncong," ungkap Ridho.
Seiring berkembangnya zaman, secara perlahan, grup musik keroncong Irama Pusaka mengalami berbagai macam perubahan. Puncaknya, pada tahun 2012, di mana Irama Pusaka melakukan regenerasi.
"Tahun 2012 kita bentuk lagi, ibaratnya sebagai generasi kedua. Anak-anak yang main di generasi kedua, dulunya orang tuanya itu adalah pemain keroncong dari generasi pertama. Untuk personilnya ada Syukron sebagai kontra bas, Ridho sebagai selo, ukulele dimainkan Akbar sama Hamim, flute oleh Wisnu, biolanya oleh Adi, dengan vokasilnya Dini," tutur Ridho.
Menurut Ridho, tidak seperti aliran musik pada umumnya, memainkan musik keroncong memiliki tantangannya tersendiri. "Kalau keroncong tuh kayak jazz, musiknya bebas, kita bisa mengimprovisasikan nadanya itu besar. Meski dibawa di zaman sekarang, tapi bisa membawa suasananya kayak zaman dulu. Jadi bagi kita menantang lah," tutur Ridho.
Bagi Ridho, menjadi pemain keroncong tidak hanya sekedar hobi. Tetapi juga pengabdian untuk tetap melestarikan musik keroncong di Kota Cirebon. "Orang-orang keroncong itu bukan orang materialis, mereka murni mengabdi agar seni keroncong tidak punah," tutur Ridho.
Karena, menurut Ridho, di era gempuran musik modern, masih bisa mempertahankan grup musik keroncong agar tidak bubar saja itu sudah cukup. "Sementara ini targetnya biar jangan mati, dan nggak bubar saja, sesederhana itu, saking sulitnya musik keroncong sekarang," tutur Ridho.
Agar bisa bertahan, menurut Ridho, Irama Pusaka, akan terus mencari cara bagaimana musik keroncong bisa beradaptasi di tengah perkembangan zaman. "Buat kita pecinta musik keroncong, selalu cari cara agar kita bisa mengenalkan musik keroncong kepada para milenial dan pemuda agar tertarik pada musik keroncong. Karena kita khawatir, ketika kita sudah pensiun dari musik keroncong, nanti tidak lagi yang mau melanjutkan,"tutur Ridho.
Sebagai pegiat seni musik keroncong, besar harapan Ridho, agar musik keroncong di Cirebon dapat kembali populer seperti dahulu kala. "Adalah orientasi ke depan, agar sekolah-sekolah dikenalkan dengan musik keroncong, syukur bisa ada festival musik keroncong kaya tahun 80 an. Itu setiap tahun ada festival musik keroncong, dari mulai tingkat kota sampai nasional," pungkas Ridho.
(sud/sud)