Namanya Ruli Ardiyansyah, usia 33 tahun. Ia merupakan penjual sempol ayam beremerk Balap. Ruli saban hari mangkal di depan SMPN 6 Kota Cirebon. Sempol ayam Balap itu beromzet Rp 50 juta per bulannya.
"Paling dalam sehari bisa sampai 3.000 tusuk. Apalagi kalau ada undangan festival event bazar atau UMKM, sehari bisa 4.500 tusuk. Omzetnya Rp 2 juta lebih per hari, untuk per bulan omzetnya bisa sampai Rp 50 juta. Itu kotor kalau bersihnya paling Rp 8-10 juta lah," kata Ruli penjual sempol Balap, Jumat (19/4/2024).
Ruli menuturkan 3.000 tusuk sempol tersebut ia sebar ke tujuh gerobak sempol lain yang menjadi mitra bisnisnya. "Cabangnya 7 dari mulai Pronggol depan SMA 8 (Cirebon). Sisanya keliling, untuk pusatnya di sini depan SMPN 6. Jadi 50 juta tuh sama temen-temen karyawan lain," tutur Ruli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ruli, dalam satu gerobak biasanya mendapatkan sekitar 200-500 tusuk sempol. "Tergantung orangnya, ada yang minta 500, 300 sampai 250. Kemampuan orangnya aja berapa. Tapi kalau yang di sini, bisa sampai 700 tusuk, untuk omzet per gerobaknya tinggal kali Rp 1.000 aja," tutur Ruli.
Selain disebar ke karyawan, yang ia anggap sebagai mitra. Ruli juga menjual 3.000 sempol ayam dalam kondisi masih mentah. "Itu kan dijual mentahan buat di rumah, ada juga yang beli mentahan buat dijual lagi. Untuk mentah harganya beda, kita kasih Rp 500 kalau untuk dijual lagi," tutur Ruli.
Ruli memproduksi sendiri sempol ayam. Produksi sempol ayam itu dilakukan di rumahnya di Jalan Karanganyar, Jagasatru, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. "Buat sendiri di rumah ada karyawan satu. Buatnya dari pagi sampe sore lah. Nantikan dimasukin freezer," kata Ruli.
Meski sudah memiliki 8 karyawan, Ruli masih tetap ikut keliling berjualan sempol. "Sekarang logikanya gini, saya punya gerobak 7 atau 8 lah yang jualan mereka aja, kita udah dapat untungnya kan. Tapi saya nggak gitu, ini saya masih ikut jualan sama istri di sini, saya juga masih sering keliling, ada gerobak saya sendiri khusus buat saya keliling. Yang nganterin pesanan juga saya, jadi nggak terlalu mengandalkan banget orang," tutur Ruli.
Tidak hanya di Cirebon. Ruli mengatakan pelanggan sempol Balap ada juga yang berasal dari luar kota. "Orang sini awalnya langganan, terus ada keluarganya dari Jakarta diajak beli ke sini, taunya cocok. Terus dia pesen, bisa nggak buat dibekukan. Saya bilang bisa, akhirnya dikasih alamatnya terus dikirim ke Jakarta," tutur Ruli.
Namun, Ruli menceritakan sebelum usaha sempolnya sukses seperti sekarang, banyak pengalaman pahit yang harus ia alami dahulu. "Kalau saat merintis mah perih. Pernah ngerasain jualan dari pagi sampai malam cuma dapat Rp 12 ribu sampai Rp 20 ribu. Dulu mah spanduk masih kecil, modal terbatas, orang masih belum pada tahu," tutur Ruli.
Meski begitu, Ruli tidak patah arang, selama 6 bulan pertama membangun usaha, ia tetap semangat berjualan dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam. "Banting tulang dari pagi sampai malam, 6 bulan keliling nggak ada libur. Setelah 6 bulan baru dapat pangkalan disini," tutur Ruli.
"Dari mulai ada yang ngehina, diledekin, karena jualan sempol. Diusir juga pernah, dari mulai diusir sesama pedagang, sama orang yang punya rumah juga pernah. Jadi siapin mental aja," Ruli menambahkan.
Sebelumnya, Ruli juga pernah mencoba usaha lain, seperti berjualan es kelapa, es campur, es buah, tetapi semuanya berakhir dengan kegagalan. Namun, Ruli banyak mengambil pelajaran dari banyaknya kegagalan yang pernah ia alami.
"Di antara jualan itu semua gagal, modal habis uang habis. Kalau sering gagal jadi motivasi aja, kegagalan awal dari keberhasilan. Kita pernah gagal, keledai aja nggak mau jatuh di lubang yang sama, misal dulu nih saya terlalu nyepelein pelanggan nyarinya cuman untung, tapi sekarang ngga," tutur Ruli.
Bahkan ide untuk jualan sempol pun muncul setelah dia mengalami kecelakaan saat bekerja sebagai sopir di sebuah perusahaan. "Saya sebelumnya jadi driver, lalu mengalami kecelakaan tabrakan, dikira ada bantuan berapa persen dari kantornya, ternyata diambil semua dari gaji saya. Saya kan nggak enak, kecelakaan ngga disengaja masa saya semua yang gantiin, dari situ saya resign," kata Ruli.
"Setelah resign, saya nggak punya uang yang tersisa, cuma ada handphone, lalu handphonenya saya jual buat beli gerobak, awal ngadonan sempol cuma setengah kilo paling jadi 100 tusuk. Dari awal setengah kilo sekarang jadi 12 sampai 15 kilo. Alhamdulillah dari handphone itu sampai sekarang saya bisa usaha," tambah Ruli.
Setelah sempol milikinya ramai pembeli, Ruli tidak berpuas diri, ia coba kembangkan usahanya dengan membeli gerobak baru. "Banyak orang bilang mah ngga puas diri. Jadi saya dapat untung segini saya langsung beliin gerobak lagi. Sebenarnya selama 3 tahun belum terlalu banyak memetik hasilnya. Karena setiap keuntungan saya banyakin buat beli gerobak dan menambah modal," tutur Ruli.
Menurut Ruli, ada banyak faktor kenapa dalam waktu 3 tahun usaha sempol miliknya berkembang pesat. "Walaupun resep atau barangnya sama, cara menggoreng sama cara membumbui juga pengaruh, saya udah punya takaran sendiri. Daging ayamnya juga asli, untuk jaga cita rasa, sebenarnya untungnya tipis banget," tutur Ruli.
"Karena emang tujuannya biar ramai, ngga papa untungnya sedikit asal ramai. Asal rasanya enak pelayanannya bagus, baik murah senyum, pelanggan juga balik lagi. Sering juga buat minta respons dari pelanggan tentang rasa sempolnya, alhamdulliah mereka bilang di sini sempolnya enak, telurnya banyak," tambah Ruli.
Ruli juga berprinsip, dalam berusaha harus memberikan manfaat bagi orang lain. "Kalau suatu usaha kita bermanfaat bagi orang lain, niscaya itu akan mempermudah, karena banyak orang-orang yang mendoakan, contohnya saya kalau mau berangkat, lalu di rumah ada karyawan bilang, saya mau berangkat, terus mereka jawab yaudah hati-hati, mudah-mudahan laris. Itu mereka pada ngedoain, karena jalan makan kita kan bareng-bareng dicsitu," kata Ruli.
Selain bermanfaat, Ruli juga membeberkan agar usahanya lancar, yakni, ia rutin untuk berbakti kepada orang tua dan melakukan sedekah subuh. "Insya Allah rutin setiap hari, kalau sedekah subuh mah dicmana aja yang penting niat sama dilakukan habis salat subuh, apapun bentuk mau seribu juga bisa nanti dikumpulin, yang penting niatnya pagi, karena dimulainya malaikat turun itu subuh," tutur Ruli.
"Sama berbakti pada orang tua, kebetulan ibu masih ada, tapi bapak udah ngga ada pas lagi ngerintis, jadi belum ngerasain uang hasil saya. Tapi tetap saya bersyukur masih ada ibu. Alhamdulilah dari jualan ini kemarin bisa sunatin anak, kan buat nyunatin juga ngga sedikit," tutur Ruli yang memiliki dua anak.
Ruli juga berpesan kepada teman-teman yang ingin membuka usaha agar memiliki mental yang kuat. "Buat yang mau merintis, kalau ingin jualan siapin mental, bukan takut-takutin. Soalnya banyak orang mau usaha, baru jualan lalu diusir sama orang, itu udah ngedown. Jadi siapkan mental kalian, kalau ada yang ngediemin atau ngusir itu mereka iri, nggak usah peduliin," pungkas Ruli.
(sud/sud)