Suara dari pengeras suara berukuran kecil mulai terdengar. Tanda bahwa walking tour akan segera dimulai. Sebanyak 27 orang dengan pakaian serbahitam berkumpul tepat di depan bangunan cagar budaya, yang sekarang menjadi bagian dari gedung sekolah SMP Negeri 14 Kota Cirebon. Mereka semua bersiap untuk menjelajahi kota tua Cirebon.
Kecintaan terhadap sejarah Cirebon membuat Putra Lingga Pamungkas mendirikan Komunitas Cirebon History pada tanggal 16 Oktober 2019. Melalui Cirebon History, ia mencoba untuk memperkenalkan sejarah dengan cara yang berbeda, yakni melalui media sosial.
"Misi Cirebon History mencoba untuk memperkenalkan sejarah kepada banyak orang khususnya masyarakat dan pemuda Cirebon tentang sejarah Cirebon dengan pengemasan yang berbeda," tutur Lingga, Sabtu (24/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu kegiatan rutin dilakukan adalah walking tour atau berjalan kaki menikmati keindahan dari kota. Biasanya walking tour dilakukan di tempat atau bangunan yang memiliki unsur sejarah, budaya dan alam. Ada sekitar 20 rute dengan tema berbeda yang sudah terpetakan oleh Cirebon History.
"Selain rute kota tua yang sedang dijalani, ada juga rute alam seperti danau Setu Patok, Bandar Agung, Dukuh Puntang. Rute bersejarah di keraton Kanoman, Kacirebonan, kemudian ada rute urban legend atau cerita rakyat, ada Gammente Cirebon masa kolonial dan rute masa kemerdekaan," tutur Lingga.
Menurut Lingga, awalnya Cirebon History tidak melakukan walking tour. Tapi sekadar berjalan bersama beberapa orang, untuk menyusuri tempat bersejarah di Cirebon yang jarang diketahui. "Seiring berjalan waktu teman-teman tertarik postingan Cirebon History, tentang Cirebon tempo dulu. Kemudian dilaksanakan kopdar ke tempat-tempat bersejarah dengan jalan kaki," kata Lingga.
Banyak pengalaman yang dialami oleh Lingga dan teman-temannya saat walking tour. Dari mulai pengalaman menarik hingga pengalaman mistis. Pengalaman mistis dialami ketika mengunjungi tempat atau bangunan kosong seperti di pabrik gula dan danau setu patok.
"Jadi bukan saya saja yang mengalami, tapi juga teman-teman peserta. Ketika itu rute Setu Patok pulang pada saat setelah magrib, dan rombongan terakhir mendengar sesuatu seperti suara gamelan, itu terjadi di bagian pas nyeberang bukit," tutur Lingga.
Untuk mengikuti walking tour peserta dikenakan biaya secara sukarela. Namun dibatasi hanya untuk 25-30 peserta. Walking tour Cirebon History dilaksanakan setiap weekend atau hari libur nasional. Selama 4 tahun berdiri, Cirebon History telah mengajak sekitar 560 orang untuk menyusuri sejarah Cirebon. Bagi yang berminat bisa langsung cek akun instagramnya di @CirebonHistory.
Ke depan, menurut Lingga, Cirebon History masih akan terus melakukan walking tour sambil bekerja sama dengan berbagai macam pihak, agar sejarah Cirebon semakin dikenal. "Tetap cintai Cirebon, jangan sampai melupakan sejarah, karena dari sejarah kita akan belajar banyak hal untuk menemukan masa depan kita," pungkas Lingga.
(sud/sud)