Mengenal Tari Jembar Agung Cirebon yang Sarat Ajaran Agama

Mengenal Tari Jembar Agung Cirebon yang Sarat Ajaran Agama

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Senin, 11 Mar 2024 11:00 WIB
Tari Jembar Agung Cirebon.
Tari Jembar Agung Cirebon. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar
Cirebon -

Selain tari tradisional yang sudah ada sejak dahulu. Cirebon juga memiliki tari tradisional baru hasil kreasi para pegiat budaya. Salah satunya, tari jembar agung yang diciptakan oleh Elang Mamat Nuracmat atau Cak Mamat dari Sanggar Seni Klapa Jajar Kota Cirebon.

Menurut Cak Mamat, membutuhkan waktu sekitar 3 tahun untuk menciptakan Tari Jembar Agung. Dimulai sekitar tahun 2014 dan selesai tahun 2016. Dalam waktu 3 tahun tersebut ada beberapa tahapan yang dilalui, dari mulai merumuskan aransemen musik hingga kostum penari.

"Awalnya merumuskan kerangka musiknya dahulu. Memakan waktu satu tahun untuk musiknya saja. Tahun berikutnya bikin gerakan untuk penari. Setelah itu baru merumuskan kostum dan properti tari," tutur Cak Mamat, Sabtu (10/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cak Mamat mendapatkan inspirasi menciptakan tari jembar agung dari tarian bedata rimbe Keraton Kanoman. Bedara rimbe sendiri merupakan tari tradisional yang diciptakan oleh Raja Muhammad Zulkarnaen Raja Keraton Kanoman ke 8, berkuasa dari tahun 1895-1934.

Tidak semua orang dapat menjadi penari bedaya rimbe, ada syarat khusus yang harus dipenuhi, seperti penarinya harus dipilih langsung oleh sultan. Di keraton Kanoman, tari bedaya rimbe menjadi tarian yang disakralkan. Berbeda dengan bedaya rimbe, jembar agung boleh dimainkan oleh siapa saja yang ingin mempelajarinya.

ADVERTISEMENT

Cak Mamat menuturkan, ada banyak filosofi yang terkandung dalam tari jembar agung. Dari mulai paling atas yakni menggunakan aksesoris kembang goyang 5 tangkai di atas kepala yang melambangkan kewajiban salat lima waktu.

Nama jembar agung sendiri berasal dari kata Jembar yang berarti sabar atau menerima, sedangkan Agung itu besar. Dua kata tersebut memiliki filosofi bahwa seorang manusia harus memiliki kesabaran dan selalu menerima apa yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT.

Terdapat pula aksesoris lain, yaitu damar kurung atau lampion kecil yang mengandung makna bahwa dalam hidup manusia harus bisa menjadi penerang bagi orang lain. Sedangkan warna dasar putih menggambarkan kesucian dan kebersihan hati.

Tari Jembar Agung dimainkan maksimal oleh 7 orang perempuan dengan usia yang sudah baligh. Namun, menurut Cak Mamat bisa juga kurang dari 7 orang agar terlihat lebih minimalis. "Kenapa pilih 7, karena hari ada 7, lapisan langit ada 7, lapisan bumi ada 7. Oleh karena itu kita masukan sebagai filosofi tari," tutur Cak Mamat.

Untuk rias yang dipakai, menggunakan rias korektif yang membuat cantik wajah dan berfungsi sebagai penebal garis wajah para penari. Tari jembar agung biasanya dimainkan dalam acara penyambutan tamu. "Kalau jembar agung biasanya untuk menyambut tamu-tamu para pejabat ketika datang ke kota atau keraton," kata Cak Mamat.

Untuk gerakan tarinya cenderung lambat dan halus serta tidak membutuhkan ruang yang banyak, dengan iringan musik gamelan pelog. "Dalam tari jembar agung yang digunakan itu rasa, pelan. Tidak seperti tari topeng yang menggunakan energi yang besar," tutur Cak Mamat.

Tari jembar agung membutuhkan waktu pentas sekitar 12 menit. Sebagai pegiat seni dan budaya, Cak Mamat berpesan agar jangan lupa terhadap budaya yang ada di Cirebon. "Saya nitip kepada masyarakat jangan lupa terhadap budaya Cirebon dan harus terus dilestarikan," pungkas Cak Mamat.

Dalam acara Pagelaran Agung, tari jembar agung yang dilaksanakan oleh Lesbumi Kota Cirebon di Alun-Alun Kejaksaan, Sabtu (9/3/2024). Terlihat para penari Jembar Agung sedang menari lembut dan halus sambil membawa damar kurung di antara gapura kembar alun-alun. Para penari tersebut berasal dari putri para ratu keraton Kanoman.

(sud/sud)


Hide Ads