Kontroversi dan Kisah di Balik Patok Jati Soekarno Jatibarang

Lorong Waktu

Kontroversi dan Kisah di Balik Patok Jati Soekarno Jatibarang

Sudirman Wamad - detikJabar
Kamis, 13 Jun 2024 07:00 WIB
Potret patok jati Soekarno di Jatibarang, Indramayu
Potret patok jati Soekarno di Jatibarang, Indramayu. Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar
Indramayu -

Sebuah kayu berbentuk prisma segitiga terpasang rapi di tengah taman simpang Jalan Mayor Sangun, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu. Kayu berbentuk prisma itu dikenal sebagai Patok Jati Soekarno.

Patok jati yang terletak tak jauh dari stasiun itu disebutkan menjadi tanda bahwa Presiden pertama Indonesia Soekarno sempat menyambangi Stasiun Jatibarang. Dari berbagai catatan menyebutkan patok berbahan kayu jati itu menjadi tempat Presiden Soekarno berpodato di depan pasukan pembela tanah air (PETA). Bahkan, pidatonya di depan Stasiun Jatibarang itu dilakukan sesaat sebelum Soekarno menghadiri perjanjian Linggarjati di Kabupaten Kuningan.

Namun, Pamong Budaya dan Museum Disdikbud Kabupaten Indramayu, Suparto Agustinus menyebut patok tersebut merupakan batas aman antara rel kereta api dan penduduk. Sebab menurutnya, dulu bantalan rel letaknya berada di depan staisun Jatibarang yang kini dijadikan Jalan Mayor Sangun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi Soekarno tidak pernah berorasi di Jatibarang, hanya di situ ada pejabat-pejabat yang menunggu kedatangan Soekarno atau Soekarno lewat. Saya pernah lihat petanya, bahwa patok itu batas aman," kata Suparto Agustinus kepada detikJabar, Rabu (12/6/2024).

Menurutnya, momen Soekarno saat melewati stasiun Jatibarang masih berkaitan dengan pasukan pembela tanah air (PETA). Salah satu asrama tentara PETA itu berada tak jauh dari stasiun Jatibarang tepatnya di sekitar lapangan sepakbola di Desa Bulak.

ADVERTISEMENT

"Artinya sambil lewat itu, Soekarno sambil melihat. Termasuk tantara PETA juga hanya menyapa di sekitar batas itu." Katanya.

"Sejarah patok itu sebenarnya masih menjadi perdebatan," imbuhnya.

Patok jati yang konon sarat akan nilai sejarah itu sempat terbengkalai sebelum akhirnya dibenahi oleh pemerintah Kabupaten Indramayu.

Penelusuran detikJabar, koran zaman Belanda De Nieuwsgier pada Jumat 06 April 1956 memuat rencana kunjungan Presiden Soekarno ke Cirebon. Presiden berangkat dengan menggunakan kereta khusus pada Sabtu, 7 April selama dua hari ke Cirebon. Dalam koran itu, menyebutkan Soekarno akan berpidato di sejumlah tempat termasuk di Staisun Jatibarang.

"Presiden Sóekarno akan berangkat dengan kereta khusus pada Sabtu, 7 April, untuk kunjungan dua hari ke Tjirebon. Ia akan berpidato di rapat massa di Alun-alun Karawang dan juga akan berpidato di Stasiun Djatibarang, dan Ardjiwinangun sebelum diperkirakan tiba di Tjirebon pada pukul 17.00 WIB," narasi dalam berita berjudul President naar Tjirebon en Kunku.

"Sabtu malam, Presiden akan bertemu dengan para tamu terkait Mesdjid Tjirebon. Pada Minggu pagi, presiden akan berbicara di hadapan sekelompok siswa sekolah dan bertemu dengan otoritas, organisasi, dan partai setempat," lanjut narasi beritanya.

Setelah melakukan kunjungan itu, rombongan presiden Kembali menuju Jakarta dengan menggunakan kereta api khusus. Disebutkan perjalanan itu, Soekarno menyempatkan berbicara di Stasiun Cikampek dan pidato di rapat umum di Bekasi.

Dalam perajalan itu, Presiden didampingi sejumlah pejabat Menteri hingga ketua DKA. "Bepergian dengan rombongan kepresidenan adalah bersama menteri Sabilal Rasjad (buruh), Sndibjo (penerangan) dan KH Iljas (agama), kommondan TT 111, Koi Kawilarang, Gubernur Sanusi Jabar, Kapolda Jabar, Kompol Enoch, Panglima CPM Pusat Prajogo, Panglima CPM Jabar Mayor Rusli, Residen Muimm Jakarta dan Ketua DKA, Ir Effendi Saleh," kata-kata dalam berita tersebut.

(sud/sud)


Hide Ads